Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
***
Oleh: TR
Pada saat aku masih SMP, aku memiliki kehidupan yang tidak seperti siswa SMP pada umumnya. Pengalaman ini dimulai ketika saat aku SD. Alhamdulillah ternyata aku mendapatkan nilai UN tertinggi di sekolahku dan aku disarankan untuk masuk ke salah satu SMP favorit di daerah Jakarta Pusat. Di sana aku tidak tahu ternyata sekolah yang akan aku gunakan untuk mengenyam pendidikan selama 3 tahun merupakan tempat keluarga yang memiliki penghasilan dan keluarga mereka memiliki jabatan di atas rata-rata. Keluarga mereka umumnya berasal dari keluarga yang memang cenderung berada di wilayah pemerintahan. Sedangkan ayahku seorang pedagang baju dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga.
Aku memang cenderung tipe anak yang hanya bisa bergaul dengan beberapa anak saja. Akan tetapi, bukan berarti aku tidak berteman dengan yang lain hanya saja aku hanya dapat akrab oleh 3-4 orang saja. Lalu, aku sempat berpikir nanti bagaimana aku beradaptasi dengan orang-orang seperti mereka. Dari situ aku sempat minder karena keadaan ekonomi keluargaku tidak seperti mereka.
Lambat laun berjalan ketika aku masuk hari pertama ternyata memang benar mereka hanya mau berteman dengan anak yang menurut mereka berada di kalangan atas saja tidak mau berteman dengan yang mereka anggap tidak layak untuk dijadikan teman. Lalu, karena aku berada di keluarga yang tidak mampu aku tidak mungkin melakukan perawatan wajah atau pun mempunyai tas dan sepatu mahal seperti mereka. Tetapi dari situ aku mulai berusaha untuk membuat mereka menganggap diriku ada dengan menyapa mereka dengan senyum, ramah, bantu mereka ketika kesusahan, dan lain-lain.
Aku tahu meskipun mereka juga mungkin tidak menggangap aku teman mereka, tetapi yang penting aku sudah berbuat baik kepada mereka. Tetapi lama kelamaan aku capek dengan mereka, aku pun yang sudah berusaha keras dengan menolong mereka tetap saja tidak dianggap ada.
Tidak Lagi Minder
Sempat pada suatu saat aku diajak oleh teman sekelasku (Geng Crown) untuk ke salah satu ruang kelas seni tetapi itu sudah tidak terpakai dan aku mengiyakan saja karena kukira mereka mau mengajakku untuk bermain bersama. Ternyata waktu aku sampai di ruang tersebut aku langsung di-bully oleh mereka. Memang bully mereka tidak terlalu parah. Aku hanya dikatain anak miskin dan aku dijambak oleh mereka. Mereka juga mengatakan kepadaku bahwa aku jelek dan mukaku hitam tidak seperti mereka yang perawatan setiap minggu.
Lalu, dari situ aku mulai merasa minder dan berpikir emang iya aku tidak seperti mereka ya. Aku minder se-minder mindernya. Aku tidak mencintai diriku apa adanya. Aku seperti orang yang kehilangan tujuan hidup. Tetapi, untungnya saat itu aku memiliki seorang sahabat yang bisa mengerti diriku.
Dia juga merupakan sepupu dan teman sejak aku kecil. Dia selalu memberiku nasihat supaya aku terus berusaha dan jangan berusaha untuk membalas dendam kepada mereka yang menyakitimu. Karena itu sama saja kamu seperti mereka. Lalu, aku berpikir benar juga ya seharusnya aku lebih mengembangkan potensi yang dimiliki olehku dengan mengikuti lomba yang ada di sekolahku. Tidak perlu aku memikirkan apa kata orang, cukup berusaha menjadi yang terbaik dengan mencintai diri kita apa adanya. Karena terima diri kita apa adanya sama aja kita bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan. Nah, dari situ aku mulai menerima segala kekuranganku dan aku menunjukkan kepada mereka bahwa aku bisa lebih dari mereka.
#ChangeMaker