Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.
***
Oleh: Nilawati Kurdiansyah
Di surat kabar, di media sosial, di televisi, di radio, di semua media massa sedang ramai sekali membahas tentang virus corona. Siapa yang tak mengetahui virus ini? Hampir seluruh orang di muka bumi ini mengetahui virus yang telah membunuh ribuan manusia di berbagai negara. Tak terkecuali Indonesia dan kota tempatku berada sekarang.
Pertengahan bulan Maret kemarin, kasus corona sudah masuk di kotaku. Satu orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Lalu beberapa hari kemudian, muncul beberapa kasus baru di kota sebelah. Sekarang sudah ada empat orang berstatus positif di kotaku dan beberapa orang masing menunggu hasil labnya. Hal ini tak mungkin tak mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Banyak stok barang yang akhirnya mulai langka untuk dicari. Bukan hanya stok-stok kesehatan namun juga beberapa stok bahan makanan. Rasanya semua mulai kacau.
Hal lain yang terkena imbas dari pandemi ini adalah aktivitas kita sehari-hari. Pekerjaan dilakukan di rumah (work from home), sekolah diliburkan, beberapa pertokoan tutup, warung makan hingga rumah ibadah pun semua aktivitasnya terganggu. Semua aktivitas terhambat. Bagi aku yang setiap harinya selalu beraktivitas mulai dari pagi hingga malam hari di luar rumah, apa yang terjadi sekarang ini sangat mengganggu sekali. Namun, aku mencoba untuk berpikir positif dan mencoba tetap aktif dan mengambil hikmah dari pandemi ini.
Di beberapa hari pertama work from home, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan beres-beres rumah. Karena biasanya aku hanya punya waktu hari Minggu untuk membersihkan rumah. Mulai dari dapur, ruang tidur, ruang tengah, hingga perkarangan rumah. Aku juga membersihkan kandang kucing peliharaanku setiap hari. Lalu bermain dengan kucing-kucingku di teras rumah sambil membaca buku. Menyenangkan sekali. Jarang sekali aku bisa melakukan hal semacam ini karena setiap harinya aku selalu pulang malam.
Memasuki minggu kedua work from home, aku sudah mulai merasakan jenuh. Ada begitu banyak hal yang ingin aku lakukan. Terbiasanya aktif melakukan banyak hal, kemudian harus membatasi banyak hal, ternyata cukup membuatku justru menjadi stres sendiri. Lalu aku memutuskan untuk mecoba berbagai resep kue untuk dijadikan camilan sambil membaca buku. Hampir setiap hari aku mencoba resep baru. Hampir setiap hari itu juga mulutku tak berhenti untuk mengunyah. Hampir setiap hari aku harus menghabiskan kue yang aku buat. Dikarenakan di rumah hanya ada aku dan ayah. Sementara ayah bukan termasuk orang yang suka nyemil.
Memulai Langkah Sederhana
Memasuki minggu ketiga, aku memutar otakku lagi untuk melakukan apa. Aku harus tetap produktif pikirku. Kemudian munculah sebuah ide setelah mendengar para tetanggaku berbincang mengenai virus corona. FYI, rumah aku itu berada di dalam gang terpencil dengan ujung gang yang buntu. Ukurannya pun sempit sehingga di dalam gang tersebut hanya dihuni oleh empat rumah dengan jumlah masing-masing anggota keluarga yang juga sangat sedikit, hanya berdua hingga berempat di setiap rumahnya. Jadi ketika kami-kami berbincang di depan rumah, semuanya akan terdengar oleh empat rumah tadi.
Seperti barusan terjadi, tetanggaku sedang membahas virus corona saat aku membersihkan kandang kucing di halaman depan. Aku senang ketika mereka mengetahui mengenai virus corona ini, artinya mereka mengetahui informasi yang saat ini sedang ramai dibicarakan hingga di beberapa negara lainnya tak hanya Indonesia. Namun berita-berita yang tersebar di masyarakat pun beragam sekali. Dari informasi yang resmi hingga yang hoax. Tak terkecuali tetanggaku, mereka pun terkadang dibuat percaya oleh berita hoax. Tetanggaku adalah orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah. Bahkan ada di antara mereka yang tidak bisa menulis dan membaca. Untungnya mereka masih bisa berbahasa Indonesia dengan lancar.
Setelah mendengar obrolan mereka, sebuah ide tercetus. Aku ingin mengedukasi mereka. Memberikan informasi-informasi yang memang benar dan mengajak mereka untuk tidak percaya pada berita-berita palsu (hoax). Aku membuatkan tulisan berupa leaflet untuk mereka baca. Tentunya dengan bahasa yang lebih mudah mereka pahami. Mungkin ada yang tak bisa membacanya karena buta huruf. Namun leaflet itu bisa dibaca oleh anggota keluarga lainnya yang mampu membaca. Oleh karena itu juga, sore itu aku mengajak mereka berkumpul di depan teras masing-masing lalu mendengarkan aku mempersentasikan informasi tentang corona.
Hal terpenting adalah memberikan mereka pemahaman tentang bagaimana virus ini bisa menyebar, dan bagaimana kita bisa mencegahnya. Aku juga mengajarkan mereka mencuci tangan yang benar. Aku juga mengajak mereka untuk melakukan penyemprotan disinfektan yang kami buat sendiri. Aku merasa beruntung memiliki banyak teman yang berprofesi sebagai dokter. Banyak sekali ilmu yang mereka ajarkan kepadaku dan mampu ku teruskan ke banyak orang lainnya. Ilmu yang bermanfaat.
Memaksimalkan Waktu dan Kesempatan yang Ada
Setelah sore itu, sering kali mereka memanggilku dari teras rumah mereka hanya untuk sekadar bertanya. Mereka sering kali mendapatkan informasi-informasi hoax yang beredar dengan mudahnya di pasar. Tetanggaku setiap harinya bekerja di pasar. Tentu saja mereka tak akan sanggup jika harus bertahan di rumah berhari-hari, mereka butuh uang untuk membeli makanan. Lagi-lagi, muncul sebuah ide di kepalaku.
Aku yang masih memiliki penghasilan walaupun bekerja hanya di rumah saja, merasakan bahwa aku perlu membantu mereka. Mungkin aku tak sanggup memberikan mereka sembako. Namun aku bisa berbagi makanan yang aku masak. Aku sangat paham bahwa penghasilan mereka sekarang pun pastilah sangat berkurang banyak. Lagi pula, aku sendiri diberi rezeki oleh saudaraku dan beberapa rekan kerjaku. Aku punya stok makanan yang cukup untuk aku bagi. Aku mendapat rezeki dari orang lain dan aku berharap bisa membagi rezekiku ini kepada mereka yang lebih membutuhkan.
Jadi, seperti itulah aktivitas rutinku setiap hari di situasi dan kondisi negeri ini sedang melawan pandemi. Bangun pagi pergi ke dapur untuk membuatkan ayah sarapan, membersihkan kandang kucing sekaligus beres-beres rumah, lalu kembali lagi balik ke dapur untuk membuatkan makan siang untuk ayah.
Setelah urusan rumah selesai, aku santai sejenak untuk membaca buku ataupun bermain game di handphone. Ketika menjelang sore, aku menyiapkan kue untuk dibagikan ke tetangga. Biasanya aku juga menyelipkan beberapa tulisan untuk mereka baca terkait info terbaru mengenai kasus virus corona. Terkadang kami juga jadi mengobrol tentang tulisan yang aku berikan ke mereka. Tenang, kami tidak berkerumun, kami tetap menjaga jarak di antara kami.
Selesai itu, agar tetap sehat aku akan melakukan yoga sejenak sebelum beranjak mandi dan mengistirahatkan tubuh sambil bermain dengan kucingku. Bekerjanya kapan? Katanya work from home? Aku biasanya menyelesaikan pekerjaanku di malam hari. Karena pekerjaanku juga memang tidak banyak. Untuk meeting melalui video call pun jarang-jarang terjadi.
Tetap Optimis Keadaan akan Membaik
Aku lebih sering menggunakan laptopku untuk membagikan informasi terkait corona dan informasi donasi di media sosial. Aku mungkin tak mampu berperan banyak seperti teman-teman yang langsung turun ke lapangan membagikan masker atau sembako kepada mereka yang membutuhkan atau yang berhadapan langsung dengan pasien seperti teman-temanku yang berprofesi dokter dan perawat. Tapi aku masih bisa mengambil peran di balik laptopku, di rumahku dengan cara membagikan informasi dan mengajak teman-temanku yang lain untuk ikutan berdonasi. Kita semua masih bisa berperan walaupun hanya di rumah. Dan dengan cuma stay at home kita juga membantu penyebaran virus ini agar tidak semakin cepat dan parah. Kita harus tetap positif, produktif, dan mengambil peran kita masing-masing. Kita masih bisa bermanfaat untuk orang lain.
Aku bahagia, di tengah situasi yang menghimpit seperti sekarang, aku masih bisa produktif dan bermanfaat untuk orang lain. Di situasi yang serba terbatas ini, aku masih bisa membuat orang lain tertawa. Masih sama-sama bisa bergotong-royong bertahan di tengah pandemi ini.
Memang banyak sekali aktivitas kita yang akhirnya tak dapat dilakukan karena pandemi ini. namun, mengeluh tak memberikan solusi lebih baik untuk kita dan negara kita. Lebih baik mengambil hikmah yang terjadi. Ini kesempatan kita untuk lebih dekat dengan orang-orang yang secara fisik ada di samping kita, namun sering terabaikan oleh kita karena kita terlalu sibuk dengan dunia di luar.
Ini juga kesempatan kita untuk berdialog dengan Tuhan tanpa perlu tergesa-gesa dikejar-kejar pekerjaan. Ada banyak hal positif yang masih dapat kita lakukan. Semoga Indonesia bangkit lagi. Semoga kita semua selalu sehat dan pandemi ini segera berakhir. Aku rindu berenang bersama teman-temanku.
#ChangeMaker