Jangan Mau Dibodohi Pria yang Mengabaikan Ketulusan Hatimu

Endah Wijayanti diperbarui 15 Feb 2020, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.

***

Oleh: Nursittah Nasution

Aku pernah berpacaran dengan seorang laki-laki dengan kondisi LDR (long distance relationship), karena kami beda kota di mana aku masih SMA dan dia sudah kuliah. Tamat SMA, aku melanjutkan studi ke universitas di seberang pulau, sementara dia ingin kami kuliah di satu perguruan tinggi atau minimal di kota yang sama.

Semenjak itu kami sering bertengkar, dia mulai bersikap kasar, marah, dan cemburuan. Dia sering menuduhku lagi jalan dengan laki-laki lain ketika aku telat balas SMS-nya. Dia juga suka marah pada teman laki-lakiku yang mengomentari status di Facebook-ku. Akhirnya aku tidak tahan dan memutuskan hubungan dengannya. Harusnya itu adalah akhir dari kisah kami.

Namun, beberapa bulan kemudian, aku tiba-tiba merindukannya. Dari awal memang berat berpisah dengannya lagipula aku masih mencintainya. Aku pun menhubunginya dan kami kembali pacaran. Pacaran kali ini membuatku merasa aneh, aku begitu tergila-gila padanya. Rasanya tiap jam ingin telepon dan SMS dengannya, tapi dia sering mengabaikanku. Namun aku tidak berhenti dan terus mengejarnya. Mereka bilang aku kena santet, entahlah yang aku rasakan aku jatuh cinta padanya berkali lipat. Entah apa yang merasukiku kala itu, kejadian itu berlangsung selama kurang lebih setahun.

2 dari 3 halaman

Perlu Lebih Mencintai Diri Sendiri

ilustrasi./Photo by Đàm Tướng Quân from Pexels

Hingga suatu hari, aku meneleponnya sambil menangis dan memohon agar kami bisa kembali seperti dahulu. Dia hanya diam namun tak lama aku mendengar suara orang banyak tertawa. Dia pun menjelaskan kalau dia sedang berkumpul dengan keluarga dan teleponku dipasang loud-speaker. Keluarganya juga mendengar semua ucapanku. Dan di akhir telepon dengan nada tertawa puas, dia bilang bahwa keluarganya tidak setuju kami berhubungan lagi. Dia benar-benar telah mempermalukanku. Aku benar-benar terluka.

Kuakui memang aku yang bodoh karena tidak peka dengan sikap cueknya selama ini. Berkali-kali aku minta maaf pada diriku sendiri. Aku terlalu sibuk mencintai orang lain hingga lupa mencintai dan membahagiakan diriku sendiri. Jangan pernah menjadi budak cinta because being a stupid girl is not normal.

3 dari 3 halaman

Simak Video di Bawah Ini

#ChangeMaker