Pandemi Virus Corona Menyadarkan Peran Pentingku di Keluarga

Endah Wijayanti diperbarui 27 Apr 2020, 13:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.

***

Oleh: Anita Juwita

Sebelum Virus Corona Melanda

Saya seorang wanita karier, bisa dibilang pekerja keras yang sudah mendarah daging dari didikan papa. Sebelum ada virus corona, setiap hari saya berjibaku dengan rentetan kegiatan kantor sampai malam, selain mengurus anak sepulang kerja dan gym time di malam hari. Sedih sih sebenarnya untuk tidak melakukan hal-hal yang menyibukkan itu lagi. Tapi lucunya, dulu saya selalu saja mengeluh dengan segala kesibukan yang ada. Tidak jarang, emosi saya tipis setiap saat sampai rumah, tidak jarang anak saya menjadi sasaran saya, saya jadi kecapekan bekerja dan sering menolak ajakan anak saya untuk bermain dan bercanda.

Dunia Saya Berubah 180 Derajat

Sesaat setelah virus corona masuk saya yang tinggal di zona merah, otomatis kantor saya langsung tutup, syukur saya masi berstatus sebagai pegawai. Saat itu, semua kerjaan kantor sudah mulai dikerjakan di rumah dengan deadline seperti biasanya, selain mengurus anak seorang diri (ART saya pulang kampung takut kena PSBB) dan suami yang masih ke kantor setiap hari. Dunia saya seperti terbalik mengurus urusan kantor, memasak, dan mengurus dan mengajar anak yang masih 5 tahun. Luar biasa sibuknya, dari subuh hingga malam kesibukan saya seakan tiada henti.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Rutinitas Baru

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Rangkaian pekerjaan itu seakan tidak ada habisnya. Dari pukul 05.00 saya sudah membersihkan seluruh rumah dengan antiseptik sampai mencuci kendaraan saya setiap pagi. Dilanjutkan dengan membuka laptop selama sejam untuk melihat update pekerjaan kantor dan deadline sebelum anak dan suami bangun. Setelah itu saya selalu menyempatkan diri saya untuk zumba dan senam aerobik yang sudah merupakan lifestyle saya jauh sebelum ada virus corona. Yang paling mencengangkan adalah saya menjadi koki dadakan yang sebelumnya saya sangat jarang ke dapur. Dulu, saya tidak mungkin memasak karena kesibukan saya. Singkat kata, pukul 05.00-08.00 pekerjaan mendasar rumah tangga dan kantor sudah selesai, selanjutnya saya masih bisa mencicil kerjaan kantor siang hari saat anak tidur siang.

Dampak Positif

Jujur saya seperti zombie comes to life dengan segala hiruk pikuk yang ada. Tapi saya sekarang dalam posisi yang masih menikmati dan bersyukur dengan WFH dan stay at home ini. Dengan banyak nya waktu luang di rumah, saya sangat sangat sering bermain dan berinteraksi dengan anak saya. Anak saya menjadi sangat senang dengan keberadaan saya di rumah. Lucunya, kami sering sekali olahraga bersama bahkan saya menjadi kerap memasak kue dan camilan kesukaan anak saya, sehingga kami sering masak bareng walaupun anak saya laki-laki.

Belajar juga salah satu aktivitas keharusan bagi anak saya dan bahkan anak saya pun sering membantu pekerjaan kantor saya. Memang bagi saya ini sama sekali tidak mudah. Peran ganda seperti ini belum pernah saya lakukan 100% jika corona virus tidak pernah ada. Saya sangat mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari ini. Virus corona merupakan tamparan bagi saya yang masih suka mengeluh dengan keadaan yang sempurna, dan tamparan bagi saya untuk selalu memikirkan keluarga dan orang-orang terdekat saya. Saya menjadi menyadari peran saya yang selama ini mungkin saya kesampingkan bahkan lalai menjalankannya. Sungguh, di balik setiap kejadian selalu ada hikmahnya.

#ChangeMaker