Plasma Darah Penyintas Virus Corona Bisa Jadi Penyelamat Pasien dalam Kondisi Berat

Vinsensia Dianawanti diperbarui 23 Apr 2020, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Ahli di bidang kesehatan dunia terus mengupayakan dalam menciptakan antivirus untuk penyembuhan pasien virus corona. Plasma darah menjadi salah satu bahan yang dipertimbangkan untuk penyembuhan virus corona.

Sejak akhir Maret 2020, para dokter di New York melakukan pengujian darah dari penyintas atau pasien yang sembuh dari virus corona. Dokter menyakini darah dari orang yang sembuh dari virus corona bisa menjadi sumber antibodi untuk melawan virus bagi pasien dengan kondisi kritis.

Plasma menjadi bagian dari darah yang mengandung antibodi. Metode serupa pernah dilakukan untuk mengobati penyakit menular, seperti Ebola dan Influenza. Secara ilmiah, Dr. David L. Reich selaku presiden dan kepala petugas operasi Rumah Sakit Mount Sinai menyebut bahwa plasma darah menjadi sangat berharga untuk penyakit apapun.

Ia pun akan mencoba metode ini untuk merawat pasien yang sedang sakit pernapasan tanpa komplikasi. Food and Drug Administration (FDA) pun memberikan ijin agar plasma digunakan secara eksperimental berdasarkan keadaan darurat untuk mengobati pasien virus corona.

 

2 dari 3 halaman

Syarat pendonor

ilustrasi virus corona covid-19/copyright by diy13 (Shutterstock)

Pada sukarelawan pendonor plasma darah pun harus melalui kurasi untuk memenuhi kriteria secara ketat. Para pendonor merupakan pasien yang terinfeksi virus corona kemudian pulih dan tidak memiliki gejala selama 14 hari. Serta memberikan hasil tes negatif virus corona dan memiliki kadar antibodi yang melawan virus cukup tinggi.

Plasma darah yang digunakan pun akan diuji kembali untuk memastikan agar tidak membawa infeksi lain, seperti HIV atau protein tertentu yang bisa memicu kekebalan tubuh. Antara pendonor dan penerima plasma darah pun harus memiliki kecocokan layaknya transfusi darah.

Pengambilan plasma darah dari penyintas virus corona baru bisa dilakukan setelah 28 hari dirinya dinyatakan sembuh. Wakil Kepala Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Ni Ken Ritchie menyebut jeda 28 hari menjadi waktu yang ideal untuk memastikan bahwa pendonor benar-benar sepenuhnya sembuh.

Transfusi plasma darah dari penyintas kepada pasien virus corona dalam kondisi kritis menjadi terobosan baru. PMI bersama Lembaga Eijkman baru-baru ini menandatangani kerjasama uji klinis dan ketersediaan plasma darah untuk pengobatan pasien corona di Indonesia.

3 dari 3 halaman

Simak video berikut ini

#changemaker