Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
***
Oleh: S
“Aku benci diriku," ujarku pada ibuku sembari menatap sosokku di cermin. Kenapa aku tidak dilahirkan cantik dan beruntung? Kenapa orang lain seolah mendapatkan semua kemudahan sementara aku di sisi sebaliknya? Aku lihat sorot mata ibu meredup lalu menarik tanganku untuk duduk di sampingnya. “Ibu pernah membenci diri ibu lebih dari siapa pun, Nak, dan rasa itu membunuh ibu perlahan."
Ibu lahir dari keluarga besar dengan tradisi anak laki-laki adalah segalanya. Ia harus dipaksa puas dengan bersekolah di “sekolah kandang sapi”, demikian warga sekitar menyebut sekolah itu. Sekolah pendidikan guru yang bahkan gurunya tak bisa diingat ibu seluruhnya, saking seringnya berganti-ganti. Kondisi ekonomi memang jadi alasan tapi tetap rasanya tak adil jika hanya anak laki-laki yang diprioritaskan untuk mendapatkan pendidikan yang bagus. Ibu mulai mempertanyakan takdir, kenapa ia diperlakukan berbeda jika pada kenyataannya ia tak bisa memilih dilahirkan sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.
Rasa benci semakin mengakar ketika laki-laki itu datang melamar. Ya lelaki itu adalah ayahku. Ibu benci pada dirinya yang terlalu pengecut untuk menolak pernikahan dengan lelaki yang tak dicintainya. Ibu terlalu takut untuk membantah keluarganya yang sudah terlanjur mengiyakan. Bagi mereka semakin cepat anak perempuan lepas dari keluarga maka semakin ringan beban keluarga itu. Pernikahan yang dirasa ibu bagai neraka walau ayah telah berusaha menjalankan peran sebaik-baiknya.
Rasa sesak semakin menjadi ketika ipar-ipar menggerogoti ibu. Ibu dituntut untuk menafkahi ibu mertuanya sepenuhnya. “Udah berumur aja kok, untung dinikahi," kata-kata pedas mereka yang disimpan ibu dalam hatinya. Tentu ibu tetap menjadi ibu yang biasanya, menjalankan apa yang diminta mereka walau gaji ibu tidak seberapa. Ternyata itu pun tak pernah cukup, berbagai pinjaman mereka ajukan pada ibu tanpa tahu kapan kembalinya.
What's On Fimela
powered by
Pelajaran Berharga dari Kisah Ibu
Hal yang paling menyakitkan adalah ketika ibu merasa dirinya pantas untuk disakiti. Pantas untuk menerima semua perlakuan buruk, pantas untuk dibenci. Ibu bahkan hampir menyerah dan ingin mengakhiri hidupnya, beberapa minggu setelah aku lahir. Baby blues, mungkin itu yang dihadapi ibu saat itu. Ia merasa tak mendapat dukungansekitar, belum lagi menjalankan peran ganda untuk mendukung secara ekomoni dari keuarga pihak ayah dan sekaligus dari pihak ibu. Dan ya tak perlu mempertanyakan dimana om-om ku yang terbiasa diistimewakan itu, hilang sibuk dengan hidupnya masing-masing.
“Lalu apa yang membuat ibu bertahan dari semuanya?” tanyaku. “Ibu mencoba untuk melihat dari sudut pandang lain dan bersyukur,” ungkapnya. "Di setiap keburukan sekalipun tentu terselip kebaikan bukan? Jika Ibu tidak menikah dengan Ayah, belum tentu Ibu mendapatkan suami yang rela berlari di gelap jam 2 pagi untuk mencari daun randu penurun panas kamu. Suami yang tak malu menjemur pakaian kalian anak-anaknya walau dicemooh tetangga. Jika Ibu terbiasa dimanjakan dalam keluarga tentu Ibu akan kesulitan menafkahi kalian sepeninggal ayah. Jika Ibu menyerah tentu Ibu tidak mendampingi dan menyaksikan tumbuh kembang kalian."
Ibu mencoba untuk berdamai dengan keadaan dan mulai mencintai dirinya sendiri. Pelajaran berharga yang kudapat dari ibu dan tak akan pernah kulupa. Kita mungkin tidak bisa mengubah setiap keadaan yang terjadi dalam hidup kita, namun kita bisa mencari sudut pandang lain dan bersyukur untuk apa yang boleh terjadi.
#ChangeMaker