Fimela.com, Jakarta Setiap kali hati kita terluka, entah karena disakiti oleh orang yang paling kita cintai atau baru mengalami pengalaman yang pahit, biasanya kita cenderung mencari kambing hitam. Kita akan menyalahkan pihak lain. Memaksa orang lain untuk bertanggung jawab atas luka yang kita dapat.
Pada kenyataannya, kita tak bisa selalu mengandalkan orang lain untuk membantu menyembuhkan luka di hati kita. Kita tak bisa terus menerus meminta bantuan orang lain untuk memulihkan sakit hati yang kita rasa. Mau tidak mau kita harus mau menerima kenyataan bahwa satu-satunya orang yang paling bisa kita andalkan adalah diri kita sendiri.
The process of healing sometimes won’t make sense. You do it alone and you do it in the dark. (MJ Mariano, thoughtcatalog.com)
Proses untuk menyembuhkan luka hati kadang memang terasa tak masuk akal. Kita harus bisa melakukannya seorang diri. Memang kita perlu meminta bantuan dan pertolongan orang lain untuk bisa pulih. Namun, pada akhirnya diri kita sendirilah yang perlu membuat keputusan terbaik untuk bisa sembuh.
You heal when you start looking in the mirror and see the person you want to become — not the person you were, nor the person you could have been. (MJ Mariano, thoughtcatalog.com)
Luka hati dan semua rasa sakit hati yang kita rasakan memang tak bisa langsung sembuh begitu saja. Ada proses yang bisa sangat panjang dan berliku untuk bisa sampai pada titik berdamai dengan keadaan. Semua terpaksa kita lakukan seorang diri. Tak bisa hanya menggantungkan diri pada orang lain.
Kita tak bisa mengandalkan orang lain untuk menyembuhkan luka hati kita. Memang kita bisa meminta bantuan atau pertolongan orang lain dalam proses untuk mencerna keadaan yang ada. Kita butuh bantuan dari orang-orang di luar kita untuk mengumpulkan kembali kekuatan dalam diri kita untuk bisa pulih dari keadaan. Namun, pada akhirnya orang yang paling bisa kita andalkan untuk kembali merasa baik-baik saja adalah diri kita sendiri.
#ChangeMaker