Tak Semua Keinginan Orang Harus Dipenuhi, sebab Kita Manusia Biasa

Endah Wijayanti diperbarui 09 Mar 2020, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.

***

Oleh:  Nur Asiyah

Selama ini, banyak orang yang segan untuk memberi penolakan pada permintaan orang lain. Contohnya, saat seseorang meminta bantuan untuk menyelesaikan suatu tindakan secara cuma-cuma, kita cenderung mengiyakan karena takut menyakiti hati orang tersebut. Namun, sejujurnya, apakah dengan senantiasa menjaga hati orang lain kita akan mendapatkan kebahagiaan? Jawabannya, tidak selalu. Ada kalanya kita malah tertekan dan merasa terbebani dengan permintaan orang tersebut. Saat kita merasa sudah cukup dan tidak nyaman, saat itulah kita harus berani berkata "Lain kali" atau malah "Tidak, terima kasih".

Keadaan semacam itu juga pernah menimpa saya. Bukan satu dua kali, tetapi sering. Seakan saya adalah tujuan paling nyaman dan aman untuk dimintai pertolongan. Kebanyakan teman menjadi memiliki pikiran, “Ah, serahkan saja pada dia. Dia pasti akan membantuku.”Awalnya saya menerima permintaan dari orang lain dengan tenang dan senang. Saya merasa semuanya akan berbalik menjadi kebaikan jika saya juga berbuat baik pada orang lain. Namun, ternyata tidak selamanya saya bisa berpikir positif. Ada saat di mana saya merasa lelah dan itu malah membuat diri saya tidak baik-baik saja. Saya merasa dimanfaatkan dalam situasi yang tidak menguntungkan.

Saat saya telah merasakan kelelahan yang tak tertahankan, saya mulai melontarkan penolakan pada permintaan yang ditujukan pada saya. Saya mencoba sehalus mungkin untuk tidak menyinggung perasaan karena saya masih memikirkan pendapat orang lain tentang saya.

2 dari 2 halaman

Memang Tak Semua Orang Bisa Mengerti

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Beberapa orang mencoba mengerti, tetapi lebih banyak orang yang menggerutu dan menjauh. Saat itulah saya merasa bahwa kebaikan yang saya berikan selama ini telah menjadi bumerang tajam bagi saya. Saya menyamaratakan semua orang dan berpikir semua akan menghasilkan kebaikan. Akan tetapi sungguh disayangkan, ternyata pikiran saya yang semacam itu hanya saya miliki sendirian. Saat itu saya mulai sadar, tidak semua permintaan bisa membuat hati saya bahagia dan lega. Malah, banyak permintaan yang merugikan saya dan saya merasa telah menyakiti diri saya sendiri. Seakan saya terlalu mencintai orang lain dan mengucilkan diri saya sendiri.

Setelah semua yang saya alami, saya mulai berproses untuk menyayangi diri saya sendiri. Saya tidak serta merta mengatakan "iya" saat seseorang meminta sesuatu dari saya. Saya akan memilah dan memilih permintaan mana yang saya terima. Selain itu, saya juga melihat siapa yang meminta bantuan tersebut. Bukan masalah apakah dia orang berpengaruh, kaya, cantik, atau tampan. Namun, saya memilih berdasarkan kenyamanan hati dan ketulusan pihak tersebut terhadap saya. Bagaimanapun saya adalah manusia. Saya bisa merasakan siapa yang benar-benar tulus berada di lingkup hidup saya. Menemani dan memberi warna.

Jangan pernah takut untuk melontarkan rasa tidak ingin. Mungkin pada awalnya akan terasa canggung. Namun, itu lebih baik daripada diri sendiri merasa letih dan berujung pada ketidakikhlasan. Yakinlah jika semuanya akan baik-baik saja. Orang-orang yang mengerti akan tetap berada di sisimu. Sementara orang-orang jahat akan menghindar, karena kamu bukan lagi korban yang cocok untuk dimanfaatkan. Love yourself and be more honest!

#ChangeMaker