Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
***
Oleh: Rizki Dewi Nareswari
Semakin sering mengeluh, semakin berkurang bahagiamu. Ungkapan ini sangat cocok diberikan untuk temanku, sebut saja namanya Dhea. Dhea adalah wanita yang sebenarnya memiliki ambisi yang besar, target yang mantap. Namun ketika target yang ia tentukan tidak tercapai, dia selalu mengeluh dan menyalahkan diri sendiri.
Padahal di mata saya dia adalah wanita yang cukup diidam-idamkan, bagaimana tidak? Dia pintar, cantik, lincah dan dia mempunyai usaha di bidang kuliner. Usianya saat ini masih 23 tahun, tapi sudah memiliki rumah, mobil, dan mampu membiayai hidupnya sendiri. Namun, dia sempat berkata, bahwa ingin hidup seperti aku. Mahasiswi yang terlihat tanpa beban, selalu bahagia di mana pun dan dalam kondisi apapun. Aku semakin menyadari bahwa apa yang kita miliki, jika kita tidak pandai bersyukur semua akan percuma. Tidak membahagiakan sama sekali, lantas bagaimana caranya agar kita dapat hidup bahagia selalu.
Sambil menyeruput kopi yang disajikan, aku dan Dhea ngobrol panjang lebar, mengenai kesibukannya, serta kegagalannya yang sedang ia alami saat ini. Dia menjelaskan satu per satu permasalahannya, ia merasa gagal sejadi-jadinya dan menyalahkan diri sendiri sepanjang hari. Bahkan dia lupa, tidak mengingat keberhasilannya tempo dulu.
Dia selalu memikirkan kegagalannya, memang benar ia terlahir dari keluarga yang berada. Usahanya pun orang tuanyalah yang menjadi investor, tapi apa jadinya ketika usaha sudah berjalan di tengah-tengah ada batu kerikil yang membuat perjalanannya sedikit terganggu. Ia dia selalu mengeluh, dan alhasil dia merasa bahwa kegagalan usahanya saat ini karena kesalahannya, karena strateginya kurang mantap dan lain sebagainya. Hmmm sudah sepantasnya ketika menjadi teman curhat, aku memberikan solusi untuk si Dhea ini.
What's On Fimela
powered by
Bersedih Secukupnya, Mengeluh Sewajarnya
Aku ingatkan keberhasilannya tempo dulu, yang lulus tepat waktu, dengan predikat cumlaude, terpilih menjadi mahasiswi tercantik, dan fotonya dijadikan icon di brosur pendaftaran universitas tempatku belajar. Bukankah itu suatu keberhasilan? sudah pasti ada usaha di dalam menggapai itu semua. Lantas mengapa kamu mengeluh dan selalu menyalahkan diri sendiri ketika usahamu yang kamu rintis, terkendala batu kecil?
Dhea menatapku, dan berkata aku ini payah, tidak mampu meprediksi jauh-jauh hari. Kemudian dia menangis, lalu aku berkata menangis bukan solusi tapi dengan menangis kamu menjadi sedikit lega, air matamu sedikit meringankan beban di pikiranmu. "Sebenarnya begini Dhea, semakin kamu banyak mengeluh semakin hidupmu tidak bahagia, karena apa? Tanpa sadar kamu menanamkan dalam pikiranmu bahwa kamu tidak mampu dan lain sebagainya. Mulai sekarang lihatlah lebih luas, apa saja hal-hal yang ada di sekitarmu yang mampu kamu syukuri hari ini. Lakukan itu setiap hari, catat setiap hal yang perlu kamu syukuri hari itu. Maka kamu akan merasakan dampaknya."
Setelah usai percakapan tersebut, satu bulan kemudian Dhea menghubungiku dan berkata, "Terima kasih berkat saranmu. Aku menjadi lebih bahagia, lebih mensyukuri apa yang aku miliki, lebih menikmati proses yang berlangsung. Dan aku mengubah mindset-ku dari yang namanya gagal menjadi proses belajar." Dari percakapan singkat aku dan Dhea, membuatku berpikir bahwa bahagia atau tidak itu tergantung dari sikap kita, karena bahagia itu pikiran kita yang menciptakan. Jadi tetaplah bersyukur atas apa yang terjadi, dan ingat jangan mengeluh terlalu berlebihan dan menyalahkan diri sendiri di setiap proses pembelajaran.
#ChangeMaker