Fimela.com, Jakarta Kita tak pernah bisa memilih terlahir dengan orangtua seperti apa. Kita pun tak pernah bisa memilih ingin dilahirkan dengan jenis kelamin apa dan pada urutan ke berapa. Bagi yang terlahir sebagai anak perempuan sulung, banyak tantangan yang memang harus ia hadapi seorang diri.
Beberapa waktu lalu, seorang sahabat menceritakan isi hatinya sebagai seorang perempuan sulung yang berusaha melakukan semua yang terbaik demi orang-orang terdekatnya. Bekerja di ibu kota, berjuang sendirian, dia sudah melakukan semua yang bisa ia lakukan. Dia masih merasa bertanggung jawab membiayai adik-adiknya sekolah, membiayai biaya pengobatan orangtuanya, memenuhi keinginan ayahnya untuk membangun rumah besar dan beli mobil di kampung halaman, dan sebagainya. Semua itu kemudian membuatnya merasa kehilangan harapan pada hidupnya sendiri. Ia merasa begitu kesepian dan sendirian. Bahkan menghapus harapan untuk menikah.
Hanya Bisa Menguatkan Diri Sendiri
Di antara kita mungkin ada yang sedang merasakannya saat ini. Sebagai perempuan sulung, kita ingin membahagiakan adik-adik dan membanggakan orangtua kita. Semua hal kita lakukan untuk memenuhi harapan semua orang. Namun, tidak semua orang paham atau sedikit saja mengapresiasi usaha kita. Sehingga yang bisa kita lakukan saat ini hanya berusaha menguatkan diri sendiri. Berusaha untuk bisa menjaga pikiran tetap waras dan tubuh tetap kuat berdiri.
Tidak Berani untuk Egois
Dari percakapan dengan sesama anak perempuan sulung, ada satu hal yang cukup menarik. Seorang perempuan sulung kadang sulit untuk bersikap egois. Kadang ingin bisa menjalani hidup sendiri. Tak peduli dengan kesulitan adik atau orangtua sendiri. Ingin bahagia dengan cara dan pilihan hidup sendiri. Namun, hati kecil pun berontak. Tak pernah ada keberanian untuk egois. Sehingga semua masalah yang ada pun, hanya bisa dirasakan dan diatasi sendiri.
Pandai Menyembunyikan Kerapuhan
Iya, seorang anak perempuan sulung bisa cukup pandai menyembunyikan kerapuhan jiwanya. Ia akan berusaha untuk tetap tersenyum meski hatinya sakit. Ia akan berupaya untuk bisa membuat orang-orang terdekatnya bahagia walau sebenarnya dirinya sedang terluka. Rela mengalah walau sebenarnya hatinya sedang berdarah. Dirinya bisa tampak begitu tegar karena pandai menyembunyikan kerapuhan jiwanya.
Tetap Perlu Jeda
Tidak selamanya kita bisa membahagiakan hati semua orang. Tak setiap saat kita bisa memenuhi harapan semua orang. Ada saatnya kita akan kelelahan dengan semuanya. Bagaimana pun kita juga tetap perlu mengambil jeda. Mengambil waktu untuk berdamai dengan keadaan dan memeluk diri sendiri.
Bagi para perempuan sulung yang saat ini masih berjuang dan bertahan, tetaplah kuatkan hati. Izinkan diri untuk meminta bantuan saat butuh. Walau mungkin kita merasa pandai menyembunyikan kerapuhan diri, ada saatnya kita perlu jujur pada diri sendiri untuk ingin diperhatikan dan ditenangkan. Untuk saat ini, cobalah pelan-pelan temukan caramu untuk bisa menyembuhkan kerapuhan dalam dirimu.
#ChangeMaker