Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
***
Oleh: IY
Dari dulu saya selalu bermasalah dengan berat badan. Mungkin karena sayalah orang yang paling gemuk di rumah. Saya sering mendapatkan body shaming dari orang-orang di rumah. Atau ketika bertemu teman, mereka selalu mengatakan, "Kenapa tambah gemuk?" Sakit hati? Pasti. Tapi saya bisa apa? Saya hanya bisa senyum-senyum walau sebenarnya hati ini sakit.
Saya selalu ingin mengontrol nafsu makan, tapi itu sulit. Anugerah dari Tuhan yang seharusnya selalu saya syukuri adalah nafsu makan yang baik. Banyak orang di luar sana yang memiliki uang banyak, badan yang bagus, serta paras yang rupawan tapi tidak memiliki nafsu makan yang baik. Apakah mereka bahagia? Tentu tidak.
Kadang saya muak dengan kehidupan yang seperti ini sejak bertahun-tahun yang lalu. Kadang saya bertanya-tanya dalam diri, "Mengapa mereka hanya fokus pada kekuranganku? Mengapa mereka selalu mengungkit-ungkit soal bentuk badanku?"
Sempat Mengalami Bulimia
Saya bahkan mengalami bulimia karena ini. Sejak bertahun-tahun yang lalu, ketika saya telah makan sampai kenyang, beberapa menit kemudian saya akan mencari WC dan memuntahkan semua makanan itu. Saya selalu merasa bersalah ketika telah makan sampai kenyang, oleh karena itu saya memuntahkan makanan itu kembali. Apakah saya puas dengan itu? Tentu saja iya. Tapi di sisi lain kadang saya menyesal.
Dulu di mata saya, langsing adalah standar kecantikan. Orang yang gemuk tentu tidak akan dipandang baik oleh lelaki. Maka dari itu saya akan melakukan apa pun agar berat badan saya tidak terus naik. Saya meminum teh-teh diet, bahkan sampai memuntahkan kembali makanan yang telah saya makan. Tapi beberapa tahun terakhir ini, saya menyadari bahwa standar kecantikan bukan dilihat dari bentuk tubuh, melainkan sikap yang santun dan isi otak.
Tidak apa-apa gemuk yang penting sehat. Memang tidak mudah, tapi saya menekankan pada diri bahwa di luar sana banyak orang gemuk yang memiliki tingkat kepercayaan diri di atas rata-rata. Dan saya pun harus seperti itu. Kini saya lebih bisa menerima diri apa adanya. Saya mengubah insecure menjadi bersyukur. Saya bersyukur karena memiliki tubuh yang lengkap tanpa cacat sedikit pun. Kini yang selalu saya lakukan adalah mengembangkan skill dan menekuni hobi. Karena wanita yang berskill adalah wanita yang memiliki nilai plus.
#ChangeMaker