Menjadi Ibu Baru di Tengah Pandemi

Endah Wijayanti diperbarui 29 Apr 2020, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.

***

Oleh: Nur Asiyah

Saya merasakan sebuah keistimewaan yang tidak begitu menguntungkan. Tepat saat Covid-19 menjalar di tiap sudut daerah, saya melahirkan bayi mungil berjenis kelamin laki-laki di salah satu rumah sakit di Surabaya. Bukan rumah sakit biasa, tetapi rumah sakit yang menjadi rujukan pasien Covid-19. Tentu perasaan khawatir melanda saya dan keluarga. Bagaimanapun saya berada selangkah lebih dekat daripada yang lain untuk terjangkit virus tersebut. Namun, saya juga bisa bernapas lega karena keamanan dan hal yang berkaitan dengan kebersihan diperhatikan dengan sangat ketat. Syukurlah, saya bisa pulang setelah dua hari dirawat. Setelah itu, saya melakukan aktivitas sebagai ibu baru di rumah saja.

Di masa yang menghawatirkan seperti ini, sebagai ibu baru saya meminta orang-orang untuk memberi jarak pada si bayi mungil. Jika biasanya kerabat dan tetangga akan sambang, menggendong, dan memeluk buah hati, kini saya harap mereka tidak melakukannya. Awalnya saya ragu untuk mengungkapkan keinginan saya karena kemungkinan besar akan ada pihak yang tersinggung. Namun, saya merasa harus mengatakannya demi keamanan saya dan buah hati.

Akhirnya, saya mengutarakan permintaan tersebut pada keluarga dan mereka menyetujui. Sehingga saat ada tetangga yang sambang pun, mereka menyarankan untuk memakai hand sanitizer, tak berlama-lama tinggal, dan menjaga jarak dengan bayi. Mungkin di situasi ini mereka hanya mampu memandangi si bayi dan sedikit mengobrol dengan saya. Akan tetapi, saya merasa mereka bisa mengerti dan menghargai permintaan saya karena memang keadaan tidak memungkinkan untuk bertindak seperti biasa.

Selain berjarak pada orang-orang yang sambang secara langsung, saya pribadi juga harus mengorbankan keinginan saya untuk ditunggui orangtua pasca melahirkan. Tempat tinggal orangtua yang berada di luar kota membuat mereka tidak bisa datang ke rumah untuk merayakan kelahiran si kecil. Anak saya merupakan cucu laki-laki pertama mereka. Tentu antusias dan suka cita yang melanda begitu besar. Namun, lagi-lagi karena pandemi ini kami harus mencoba memposisikan diri dan merenggangkan pandang.

2 dari 2 halaman

Berjarak untuk Sementara Waktu

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/omar lopez

Sudah pasti, keputusan yang paling bijak adalah untuk tidak bertemu secara langsung. Orangtua saya tergolong sepuh dan bayi masih terlalu muda. Keduanya merupakan golongan yang paling rentan terkena Covid-19. Untuk mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan ini, saya meluangkan waktu untuk melakukan video call setiap harinya. Terkadang pagi hari setelah bayi dijemur, sering juga di sore hari seusai bayi selesai mandi.

Bagaimanapun tetap ada yang kurang dari apa yang telah saya usahakan. Ibu saya sering menangis saat memandang si kecil dari layar ponsel. Beliau ingin sekali memangku dan menggendong cucunya. Namun, mengikhlaskan jarak yang terbentang adalah cara kami untuk menyayangi satu sama lain. Kami tidak tahu bagaimana dan pada siapa Covid-19 menjangkit. Apalagi gejala yang timbul tidak selalu muncul. Jika pun satu di antara kami terkena dan terlihat sehat, belum tentu orang yang kita sayangi akan memiliki imunitas yang sama. Sehingga, dari pihak saya dan orang tua telah berusaha memahami, juga mengambil poin positif dari pertemuan kami yang hanya bermodal ponsel serta wifi.

Keadaan ini akan segera berlalu jika kita berusaha melaluinya dengan tepat. Bukan hanya pada saya, tetapi pada semua orang yang sedang merasakan pandemi ini. Jangan sampai kasih sayang yang kita miliki malah menjadi bumerang dan mata pisau jahat bagi orang tersayang. Meskipun berat, kita bisa terus berpesan pada diri sendiri jika keadaan ini akan lekas berlalu. Kita tidak berjuang sendirian. Kita berusaha secara bersama-sama. Merelakan ini itu demi menyatakan kasih sayang yang sebenarnya adalah hal yang mulia. Untuk saat ini, anggaplah jarak adalah wadah kita untuk mewujudkan rasa cinta, karena bagaimanapun mereka terlalu berharga untuk sakit dan terluka.

Tetap di rumah saja dan semoga segalanya akan segera indah pada waktunya. Semangat!

#ChangeMaker