Kehilangan Pekerjaan karena Dampak Virus Corona, Aku Buat Rutinitas Baru

Endah Wijayanti diperbarui 21 Apr 2020, 09:57 WIB

Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.

***

Oleh: Ni Made Purnama Dwi Yanti

Semakin bertambahnya kasus covid-19 dari hari ke hari yang terjadi di Indonesia, akhirnya bos saya mendadak memutuskan untuk tinggal sementara di Australia sampai pandemi virus ini berakhir. Terhitung sejak tanggal 19 Maret 2020, saya resmi diberhentikan dari pekerjaan saya. Ketika hal ini terjadi, tentu saja cicilan dan biaya kos menjadi main concern saya. Di samping itu, saya juga masih men-support keluarga yang berada di kampung. Walaupun belum bisa men-support secara maksimal, tetapi setidaknya ada yang bisa saya kirim setiap bulan untuk kedua orang tua di rumah. Meski resmi diberhentikan, bos saya tetap membayar gaji saya full di bulan Maret dan 50% gaji untuk bulan April dan bulan Mei.

Sebelum pandemi covid19 ini terjadi, saya sudah bekerja sebagai nanny pada keluarga ekspat selama kurang lebih dua tahun. Sertifikat First Aid, kemampuan berenang, dan kemampuan bahasa Inggris sudah saya miliki semua. Bos saya saat ini adalah keluarga kedua saya bekerja, setelah sebelumnya saya bekerja dengan keluarga ekspat Perancis-Jerman selama 1,5 tahun. Keluarga yang saat ini merupakan campuran Bali–Australia. Sebagai pekerja full-time, saya memiliki jam kerja yang sama dengan jam kerja kantor pada umumnya yaitu sembilan jam kerja dan libur satu kali dalam seminggu. Tugas saya hanya fokus menjaga anak-anak mereka yang sangat lucu. Anak yang pertama berumur tiga tahun dan dua bayi kembar yang bulan ini berumur 10 bulan. Saya bekerja bersama satu orang pengasuh lainnya.

Satu hari setelah diberhentikan, saya teringat saat terbangun di pagi hari, saya tidak perlu lagi untuk mengecek jadwal kerja seperti yang saya lakukan pada hari–hari sebelumnya. Perlu diketahui bahwa setiap hari saya mempunyai jadwal kerja yang berbeda, namun tetap dengan ketentuan sembilan jam kerja. Jadi hari itu, saya kembali tidur hingga pukul 8 pagi. Mungkin terdengar lucu, ada perasaan sedikit senang karena bisa bebas dari rutinitas pekerjaan yang terkadang sangat menguras tenaga, tetapi di sisi lain tentu sangat sedih karena harus kehilangan pekerjaan yang sudah menjadi passion bagi saya.

Beberapa hari pertama setelahnya, saya lebih banyak berbaring seharian di tempat tidur dan sangat rajin mengecek media sosial di handphone saya. Tidak banyak media sosial yang saya punya, hanya Facebook dan Whatsapp. Selain agar tetap terupdate mengenai covid-19, saya juga berharap bisa menemukan lowongan pekerjaan di posisi yang sama yang biasanya saya dapatkan di grup Facebook. Tetapi sepertinya, kesempatan untuk bekerja memang sangat sulit di situasi saat ini. Saya mendapati banyak teman-teman lainnya yang juga kehilangan pekerjaan.

Keinginan untuk pulang kampung pun harus ditunda terlebih dahulu. Karena berdasarkan imbauan dari pemerintah agar tetap berdiam diri di rumah untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Alhasil, hari raya Nyepi tahun ini yang jatuh pada tanggal 25 Maret, saya hanya diam di kos sendiri tanpa keluarga untuk pertama kalinya. Untuk meminimalkan aktivitas di luar rumah dan sebagai persiapan hari raya Nyepi, saya mulai membeli bahan-bahan makanan serta beberapa vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Belajar Hal-Hal Baru

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/@fotografierende

Saat sudah terlalu jenuh hanya berdiam diri di rumah, sayapun memikirkan hal-hal lain yang bisa dilakukan selama karantina berlangsung. Saya tidak mau setiap pagi terbangun dengan perasaan khawatir yang selalu sama; tidak punya pekerjaan, tidak punya tabungan, kasus covid-19 yang terus bertambah, keadaan orangtua di kampung. Pandangan saya tiba-tiba tertuju pada tumpukan novel yang belum sempat di baca sebelumnya. Tidak puas rasanya kalau hanya membaca novel, karena ingin juga menambah wawasan, lalu saya pun men-download ebook, serta membaca artikel-artikel online.

Semua bacaan itu tidak mungkin saya baca dalam sehari, maka di sinilah ritme rutinitas baru mulai terbentuk dan tidak selalu sama setiap harinya. Banyaknya waktu senggang yang dimiliki, saya mulai terpikir untuk belajar bahasa asing yang lain yaitu bahasa Jerman. Saya pernah ikut kursus bahasa Jerman sebelumnya selama sebulan. Karena terkendala biaya, maka kursusnya tidak dilanjutkan sampai selesai. Untungnya, saya sudah men-download cukup banyak video saat masih bekerja karena rumah bos saya ada wifi. Kegiatan ini tentu saya lakukan saat break bekerja, sisanya saya hanya belajar dari Google. Pada hari-hari lainnya, ketika lelah dengan membaca dan belajar, saya melakukan hal lain seperti berolahraga, mencoba resep masakan, dan sesekali melakukan origami.

Awalnya saya tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi, kalian pun pasti juga begitu. Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang kehilangan pekerjaan akibat dari virus ini. Kita tidak hanya berjuang melawan virus ini, tetapi kita juga berjuang dan berpikir bagaimana caranya bertahan selama pandemi ini berlangsung. Rasa khawatir, bingung, putus asa, atau mungkin ada yang depresi karena keadaan ini sangat mungkin terjadi. Tetapi pikirkan lagi bagaimana mereka yang berjuang di garda terdepan mempertaruhkan nyawa.

Bukan hanya saya yang mengalami, bukan hanya orang-orang di Indonesia, tetapi ini terjadi hampir di seluruh dunia. Tidak ada yang tahu pasti kapan virus corona ini akan berakhir. Jika pandemi ini adalah sesuatu yang bisa diprediksi jauh sebelumnya, mungkin akan ada banyak orang yang sudah mempersiapkan dana darurat dan mempunyai banyak tabungan. Yang lain mungkin saja akan memilih pekerjaan yang aman dari dampak corona ini, seperti guru, polisi, penjual online, dan lainnya sebagainya. Di sinilah kita belajar untuk bersyukur dan menghargai sesuatu. Apa pun keadaan kalian saat ini dan di mana pun kalian berada, saya hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kita semua. Badai pasti akan berlalu!

3 dari 3 halaman

Cek Video di Bawah Ini

#ChangeMaker