Fimela.com, Jakarta Unggahan foto diri Tara Basro pada Selasa (3/3/2020) malam tengah menjadi sorotan publik, di mana ia menunjukkan bentuk asli tubuhnya serta bicara tentang body image dan mencintai tubuh.
Dalam unggahannya tersebut, bintang film "Pengabdi Setan" itu menyebut dirinya sempat terbiasa mengkritik dan menilai buruk tubuh seseorang. Namun hal itu kini ia tinggalkan dengan cara mengubah pola pikir dan cara pandang menjadi lebih positif.
Lebih lanjut, Tara pun mengajak followers-nya untuk mesyukuri apa yang dimiliki, termasuk bentuk tubuh. "Andaikan kita lebih terbiasa untuk melihat hal yang baik dan positif, bersyukur dengan apa yang kita miliki dan make the best out of it daripada fokus dengan apa yang tidak kita miliki," tulis Tara.
"Setelah perjalanan yang panjang gue bisa bilang kalau gue cinta sama tubuh gue dan gue bangga akan itu. Let yourself bloom 🌸✨" tutup Tara dalam tulisannya, yang mengundang respon positif warganet.
Unggahan Tara Basro itu pun kemudian dibanjiri komentar, di mana banyak warganet, khususnya perempuan yang merasa terwakili kondisinya lewat apa yang disampaikan Tara.
Terkait masalah "body image" atau "citra diri" yang disampaikan Tara Basro, hal tersebut nyataya telah menjadi salah satu masalah global yang dapat memicu depresi dan masalah kesehatan mental lain, karena khawatir atas citra, ukuran serta bentuk tubuh yang dimiliki.
Body Image dan Depresi
Tak banyak yang sadar jika body image yang dibangun setiap orang ternyata dapat memengaruhi kondisi kesehatan mentalnya. Melansir laman Office On Women's Health, Rabu (4/3/2020), perempuan yang memiliki body image positif cenderung memiliki kesehatan mental yang baik.
Sedangkan perempuan yang membentuk body image negatif, membuat mereka memiliki risiko depresi lebih tinggi, mengalami gangguan makan, dan masalah kesehatan mental serta fisik lainnya.
Mengutip The Guardian (4/3), menurut data statistik Mental Health Foundation (MHF) yang didapat dari jajak pendapat YouGov, dari 4.505 orang dewasa di Inggris, setidaknya 57% anak berusia 18-24 tahun mengaku merasa cemas karena body image mereka.
Dari jajak pendapat itu juga didapati sekitar 10% perempuan sengaja melukai diri sendiri karena body image yang buruk, dibanding pria yang hanya sebanyak 4%.
Tak sampai di situ, dalam jajak pendapat yang sama 13% dari orang dewasa mengaku dirinya pernah memiliki pikiran atau perasaan ingin bunuh diri karena body image nagatif yang mereka bangun.
Mencintai Diri
Data tersebut pun menjadi bukti betapa body image yang dibangun dan didapat seseorang sangat memengaruhi hidup mereka. Menerima dan mencintai diri sendiri pun jadi solusi, betapa sebenarnya seseorang bisa dengan mudah menyelamatkan diri dan hidupnya dari ancaman depresi.
Taylor Swift dalam film dokumenter terbarunya, "Miss Americana" mengaku betapa terbebani dirinya saat mencoba menuruti standar kecantikan yang banyak orang yakini.
"Aku belajar bertahun-tahun tak baik melihat foto diriku setiap hari karena aku punya kecenderungan ... (saat) kurasa perutku terlihat terlalu besar di foto atau saat seseorang berkata aku terlihat hamil atau semacamnya, itu akan memicuku untuk kelaparan atau berhenti makan," ujar Taylor Swift.
Terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang tubuhnya pun diakui Talor tak baik, karena itu membuatnya bekerja sangat keras untuk menjadi kurus. Ironisnya, saat berhasil menurunkan berat badan, ia tak mendapatkan apresiasi atasnya, tetapi ia justru disebut seperti orang sakit karena terlihat terlalu kurus.
"Aku tak bisa. Selalu ada standar kecantikan yang tak akan (bisa) kita penuhi. Karena jika kau kurus, kau tak punya bokong yang diinginkan semua orang. Tapi jika beratmu cukup untuk memiliki bokong, maka perutmu tak cukup rata. Itu sangat tidak mungkin," kata Taylor Swift.