Fimela.com, Jakarta Mungkin kamu sudah sering mendengar tentang konsep kepribadian introvert dan ekstrovert. Introvert dikenal sebagai pribadi yang lebih suka menyendiri dan tidak suka keramaian, sedangkan ekstrovert lebih menunjuk mereka yang suka bersosialisasi dengan banyak orang.
Konsep kepribadian introvert dan ekstrovert telah dipopulerkan sejak tahun 1920-an dan 1930-an oleh tulisan-tulisan Carl Jung, yang kemudian digunakan sebagai indikator dalam Myers-Briggs. Menurut seorang psikolog klinis Dr. Josh Klapow, Ph.D., seseorang dengan kepribadian introvert cenderung memproses informasi dan merespon dunia di sekitarnya dengan cara yang lebih soliter dan internal, bukan mengatakan bahwa mereka antisosial, pemalu, penakut, mudah cemas, dan penyendiri.
Namun, dalam banyak kasus, keinginan untuk diterima oleh banyak orang akan mendorong seseorang yang berkepribadian introvert untuk berubah. Dilansir dari bustle.com, Rabu (19/2/2020), hal ini dinamakan sebagai kebutuhan sosial bagi seseorang dengan kepribadian introvert.
Bisakah seorang introvert menjadi ekstrovert?
Kamu bisa melihat seorang introvert menunjukkan sifat ekstrovert di depan umum karena kebutuhan sosial mereka. Pilihannya ada dua, bertahan dan menjadi kebiasaan, atau bersikap sebagai seorang ekstrovert hanya saat dibutuhkan saja.
Seorang introvert bisa menunjukkan perilaku ekstrovert dengan mengelola kecemasan, namun tidak akan mengubah sifat dasar mereka. Temperamen mereka masih akan condong ke arah introvert dengan kebutuhan mereka akan waktu untuk istirahat.
Tidak mungkin untuk mengubah seorang introvert untuk sepenuhnya menjadi ekstrovert, begitu juga sebaliknya. Sifat-sifat dari kepribadian seseorang akan stabil ketika usia 30 tahun dengan beberapa perubahan kecil yang tidak akan terlihat signifikan. Bagaimana menurutmu?
Saksikan video menarik setelah ini
#ChangeMaker