Jangan Terus Menyakiti Diri demi Pria yang Tak Mampu Menghargai

Endah Wijayanti diperbarui 18 Feb 2020, 10:13 WIB

Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.

***

Oleh:  Maulida Fadhilah

Cintailah sewajarnya, kalimat yang tak asing yang mungkin sering kita dengar. Konon katanya kisah kasih di sekolah itu tak bisa dilupakan. 1,2 tahun berlalu dan saatnya menginjakkan kaki di kelas 3. Selang waktu kami tak sengaja kebagian jatah tugas kelompok bersama dan dari situlah kedekatan kami dimulai. Ia dikenal mudah akrab sama semua orang

Ia tak segan mengajak aku jalan, makan, dsb layaknya orang yang sedang pdkt. Malam itu ia mengajakku keluar buat sekadar makan bareng. Malam itu ia berani menyatakan cintanya di depanku. Cewek mana yang tak luluh hatinya jika diperlakukan seperti ini. Hari itupun aku terima cintanya dan kami resmi pacaran. Hari demi hari kami lewati bersama entah suka maupun duka. Perpisahan sekolah adalah awal perubahan itu ada. Kami memutuskan untuk bekerja. Dia kerja di salah satu mal. Mungkin setiap hari bekerja dia sering merasa penat dengan keadaan hingga terkadang untuk sekadar bertemu pun jarang.

Komunikasi itu penting. Tapi tidak dengannya, dia sangat sibuk sampai lupa tak memberiku kabar. Jangankan untuk bertemu untuk komunikasi pun kami jarang. Selang waktu, aku tak sengaja membuka aku media sosialnya. Di situlah awal pertengkaran hebat terjadi. Aku melihat akun medsos cewek yang mem-posting foto berdua dengannya sedang jalan-jalan. Yang jelas di situ hatiku dibuat kacau.

 

 

2 dari 2 halaman

Melepaskan Dia dengan yang Lain

Ilustrasi./Copyright pexels.com/@d-ng-nhan-324384

Aku menangis. Aku bertanya ke diri sendiri kenapa harus seperti ini akhirnya. Setelah kutelusuri dia teman kerjanya, aku masih berpikir positif tapi untuk kedua kalinya ia kepergok makan berdua dengannya. Hati siapa pun jika diperlakukan seperti ini akan terasa sakit.

Batas sabarku sudah habis, aku meminta penjelasan yang lebih detail darinya tapi ia enggan memberikan penjelasan padaku. Seakan-akan ia tak peduli dengan hubungan kami. Hal yang membuatnya semakin runyam adalah ketika salah satu dari kami malah meremehkan bukan mencari solusi. Beberapa kali ia menganggap segala perhatian yang aku berikan adalah suatu pengekangan. Bahkan segala cemas yang kusampaikan ketika ia tak lekas membalas pesanku sebagai sesuatu yang tidak berarti. Apakah memang aku tidak berarti baginya?

Aku mulai memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang sulit ini. Aku memutuskan untuk menyudahi hubunganku dengannya. Karena aku sadar, aku tak mau terus menerus menyakiti diri sendiri dengan menerima kenyataan kalau cintanya mungkin bukan untukku lagi. Tetapi, darinya aku belajar untuk membiarkan yang ingin pergi.

Tak perlu terus menerus menyakiti diri sendiri demi sekedar mempertahankan dia yang tak mampu lagi menghargai. Ia juga menyadarkanku untuk merelakan dia yang tak menganggapku ada dan dia yang dengan mudahnya berpindah ke lain hati. Semoga kehilangan ini menuntunku untuk menemukan orang lain yang lebih memahamiku.

 

#ChangeMaker