Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.
***
Oleh: Yulia S. Arisma
Dari mana kamu tahu bilamana sedang berada di tengah-tengah hubungan ‘beracun’ saat ini? Membutuhkan tujuh tahun bagi saya untuk menyadarinya. Saya berharap dapat mengenali tanda-tanda ‘racun’ itu lebih cepat.
Tujuh tahun masa muda lenyap, tenggelam dalam “cinta” yang keterlaluan yang berpagut riuh dengan perasaan insecure, cemas, amarah, dan banyak hari-hari penuh dengan penyangkalan.
Itu seperti mengendari kereta roller coaster emosi. Saat berada di dalam roller coaster, kamu 100% sadar bahwa “kereta” yang membawamu naik adalah “kereta” yang sama yang akan membawamu meluncur pada rel terendah. Ada masanya saat “kereta” berada di puncak, pemandangannya terasa menakjubkan dari atas sini, kalian begitu saling mencintai, semuanya indah. Namun, ada masa saat “kereta” juga membawamu dalam kejatuhan yang menciptakan trauma.
Saat kalian bersama, kamu tidak merasa kebutuhanmu akan perasaan secure secara emosional, atau kedamaian menjalani sebuah hubungan dapat terpenuhi. Di sisi lain, saat kalian berpisah, kamu merasa tersiksa dengan pertanyaan-pertanyaan apakah pasanganmu masih menyukaimu, ataukah dia sedang menemui kekasihnya dari masa lalu dan sebagainya.
Kamu hidup dengan kegelisahan dan ketakutan tentang bagaimana keadaan atau hubungan kalian di masa depan. Kamu menganggap pasanganmu adalah hal terlangka yang berhasil kamu dapatkan, sehingga kamu berkompetisi untuk melakukan segala hal demi membuatnya bahagia. Terlebih karena membuatnya bahagia adalah menyenangkan bagimu. Walaupun untuk sesaat, itu seperti candu yang manis sehingga kamu akan terjebak untuk mengulanginya lagi dan lagi meskipun luapan insecure menumpuk begitu hubungan tidak berada pada romansa terbaik. Dan itu semuanya bukanlah sebuah gambaran hubungan yang sehat.
Saat Mencintai Seseorang
Saat kita mencintai seseorang, biasanya kita berusaha menawarkan versi terbaik dari diri kita demi menjaga hubungan tersebut dapat bertahan menuju happily ever after. Namun itu hanya fatamorgana. ‘Bahagia selamanya’ adalah sebuah fatamorgana bila dalam sebuah hubungan tidak terdapat damai sejahtera pada setiap momen perjalanannya.
Saya tidak bicara bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan yang tidak bercela. Tentu kita pahami bahwa tidak selamanya interaksi dengan pasangan akan selalu baik-baik saja.
Akan ada beberapa kencan yang terlambat, janji-janji yang tidak ditepati, selera musik yang membuatmu memutar bola mata atau keputusannya membeli sofa ruang tamu dengan warna yang salah yang membuatmu ingin mencekiknya. That happened too.
Hubunganmu tidak harus selalu baik, yang terpenting adalah kita selalu jujur saat menjalaninya. Ketika kamu berada pada hubungan di mana ke-tidak-baik-an bisa kalian lewati tanpa kamu merasa insecure, tanpa merasa tidak dicintai, tanpa merasa pilihanmu tidak penting baginya, saya rasa kamu berada pada track yang tepat karena pada akhirnya,
#ChangeMaker