Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
***
Oleh: Yulia S. Arisma
"Menggaji" diri sendiri terlebih dahulu, lalu membayar tagihan-tagihan, baru kemudian menabung apa yang tersisa adalah my payday ritual. Saya melakukan diet seimbang guna mendapatkan proporsi yang tepat antara tinggi dan berat badan. Saya olah raga setiap hari karena tidak berniat mengajukan klaim rawat jalan atau inap pada mitra asuransi kesehatan.
Saya membaca buku, melakukan meditasi, dan menyempatkan traveling demi menjaga pikiran tetap waras. Saya menghapus orang-orang "beracun" dari kontak dan membentuk support system hanya dengan orang-orang yang benar-benar peduli pada kebaikan hidup saya. Apakah ini menyatakan bahwa saya telah mencintai diri sendiri dengan cukup? Terdengar tepat bagi saya, so YES!
Lalu bagaimana dengan ini?
“Saya berhenti bercermin terlalu lama karena sadar kantung-kantung mata ini tidak akan pernah hilang. Saya tidak memilih fashion berdasarkan occasion, tapi berdasarkan mood saya hari itu. Saya melakukan apa yang saya suka, itu juga berarti mencuci piring atau membersihan rumah hanya saat saya menginginkannya. Gelambir-gelambir lemak di perut adalah fiktif dan NO, kelebihan atau kekurangan, 15 kg dari proporsi berat badan yang seharusnya tidak lantas menjadi alasan untuk mulai diet seimbang dan berolah raga karena saya mencintai diri saya apa adanya dan bangga dengan itu semua!” Senang mendengar Anda menyukai diri sendiri dengan hal-hal itu! Tapi saya tidak melihat ini sebagai self-love, melainkan ignorance.
Menginvestasikan kebanggaan pada penampilan fisik sedemikian rupa adalah naif secara emosional. Penampilan fisik dapat berubah karena berbagai alasan, termasuk usia, cuaca, peristiwa dan lain-lain. Namun, merawat diri sedikit lebih ekstra, memiliki kedisiplinan dan mengatur diet seimbang (tergantung pada kondisi kesehatan seseorang), berolah raga ringan setidaknya 30 menit setiap hari, ataupun berinvestasi pada pengembangan diri tidaklah menyakitkan, bukan?
Pola Hidup Tetap Perlu Diatur
Mencintai diri sendiri tidak boleh berarti pembenaran atas pola hidup dan/atau pikir yang tidak sehat. Seringkali kita enggan mempromosikan self-love terutama karena kita mengacaukannya dengan ignorance atau selfishness. Sebagai manusia, kita harus memiliki cinta yang sehat untuk diri kita sendiri terlebih dahulu; dari sumber inilah cinta mengalir ke orang lain.
Saya tidak pernah tidak mencintai diri saya hanya karena fisik. Karena perangai yang buruk? sangat sering, tapi tidak sekalipun saya benci menjadi diri sendiri hanya karena hidung saya yang terlalu imut (pesek), mata yang selalu mengantuk, tinggi badan berlebihan, kulit hitam, gigi gingsul tidak rata (yang penting tidak bau mulut!) ataupun bekas cacar air di muka. Mengetahui ada banyak perempuan di luar sana yang memerlukan alasan untuk bisa mencintai diri sendiri karena perbedaan bentuk tubuh, warna kulit, maupun kontur wajah membuat saya kecewa.
Menyenangkan membaca mereka berhasil bangkit dari keterpurukan, tapi mengetahui alasan utama atas tekanan itu adalah pemikiran tentang tidak cukup cantik, what a bummer. Perempuan, di seluruh dunia, Anda cantik no matter what! Tidak ada seorang pun yang berhak menyatakan sebaliknya! Maka jangan membiarkan orang lain merenggut kenyataan itu dari Anda.
#ChangeMaker