Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
***
Oleh: Fransiska Siauw Jiuw
Bukanlah suatu hal yang mudah buat saya untuk mencintai diri sendiri. Sejak kecil saya sudah jauh dengan orangtua saya, dan saya tinggal di rumah tante dan membantu beliau membuat kue untuk dijual. Beliau mempunyai dua anak dan salah satunya seumuran saya. Saya punya teman bermain dan seharusnya itu sangatlah menyenangkan.
Namun seiring waktu berjalan, sepupu saya itu lebih disukai oleh banyak orang karena lebih supel dan cantik ketimbang saya. Dia juga dicintai oleh orangtuanya dan itu juga membuat saya merasa iri. Temannya lebih banyak daripada saya yang cenderung pendiam ini.
Hingga SMA, saya tidak punya pacar seperti dirinya, karena saya sangat minder dengan teman-teman yang cantik dan kaya. Saya hanya bisa berteman dengan beberapa teman yang juga pendiam dan biasa-biasa saja.
Setiap bercermin, saya begitu sedih melihat fisik saya. Tulang hidung yang kurang lurus, muka yang berjerawatan dan berbekas, rambut yang tipis, mata yang tidak besar, lipatan mata yang hampir tidak ada, betis yang besar akibat sering berdiri ketika membuat kue, atau telapak tangan dan kaki yang kasar dan pecah-pecah. Bagaimana saya bisa dibandingkan dengan mereka yang kelihatan cantik-cantik dan disukai banyak teman pria di sekolah?
Sampai kuliah pun juga begitu, saya tidak bisa punya banyak teman karena saya merasa tidak sanggup berteman dengan mereka yang rata rata cantik sekaligus kaya. Saya malah pernah ditinggal oleh pacar saya tanpa kabar berita. Pada zaman itu kami kenalan lewat chatting online dan ngobrol pun via chatting dan telepon. Ditembak pun via telepon kala itu. Baru bertemu sekali, eh besok-besoknya tidak ada kabar lagi mengenai dia. Saya semakin minder karena saya pikir dia pergi dari saya tanpa bilang apa apa karena melihat muka saya yang tidak cantik dan malah sedikit gemuk ketika itu.
Perubahan
Hingga ketika saya di tempat kerja, di mana lingkungannya lebih kecil daripada sekolah dan kampus. Di situlah saya mulai sering berkomunikasi dengan teman sebaya dan teman senior. Di situlah saya mulai menyadari dan memahami orang-orang dengan berbagai karakter yang berbeda.
Di situ jugalah saya mulai memahami bahwa cantik tidak selalu berpatokan dengan muka. Cantik yang sesungguhnya itu dimulai dari dalam diri kita yang sering disebut dengan inner beauty. Di situ juga saya bertemu lagi dengan pacar baru saya yang menyukai saya karena sifat saya. Bahkan di situ dia mengatakan bahwa mantan-mantan dia sebelumnya tidak seperti saya meskipun rata-rata lebih cantik dari saya.
Saya mulai merasa percaya diri sejak saat itu. Juga dari nasihat teman senior yang sudah berpengalaman banyak, yang mengatakan bahwa kita harus bersyukur atas apa yang kita terima, bahwa Tuhan sudah begitu baik selama ini kepada kita. Dan satu lagi yang terpenting adalah, tidak ada gunanya kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Yang ada kita semakin membenci diri kita, semakin melihat kekurangan diri kita, dan kita tidak akan pernah bisa mencintai diri kita sampai kapan pun.
Saya seperti tersadar. Saya berkata kepada diri saya sendiri. Bercerminlah, lihatlah dirimu. Apa yang kurang dari tubuhmu? Apakah ada salah satu anggota tubuhmu yang tidak ada Apakah ada yang cacat dengan tubuhmu? Apakah kamu pernah membandingkan dirimu dengan mereka di sana yang tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengar?
Pernahkah kamu membayangkan bagaimana mereka yang tidak bisa berjalan dan harus duduk di kursi roda sejak mereka kecil? Apakah kamu pernah tidak mendapat makan atau minum walau cuma sehari? Apakah kamu pernah melihat mereka yang mengemis di sana hanya untuk sesuap nasi? Begitu banyak pertanyaan di benakku.
Lebih Percaya Diri
Satu per satu aku mulai menyadari betapa hidupku spesial. Betapa aku sangat spesial. Begitu banyak di luar sana orang-orang yang tidak mendapatkan apa yang aku dapatkan. Sejak itu aku mulai mencintai diriku. Dengan mencintai diriku sendiri, semakin banyak waktu yang bisa kita berikan untuk membantu orang lain. Aku yang tadinya cuma bisa mengeluh dan mengeluh, sekarang sudah bisa menjadi berkat untuk orang lain.
Kebahagiaan. Itulah yang kita dapatkan dari mencintai diri sendiri. Otomatis kita juga akan mencintai sesama kita. Dan apa yang lebih diinginkan seseorang selain mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya?
Sekarang, saya malah bisa menertawakan diri sendiri atas kekonyolan dan kebodohan saya di masa lalu. Mencintai diri sendiri membuat rasa percaya diri muncul. Belajarlah untuk mencintai diri kita apa adanya, tanpa membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan yang orang lain miliki, termasuk juga harta.
Tuhan juga tidak melihat semuanya itu, kecuali bagaimana hati kita, dan bagaimana kita hidup di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya. Ingat. Semangatlah. Teruslah mencintai dirimu. Karena kamu itu cantik dan kamu itu spesial.
#ChangeMaker