Membandingkan Virus Corona dengan SARS dan MERS yang Melemah di Musim Kemarau

Annissa Wulan diperbarui 02 Mar 2020, 18:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Merebaknya kasus virus Corona yang ada di seluruh dunia tentu menyebabkan banyak orang ketakutan dan merasa was-was. Menurut penelitian, di bulan-bulan yang dingin, virus dapat menyerang dengan ganas, menginfeksi jutaan orang, namun tidak dengan musim panas atau kemarau, mengapa?

Ini disebabkan oleh virus pernapasan, seperti virus Corona lebih kuat di udara yang sejuk dan kering. Temperatur yang lebih dingin memungkinkan mereka berkembang biak lebih mudah dan menyebar dengan lebih cepat.

Menurut penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, dilansir dari huffpost.com, Senin (2/3/2020), cuaca telah mempengaruhi virus Corona lainnya. Sebelum COVID-19, ada virus Corona lain yang juga menyebabkan keadaan darurat kesehatan masyarakat internasional, seperti SARS di tahun 2003 dan MERS di tahun 2012.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Virus SARS dan MERS bertahan lama di suhu yang dingin

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Virus Corona ini memiliki beberapa kesamaan, yaitu susunannya yang 79% cocok dengan SARS dan 50% cocok dengan MERS. Melihat kembali wabah SARS, sebuah studi pernah mengidentifikasi peningkatan sebanyak 18 kali lipat infeksi pada suhu dingin dibandingkan hari-hari yang lebih hangat.

Selain itu, virus SARS menjadi semakin tidak aktif saat suhu dan kelembapan naik. Sama halnya dengan SARS, MERS juga lebih kuat di cuaca yang dingin dan kering.

Virus tertentu memiliki kemudahan untuk bertahan hidup dan bereproduksi dalam suhu yang lebih dingin. Virus juga berkembang tanpa kelembapan, di mana biasanya suhu dingin menyebabkan kelembapan relatif turun.

3 dari 3 halaman

Reaksi tubuh ketika berada di suhu yang dingin

Ilustrasi flu. Sumber foto: unsplash.com/Kelly Sikkema.

Selain itu, banyak orang cenderung berkerumun di dalam ruangan ketika udara di luar sedang dingin. Hal ini tentu meningkatkan kemungkinan kontaminasi.

Sistem kekebalan tubuh juga mengalami penurunan saat suhu udara dingin, karena kurangnya sinar matahari, yang menyebabkan penurunan kadar vitamin D. Vitamin D sendiri memiliki peran besar dalam mengelola respon kekebalan tubuh atau kemampuan untuk melawan infeksi.

Sayangnya, virus Corona terbaru ini belum bisa benar- benar diprediksi. Mulailah dari menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan yang ada di sekitar.

#ChangeMaker