Tak Ada yang Salah dengan Mengambil Kesempatan dalam Kesempitan

Endah Wijayanti diperbarui 13 Apr 2020, 13:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.

***

Oleh: Aisa Marisa

Tidak ada yang salah dengan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kalimat itu mungkin pernah kita dengar dan punya arti yang kurang baik secara umum. Bagaimana mungkin kamu tega mengambil kesempatan dalam kesempitan? Pertanyaan macam ini menggiring kita kepada rasa bersalah yang dalam saat kita melakukannya. Itulah yang menjadi pemikiran saya selama ini. Namun di tengah krisis virus corona yang terjadi, pikiran saya berubah 180 derajat. Saya mengatakan pada diri sendiri, “Bagaimana jika kesempatan dalam kesempitan ternyata adalah sesuatu yang baik dan positif?” You need to change your point of view, Aisa.

Sebagai seorang management advisor, sedikit banyak saya sudah melakukan WFH sejak awal Februari 2020 ketika pandemi ini belum menyentuh Indonesia. Kalau pada akhirnya pemerintah memberlakukan WFH, saya sebetulnya tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi. Namun, financial issue-lah yang membuat saya tidak berkutik karena beberapa project dan work plan jadi tertunda. Gelisah? Tentu! Apalagi saya tipe orang yang aktif dan merasa useless ketika apa yang saya lakukan menjadi sangat terbatas.

Dalam kondisi “kesempitan” inilah otak saya berpikir keras bagaimana saya bisa mengambil “kesempatan”. Saya mulai mengaitkan antara skill yang saya miliki, situasi yang sedang terjadi, serta peluang untuk tetap berusaha. Ketika membaca berita, saya fokus mencari kemungkinan usaha yang dapat dilakukan. Saya juga berdiskusi dengan beberapa sahabat untuk meminta pendapat mereka. Dan tidak perlu waktu lama bagi saya untuk membuat sebuah konsep, maka terciptalah sebuah produk minuman herbal.

Karena saya tumbuh dan berkembang di industri F&B, maka semua hal yang berkaitan dengan kaidah food safety menjadi perhatian utama. Saya banyak membaca jurnal ilmiah mengenai ingredients yang digunakan, berdiskusi dengan sahabat saya yang berprofesi sebagai dokter, merumuskan program marketing, melakukan sesi foto produk, mendesain logo, kalkulasi biaya produksi, mencari supplier bahan baku, promosi ke khalayak, hingga after sales untuk mendapatkan review. Semuanya saya lakukan sendiri. Lelah? Tentu! Namun saya cukup bangga dengan diri sendiri karena “kesempitan” ini membuka “kesempatan” baru sehingga saya bisa mengaktualisasikan diri.

2 dari 3 halaman

Menciptakan Peluang Baru

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Saya mencoba melihat peluang dalam kondisi yang kurang menyenangkan. Saya mencoba merubah mindset negatif menjadi positif. Saya mencoba untuk tetap melakukan sesuatu dan berkarya. Saya mencoba mengatasi kegelisahan saya mengenai finansial dengan melakukan aksi. Saya tidak mau menghabiskan waktu untuk menggerutu karena hanya akan membuat sistem imun saya down. Hidup seburuk apa pun harus tetap disyukuri bukan?

Bayang-bayang “mengambil kesempatan dalam kesempitan” tetap ada di dalam hati dan pikiran saya. Ketika saya melakukan kalkulasi biaya produksi dan profit, saya tahu bahwa moral kemanusiaan ikut bermain di dalamnya. Semua orang sedang susah saat ini dan sungguh tidak terpuji jika saya mengambil kesempatan (keuntungan) yang terlalu besar. Saya berkata pada diri sendiri, “Usahamu haruslah menjadi berkah untuk orang lain. Orang yang membeli minumanmu haruslah merasa bahagia dan tidak membuat mereka tambah susah.” Maka untuk pertama kalinya ketika saya melakukan kalkulasi biaya, keuntungan yang didapatkan jauh lebih rendah dari perhitungan ideal dunia F&B.

Tiga minggu sudah aktivitas ini berjalan dan saya baru sadar belakangan kalau apa yang saya lakukan ini menjadi berkah untuk pekerja ojek online. Saya selalu menggunakan jasa mereka untuk mengantar order ke pelanggan. Sejak saat itu saya selalu mendapat pesan khusus dari mereka, “Kalau ada order lagi, tolong kasih ke saya ya, Bu.”

Saya menceritakan kejadian haru ini di media sosial dan ke beberapa pelanggan saya. Ternyata tanpa sadar apa yang kita lakukan bisa menjadi berkah untuk orang lain. Tidak ada maksud untuk menjadi pahlawan, namun jika hal sederhana seperti ini bisa (sedikit) membuat roda perekonomian berputar, mengapa tidak? Harapan memang selalu ada jika kita percaya dan terus berusaha.

Kini saya tidak lagi di bayang-bayangi anggapan “mengambil kesempatan dalam kesempitan.” Tidak ada lagi perasaan bersalah namun yang ada hanyalah rasa syukur. Inilah cerita rutinitas saya selama pandemi virus corona. Kalau kamu bagaimana? Lakukan semuanya dari hati dan penuh ketulusan niscaya kamu bisa “mengambil kesempatan dalam kesempitan” yang memberi arti untuk diri sendiri dan juga sesama.

3 dari 3 halaman

Simak Video di Bawah Ini

#ChangeMaker