Mengajar secara Online Jauh Lebih Melelahkan daripada Mengajar di Kelas

Endah Wijayanti diperbarui 13 Apr 2020, 09:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.

***

Oleh: Gloria Setya

Waktu itu Minggu malam, 16 Maret 2020 aku mendapat broadcast message dari kepala sekolah sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah bahwa mulai hari Senin 17 Maret 2020 anak-anak akan memulai proses pembelajaran online di rumah karena kota tempat tinggalku sudah masuk di zona merah penyebaran Covid 19. Walaupun sebenarnya kami para guru di sekolah tempatku mengajar sudah mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi salah satunya pembelajaran online ini, tapi tetap saja rasanya nggak karuan. Anxious karena bagaimana harus memulai mengatur ritme serta materi mengajar secara online, and sad, because I didn't get a chance to say a proper good bye to my students.

Setelah satu minggu berlalu, walaupun harus jatuh bangun, karena kalau boleh jujur mengajar secara online rasanya jauh lebih melelahkan dan lebih stressful dibanding mengajar di kelas. Akhirnya aku mulai mengikuti rutinitas yang bisa dikatakan nggak terlalu baru, bedanya aku kerja atau mengajar dari rumah, tanpa suara riuh murid-murid, tanpa hectic khas guru yang harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan murid, persiapan mengajar, minum kopi yang mulai dingin di saat yang bersamaan.

Rutinitasku dimulai pukul 7 pagi, siap-siap meeting pagi bersama staf pengajar yang lain via Zoom setiap jam 7.30 kemudian jam 8 tepat kelas online dimulai. Diawali dengan daily class check-in via google form and Thank God for Google karena sangat memfasilitsi proses mengajar online ini dengan okay banget, sebut saja Google Classroom yang menjadi andalanku sejak 5 tahun terakhir.

2 dari 2 halaman

Mengatur Rutinitas

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Dilanjutkan sesi tanya jawab berkaitan dengan materi dan tugas via Google Meet atau chat via WhatsApp bersama murid-murid sembari melepas rindu, salah satu enaknya WFH buat aku adalah beberapa pekerjaan rumah dan kantor bisa dikerjaan bersamaan. Jika tatap muka secara online selesai biasanya aku mulai masak dan beres-beres rumah sembari menunggu pengumpulan tugas murid-murid sesuai dengan due date yang telah kami sepakati. Dilanjutkan dengan koreksi tugas dan di sekolah tempatku mengajar kelas online berakhir di jam 12.00 siang.

Setelah kelas online berakhir, biasanya aku mulai melakukan kegiatan lain misalnya baking atau membaca koleksi buku-buku yang sudah lama menanti untuk di baca, sebagai refreshment dan demi menjaga kesehatan mentalku. Sebisa mungkin aku nggak terlalu banyak membaca berita tentang semua hal yang terjadi di luar sana, sekali lagi too much information will kill my joy.

Di akhir hari, salah satu kegiatan favoritku adalah membaca sharing murid-murid dari pertanyaan wajib “What’s on your mind today?” yang mereka isi di Class Check-in setiap harinya. Ada yang happy karena nggak perlu ke sekolah dan kerja tugas cukup dari rumah, namun tidak sedikit juga yang merasa bosan, lelah, rindu sekolah bahkan ada yang merasa bahwa selama ini they take going to school and learning at school for granted.

Ya, seberapa sering aku taking for granted untuk semua yang ada dalam kehidupanku, biasanya pergi ke sekolah untuk mengajar bertemu anak-anak, memberikan semangat dan sentuhan di pundak mereka, mendengarkan guyonan atau keluh kesah tentang pelajaran hingga masalah keluarga adalah hal yang normal untuk dilakukan, ‘kan besok ketemu lagi pikirku. Dari work from home dan distance learning ini aku ingin lebih menghargai waktu dan momen bersama, keluarga, teman dan para murid karena I knew exactly what I had, I just didn’t think that I was going to lose it.

#ChangeMaker