Fimela.com, Jakarta Umumnya, sebuah komunitas muncul atau terlahir karena hobi atau hal-hal yang sedang happening di saat itu. Namun, ada juga komunitas yang terlahir karena masa lalu. Komunitas Pecinta Film Indonesia Jadul (KPFIJ) adalah salah satunya. Diinisiasi oleh Suyoto Achmadi, KPFIJ menjadi sebuah wadah bagi penggemar film yang diproduksi berdekade-dekade silam.
Diwawancara lewat surat elektronik, Sunyoto Achmadi atau yang akrab disapa Toto mengungkapkan bagaimana awal mula KPFIJ terbentuk serta serba-serbi KPFIJ lainnya. "Awal mula terbentuknya KPFIJ itu berawal dari sebuah blog yang saya buat waktu itu menulis tentang Saur Sepuh, sebuah serial sandiwara radio yang sangat popular di era pertengahan 80an hingga akhir 80an. Kemudian Serial ini di angkat ke Layar lebar hingga di buat sampai 5 film Saur sepuh," kenang Toto.
"Nah dari sinilah cikal bakalnya. Karena pengunjung blog banyak yang meresponnya dan mulai cerita tentang film saur sepuh dan merasa diri ini tidak sendirian ternyata banyak yang juga menyukai film klasik dan bahkan memiliki koleksinya hingga singkat cerita ya udah iseng buat saja Komunitas Pecinta Film Indonesia Jadul setelah kami sempat kopi darat dengan Theo dan Bruri di sebuah mall di Jakarta Selatan, kami mengudara di Facebook tanggal 10 Januari 2010 sebagai hari lahir pertama di facebook," imbuhnya.
Bagi pria yang hobi memotret ini, film lawas adalah sebuah nostalgia dan juga sejarah. "Karena dengan menonton kami dapat mengetahui suatu tempat di masa dulu. Kalau sejak kapan suka sih tidak spesifik ya hanya saja kalau mulai mengumpulkan materi VCD sih dari tahun 1999 sudah mulai beli satu dua biji walau tanpa tujuan untuk mengoleksinya," ungkap penggemar berat film Saur Sepuh.
Seperti komunitas pada umumnya, KPFIJ memiliki kegiatan yang membuat perkumpulan ini semakin solid. "Kegiatan KPFIJ ada nonton bareng dengan mengundang bintang tamu, biasanya kerjasama dengan café atau nonton bersama di mana saja. Pernah juga hunting bareng namun seiring dengan makin mudahnya media social di akses dan semakin kesini anggota juga punya kesibukan masing-masing maka kegitan nobarnya kami tiadakan, tapi untuk sesekali kami masih nonton bareng juga sih walau tidak rutin," kata Toto.
Tidak hanya berkegiatan untuk memenuhi hobi para anggotanya, KPFIJ juga membuka bekerja sama dengan komunitas lain untuk memperluas jaringan. "Tahun lalu kami bersama Paramitha Rusady fans Club (PRFC) mengadakan nonton bareng film “Kuberikan Segalanya” yang menghadirkan Paramitha Rusady. Kemudian kami juga pernah nonton bareng Komunitas Benyamin Suaeb. Namun untuk tahun ini kami absen membuat kegiatan seiring wabah Corona dan juga himbauan pemerintah untuk meminimalisasi berkumpul di tempat keramaian," jelas pria yang juga punya nama beken Toto Andromeda ini.
Berawal dari jejaring pertemanan Facebook, hingga saat ini KPFIJ telah menjaring sekitar 12 ribu orang. "Sedangkan untuk anggota offline yang sering ketemu tidak lebih dari 10 persennya di Jakarta dan sekitarnya. Memang sebuah komunitas idealnya 10% aktif itu sudah bagus banget," aku Toto.
Tidak ada persyaratan khusus untuk bergabung di KPFIJ. Namun, Toto mengungkapkan bahwa rata-rata anggota berasal dari kelompok usia diatas 25 tahun dan tidak semua hidup di era film lawas. Bahkan Toto mengaku bahwa ia hanya sebentar menyaksikan film-film lawas di masanya, karena selebihnya adalah masa-masa sulit film Indonesia.
Dengan dibentuknya KPFIJ, Toto berharap bisa mengumpulkan dan menyatukan para pecinta film Indonesia, tapi ternyata, lebih dari itu, komunitas ini juga mempertemukan mereka dengan kolektor film Indonesia, baik kolektor CD, VCD, Laserdisc, Kaset Beta, maupun VHS, yang dulu sangat sulit untuk ditemui.
Menurut Toto, film jadul sendiri adalah film-film yang diproduksi di bawah tahun 1992, tahun di mana Festival Film Indonesia terakhir diadakan. "Idealnya jadul menurut kami adalah tahun 1992 ke bawah, ditandai dengan vakumnya FFI sebelum lanjut lagi di tahun 2004, namun seiring berjalannya waktu kami dinamis saja, karena tahun 2000 pun sudah 20 tahun yang lalu maka era itupun sudah layak untuk diperhitungkan," jelas pria berkacamata ini.
Meski dirinya mendapuk dirinya sebagai pecinta film lawas, bukan berarti Toto tidak mengikuti perkembangan film zaman sekarang. Namun, tidak semua film era masa kini yang ia ikuti. "Dibilang sering sih nggak juga tapi punya skala prioritas, misalnya dari sutradara A atau sutradara B. Biasanya sih begitu," ujar Toto.
Di akhir sesi wawancara, Toto mengungkapkan harapannya untuk KPFIJ. "Harapannya semoga film Indonesia makin mudah ditemui di pelosok kampung karena mereka minim tontonan dan semoga pemerintah mau memberikan tontonan yang murah. Bioskop kecil semoga akan kembali bermunculan dan pajak akan poster film seharusnya sih dibikin murah karena sekarang sulit sekali ditemukan bioskop yang memasang poster besar di depan gedungnya," tandas penggemar fotografi alam ini.