Fimela.com, Jakarta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu pemegang penting dalam pembangunan di Tanah Air. Itu karena siswa SMK dinilai punya tenaga terampil dan siap kerja.
Apalagi saat ini, lulusan SMK selayaknya berpeluang besar dan lebih mudah memasuki era industri generasi keempat atau resolusi industri 4.0. Oleh karena itu, untuk mendukung sekaligus menjawab tantangan resolusi industri 4.0 digelar March Festival (Marfest).
Marfest menjadi ajang multi event yang digelar oleh SMK Raden Umar Said Kudus dalam rangka menyuarakan semangat merdeka belajar. SMK Raden Umar Said juga merupakan satu dari 16 sekolah binaan Djarum Foundation yang sekaligus menjadi percontohan untuk sekolah kejuruan lain. Berkaitan dengan acara Marfest, Program Associate Djarum Foundation, Galuh Paskamagma pun menyambut baik kegiatan tersebut.
"Marfest menjadi salah satu upaya mempersiapkan lulusan kompeten dan siap bekerja di resolusi industri 4.0. Para siswa diberi kesempatan dan kebebasan mengikuti kelas inspiratif, sesuai minat dan ketertarikannya. Hal ini selaras dengan konsep Merdeka Belajar yang diterapkan di SMK Raden Umar Said Kudus," jelas Galuh.
Apa sih Marfest?
Marfest digagas oleh praktisi pendidikan, Ita Sembiring. Marfest hadir agar siswa dapat berinovasi dan cepat adaptif dengan dunia kerja. Marfest yang digelar untuk pertama kalinya ini adalah bekal 'ilmu bertahan hidup' bagi lulusan SMK yang berkompeten.
"Saya mengagas Marfest ini, disambut baik oleh Djarum Foundation. Kami melihat bahwa SMK punya skill yang luar biasa dan mereka harus punya ilmu juga ke masyarakat. Supaya enggak kagok setelah lulus," jelas Ita kepada Tim Fimela.com, usai acara Marfest di SMK Raden Umar Said, di Kudus, Sabtu (14/3).
What's On Fimela
powered by
Ita bersama Djarum Foundation melihat bahwa merdeka belajar merupakan paradigma baru bagi institusi pendidikan, di mana peserta didik belajar sesuai apa yang mereka inginkan.
"Jadi dengan event ini, sekolah menciptakan lulusan kompeten yang tidak bicara tentang kompetisi, melainkan kolaborasi agar berhasil," jelas Ita.
Nah kolaborasi tersebut ditampilkan dengan menghadirkan 12 tokoh lintas ilmu dan profesi dalam kelas inspiratif. Beragam topik kekinian yang erat kaitannya dengan dunia kerja di kupas tuntas. Bahkan siswa SMK Raden Said Umar pun antusias dengan melemparkan banyak pertanyaan pada nara sumber.
Adapun para tokoh tersebut antara lain Aulia Marinto (VP Marketing Management IndiHome), Naya Anindita (Sutradara), Butet Kartaredjasa (Pekerja Seni), Bene Dion (Penulis Script), Daryl Wilson (CEO Kumata Studio), Chandra Endroputro (CEO Temotion-Tempo Animation) Aghi Narottama (Komposer Music Film), Mice Cartoon (Komikus) dan sederet nama lain di dunia seni dan kreatif seperti Mahesa Desaga, Eka Adrianie dan Mia Utari.
Tak ketinggalan, Marfest juga menampilkan pameran karya pelajar SMK Raden Umar Said, musik, dan peragaan busana.
Marfest Belajar Kolaborasi
Kehadiran belasan pemateri di Marfest dilakukan untuk meningkatkan semangat belajar dan kreativitas siswa yang belajar sesuai passion. Di setiap pembicaraaan pemateri, siswa SMK Raden Umar Said dianjurkan untuk saling berkolaborasi.
Salah satunya seperti dijelaskan fashion desainer Eka Adriani. Dalam Marfest, Eka menyampaikan materi tentang Marketing Small Fashion Business yang benang merahnya adalah memulai bisnis dengan modal sekecil-kecilnya.
Untuk itu, Eka menyampikan tips bagi peserta yang ikut di kelas inspiratifnya. Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk memulai bisnis fashion dengan modal minim, yaitu:
1. Percaya Diri
Terlepas dari skill yang dimiliki lulusan SMK, Eka menegaskan bahwa dalam memulai sebuah bisnis, percaya diri adalah salah satu bekal yang harus dimiliki.
"Kepercayaan diri untuk berani tampil dan berani coba. Jika masih belum percaya diri ada cara lain, dengan menggandeng teman. Kolaborasi. Biasanya dengan adanya teman, menjalaninya jadi lebih yakin," jelas Eka.
2. Pengetahuan
Ini bisa didapatkan dengan cara menggali pengetahuan, seperti pengalaman dari guru atau orang yang sudah menjalani bisnis serupa.
3. Inovasi
Dalam menjalankan bisnis, inovasi harus diciptakan agar pasar menerima karya yang tidak monoton. "Jadi berinovasi terhadap produk sendiri itu penting."
Menyoal inovasi, Eka melakukan hal yang sama. Dalam brand Dots Indonesia, Eka mengatakan bahwa model bisnis yang dijalankannya adalah co-branding.
"Saya pernah kolaborasi dengan anak-anak dan sepuh. Gambar mereka saya aplikasikan di baju, sesuai dengan kesepakatan kami di awal bahwa desain mereka boleh dipakai oleh orang lain, tapi tidak boleh diaplikasikan di baju," kata Eka.
Dengan kolaborasi itu, Eka menilai bahwa kedua pihak sama-sama diuntungkan. Tak hanya sebatas materi tapi juga karya. Nah ternyata Eka mengaku juga cukup terkesan dengan Marfest ini.
"I'ts beyond my expectation banget. Saya bahkan sempat share ke teman-teman dan mereka kaget kalau di Kudus ada acara sekeren ini. Di satu sisi, acara ini jelas membuka wawasan siswa SMK yang siap kerja. Kedua adalah penyelenggaraan acara ini berkualitas banget. Meskipun gratis, kualitas di jaga, mulai dari stage yang besar dengan LED, hingga narasumber yang berkompeten di bidangnya."