Terapi Sel Kanker Kini Tidak Perlu ke Luar Negeri

Anisha Saktian Putri diperbarui 09 Feb 2020, 09:00 WIB

ringkasan

  • Teknologi pendukung terapi kanker adalah teknologi Immune Cell Therapy (ICT)
  • ICT itu sendiri merupakan terapi pendukung dalam terapi kanker dan gangguan imunitas lainnya

Fimela.com, Jakarta Kanker menjadi penyakit mematikan yang banyak ditakuti banyak orang. Maka tak heran jika banyak pengidap kanker di Indonesia mencari pengobatan atau alternatif terapi hingga ke luar negeri.

Namun kini tak perlu lagi jauh-jauh ke luar negeri untuk perawatan dan mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Sebab, Dr. dr. Karina, SpBP-RE, Doktor di bidang Biomedik lulusan UI sekaligus ketua & pendiri Yayasan Hayandra Peduli yang menaungi Klinik Hayandra & HayandraLab, memberikan solusi. Pasien kanker yang selama ini berobat ke luar negeri seperti ke Cina dapat memanfaatkan pengobatan atau terapi serupa yang kini sudah ada di Indonesia.

“Jadi tidak perlu khawatir karena saat ini terapi sel sebagai terapi pendukung pengobatan kanker, sudah ada di Indonesia,” kata Dr Karina dalam siaran pers yang diterima Fimela.com.

Teknologi pendukung terapi kanker yang dimaksud adalah teknologi Immune Cell Therapy (ICT) yang kini bisa diperoleh di Klinik Hayandra dan HayandraLab. Teknologi ini dibawa langsung oleh Dr Karina dari negeri sakura Jepang. “Berawal dari pengobatan kanker kolon ibu saya di Jepang pada tahun 2016 silam, tim kami berhasil menarik teknologi terapi sel yaitu Immune Cell Therapy atau ICT dari Jepang ke Indonesia," ungkap Dr. Karina.

Teknologi ICT merupakan hasil pembiakan dari darah pasien sendiri yang terdiri dari perpaduan sel T, sel NK dan sel NKT, yang merupakan sel imun alamiah tubuh kita. "Pada pasien kanker, terutama pasien yang pernah menjalani kemoterapi, sel imun ini akan terhantam jumlahnya. Padahal jumlah dan keaktifan sel-sel ini merupakan kunci tubuh kita untuk dapat memusnahkan sel kanker yang tersisa dari operasi, radiasi ataupun kemoterapi," jelas Dr. Karina.

Dr. Karina mengatakan karena berasal dari darah pasien sendiri (autologus), terapi ini aman karena tidak ada resiko penolakan dari tubuh.

“Di Indonesia, semua ini kami berikan dalam upaya untuk membuat terapi ini lebih efektif. Beberapa penyempurnaan tehnik melalui tahapan validasi yang panjang juga telah kami lakukan, sehingga terapi ini lebih cocok bagi sel orang Indonesia yang ternyata berbeda dengan Jepang," tutup Dr. Karina.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Terapi pendukung

Ilustrasi mengenakan masker untuk mencegah virus corona masuk ke dalam tubuh | unsplash.com/@anikolleshi

ICT itu sendiri merupakan terapi pendukung dalam terapi kanker dan gangguan imunitas lainnya, yang memanfaatkan sel imun (pertahanan atau kekebalan) tubuh, yaitu sel T, sel NK, sel NKT, dan sel lainnya. Sel ini secara alamiah di dalam tubuh kita,  berguna untuk menyerang sel kanker baik secara langsung ataupun tidak langsung. 

Prinsip dari terapi ini jelas Dr Karina adalah meningkatkan sistim imun tubuh pasien dengan memperbanyak jumlah sel imun dari tubuh pasien sendiri (autologus), kemudian mengaktivasi, dan menginfuskannya kembali ke tubuh pasien.  ICT secara umum dapat dipakai untuk:

1. Pencegahan terjadinya berbagai kanker solid atau padat, diantaranya kanker otak, kanker tenggorokan, kanker paru, kanker hati, kanker payudara, kanker rahim, kanker serviks, kanker usus, kanker prostat, kanker ginjal, dan lain-lain. 

2. Pendukung terapi standar kanker yang sudah umum diketahui (operasi, kemoterapi, radiasi) Teknologi ICT yang diambil dari Jepang ini, sudah melalui proses validasi tehnik selama 2 tahun untuk mencapai tingkat kesesuaian tertinggi bagi masyarakat Indonesia. Terapi ICT diawali dengan melakukan pengambilan darah pasien sebanyak kurang lebih 60 cc, diikuti dengan proses pembiakan & aktivasi selama 2 minggu, lalu diinfuskan kembali ke pasien selama sekitar 1 jam.

 

 

#Changemakers