Fimela.com, Jakarta Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh para ilmuwan di Penn Medicine berusaha untuk memahami respon otak terhadap berbagai orang dengan kelainan wajah, seperti bekas luka, tanda lahir, dan displasia. Temuan ini kemudian diterbitkan dalam Scientific Reports, menunjukkan bias yang masih melekat terhadap preferensi "cacat" dan kelainan bawaan yang menarik secara konvensional.
Penilaian pada daya tarik dan kepercayaan bisa dibuat dengan sangat cepat dan konsisten dalam berbagai budaya. Namun, di sisi lain, orang-orang dengan cacat wajah sering menjadi target diskriminasi.
Menurut studi neuroimaging, seperti dilansir dari nypost.com, wajah yang menarik memicu respon yang lebih substansial dalam penghargaan, empati, dan sektor kognisi sosial otak dibandingkan dengan bentuk wajah yang rata-rata. Studi ini menggali lebih dalam dengan fokus pada wajah dengan kecacatan dan menganalisis solusi bedah untuk mengurangi respon negatif.
What's On Fimela
powered by
Kelainan pada wajah seseorang ternyata masih memicu bias negatif
Dr. Anjan Chatterjee, profesor neurologi dan direktur di Penn for Neuroaesthetics menyatakan bahwa untuk meluruskan diskriminasi, langkah pertama yang harus diambil adalah memahami bagaimana dan mengapa bias semacam itu bisa ada. Studi ini melibatkan dua percobaan, yaitu menggunakan satu set foto sebelum dan sesudah operasi dari pasien yang menjalani perawatan bedah untuk kelainan mereka, serta kuesioner eksplisit untuk menilai seberapa sadar mereka tentang preferensi diri mereka sendiri.
Eksperimen kedua melibatkan tes fungsional functional magnetic resonance imaging atau fMRI untuk mengamati respon saraf terhadap satu set foto. Para peneliti menemukan adanya peningkatan aktivitas di daerah kortikal oksipito termporal ventral yang berhubung dengan pemrosesan penglihatan dan pengurangan di daerah yang terkait dengan empati, khususnya kingulata anterior dan korteks medio prefrontal.
Hasil ini memberitahu bahwa banyak orang secara tidak sadar menyembunyikan bias negatif terhadap wajah yang kurang menarik dan cacat, mengakibatkan kurangnya empati. Penekanan daya tarik dan hubungannya dengan atribut positif ini menyoroti efek penampilan dalam interaksi sosial.
Saksikan video menarik setelah ini
#ChangeMaker