Tak Perlu Mengemis Pertemanan kalau Bisa Mencintai Diri Sendiri

Endah Wijayanti diperbarui 14 Mar 2020, 13:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.

***

Oleh: Anna Marie Happy

Manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri. Begitu pula dengan saya yang membutuhkan manusia lain dalam kehidupan. Selain keluarga, manusia lain di sekeliling saya adalah teman.

Saat kecil, saya punya beberapa teman, entah itu tetangga maupun teman-teman di sekolah. Kami selalu bermain bersama, berangkat dan pulang sekolah jalan kaki bersama, jajan bersama, dan segala kegiatan lain yang dilakukan anak-anak era 90-an. Saya punya dua sahabat perempuan yang menjadi teman dekat saya semasa SD.

Tapi, menurut orang tua, sahabat saya ini bukan teman yang baik sehingga mereka menginginkan saya tidak dekat-dekat dengan kedua sahabat itu. Waktu itu menjadi masa berat untuk anak seusia saya karena harus kehilangan sahabat. Kami pun berpisah setelah lulus SD karena kami melanjutkan di SMP yang berbeda.

Saat SMP saya mendapat teman-teman baru. Saya pun punya seorang sahabat, Tapi, sahabat saya ini suka mengatakan bahwa saya ini kuper, tidak pernah jalan-jalan, tidak modis, egois, dan berbagai hal buruk lainnya. Dia juga pernah bilang karena saya melanjutkan SMA di kota kecil saya jadi anak yang tidak terdidik. Sementara, dia melanjutkan SMA di kota besar. Karena perkataanya itu sempat membuat saya sakit dan opname. Kami berpisah karena kami melanjutkan di SMA yang berbeda.

Saat SMA, bisa dikatakan saya punya hubungan pertemanan yang buruk. Entah mengapa ada saja teman saya yang mengatakan saya ini egois, tidak bisa bergaul, penampilan polos, kuper, dan lain-lain. Ditambah lagi saat itu saya konflik dengan keluarga karena orang tua yang selalu mengekang. hal itu membuat saya tidak percaya diri.

Hubungan pertemanan dan keluarga membaik setelah saya kuliah di luar kota. Saya yang selama sekolah dalah siswa pasif memberanikan diri ikut organisasi dan mengejar beasiswa. Saya bahkan diangkat menjadi ketua presidium sebuah organisasi kepemudaan di akhir masa kuliah. Saya punya banyak teman dan saya merasa bahwa masa kuliah dalah masa terindah dalam hidup saya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Mencari Hubungan yang Baik

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Lulus kuliah saya bekerja sebagai wartawan media cetak. Saya punya banyak teman. Saya sempat berganti beberapa media dan itu menambah relasi dan pertemanan. Tapi dia media terakhir, kontrak saya tidak dilanjutkan. Saya pun keluar namun belum mendapat pekerjaan baru.

Kembali ke kampung halaman, membuat saya berteman kembali dengan teman-teman semasa sekolah. Ada seorang teman yang meminta saya membantu mengurus pernikahannya. Namun, setelah urusan pernikahannya selesai dia hilang, jarang sekali memberi kabar. Bahkan ketika saya minta tolong dia juga tak datang.

Saya sempat merasa benci dengannya. Saya kesepian sampai terserang panic attack. Untunglah saya masih mengontrolnya. Akhirnya saya mendapat pekerjaan lain. Tapi pekerjaan itu hanya ada bos dan saya sebagai pegawai. Di sana saya kembali tidak punya teman. Ada teman kos yang sibuk sendiri. Sementara tante kos pilih-pilih dengan anak kosnya. Saya sudah mencari komunitas tapi tidak ada yang cocok. Saya pun jadi sering sakit karena kesepian.

Saya kemudian resign dan kembali ke kota asal. Saya kembali bekerja. Tapi karena dikira anak titipan bos, rekan kerja memusuhi saya. Namun, ada beberapa teman baru yang menjadi tempat saya curhat saat kesal dengan rekan kerja. Tapi hubungan dengan teman-teman baru itu hancur karena kekasih tak menyukai mereka dan memaksa saya menjauh dari mereka.

Hubungan saya dengan kekasih juga tak selamanya baik. Kami sempat putus dan saat putus saya kembali kesepian. Saya pun berusaha mencari support system baru, tetapi ada yang harus pindah ke luar kota atau sibuk dengan keluarga.

3 dari 3 halaman

Menjalani Hidup Sebaik-baiknya

ilustrasi/copyright pixabay.com/Chuotanhls

Hubungan perrtemanan yang kurang baik mengajarkan saya bahwa sebenarnya saya bisa melakukan apa-apa sendiri tanpa harus tergantung pada teman. Saya tidak harus mengemis pertemanan kepada mereka yang tidak mau berteman dengan saya. Saya biasa travelling sendiri, kulineran sendiri, ke mana-mana jalan kaki sendiri. Bukan berarti saya tak punya teman. Ada, tapi tak akrab.

Hubungan dengan kekasih yang naik turun juga mengajarkan saya mencintai diri sendiri. Ada kalanya kekasih bersikap tidak menyenangkan. Kalau saya hanya memikirkan sikap kekasih yang tidak menyenangkan, bisa-bisa saya stres. Dengan mencintai diri sendiri, saya siap dengan kemungkinan buruk yang terjadi. Toh saya tetap bisa hidup sebagai pribadi yang mandiri. Kalaupun harus menjomblo seumur hidup, saya siap daripada harus memberikan hidup saya untuk orang yang salah.

Saya tidak suka make up, jadi sampai saat ini saya tampil polos dengan baju lungsuran. Saya memperjuangkan mimpi saya walaupun belum semua terwujud.

Saya tetap berkarier walaupun masih berjalan lambat dan tetap memperjuangkan karier kelak setelah menikah. Saya melakukan hobi jalan-jalan dan kulineran, olahraga, menabung, investasi, mendengarkan musik, dan hal-hal lain yang membuat saya bahagia. Saya menerima semua hal yang terjadi dalam hidup sebagai bagian dari hidup saya.

#ChangeMaker