Berkat Karantina, Suami Paham Susahnya Mengurus Anak di Rumah

Endah Wijayanti diperbarui 18 Apr 2020, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.

***

Oleh: Marantina

“Bikinnya berdua, ngurusnya berdua juga, dong.” Kalimat ini sering sekali aku lontarkan pada suami agar punya andil dalam merawat dan mendidik anak. Namun, lantaran bekerja dari pagi hingga malam, kalimat ini hanya diiyakan tanpa dipraktikkan. Bahkan pada saat weekend, tetap saja urusan merawat dan mendidik anak diserahkan padaku sebagai ibu.

Tentu saja aku senang mengurus dan mendidik anakku. Tapi, kalau presiden saja bisa libur dari pekerjaannya, ibu rumah tangga pun wajar membutuhkan waktu libur menjadi ibu. Sampai akhirnya pandemi virus corona menjangkit penduduk dunia. Kami mulai melakukan karantina sejak pertengahan Maret. Awalnya suamiku masih bekerja. Lantas, kantornya memberlakukan work from home.

Di sinilah mimpi buruk keluarga kami dimulai. Melihat papanya di rumah, anak terus-menerus mengajak papanya bermain. Sementara, suami merasa dia harus tetap produktif selama WFH, dan tak mau diganggu ketika bekerja di rumah. Dalam seminggu kekacauan terjadi. Anak merasa kecewa karena papanya sering sekali menolak bermain bersama. Suami kesal karena produktivitasnya terganggu. Sementara aku merasa rutinitas yang sudah dibangun dengan baik bersama anak jadi terbengkalai karena juga harus mengurus suami 24 jam.

2 dari 3 halaman

Menyesuaikan Keadaan

Anak dan suami./Copyright Marantina

Harus kuakui, aku jadi error. Aku merasa terlalu mumet untuk menjalani rutinitas selama karantina sehingga rentan marah-marah. Awalnya suami juga merespon dengan marah-marah. Namun, kami lalu menyadari bahwa kami harus menurunkan ekspektasi dan mengesampingkan ego.

Suami lalu sadar bahwa produktivitasnya tidak bisa 100% sama seperti ketika bekerja di kantor. Lantaran secara fisik memang ada di rumah, suami bersedia berbagi tugas untuk mengurus rumah, serta memprioritaskan urusan merawat dan mendidik anak. Begitu juga dengan aku, yang rela membuat rutinitas baru dengan kehadiran suami 24 jam di rumah.

Kami menjelaskan pada anak bahwa ada waktu bermain dengan papa, dan ada waktu papa harus bekerja tanpa diganggu. Urusan rumah tangga pun bisa beres karena kami bekerja sama. Aku yakin semua orang harus beradaptasi dengan kondisi ini. Meskipun awalnya direspons dengan negatif, kami menemukan jalan keluar bersama. Semoga masa pandemi ini segera usai.

3 dari 3 halaman

Cek Video di Bawah ini

#ChangeMaker