Relakanlah yang Hilang agar Hati Damai

Endah Wijayanti diperbarui 09 Feb 2020, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Penulis: Ida - Kendal

Pelajaran yang Terlupakan: Memilih untuk Bahagia dan Ikhlas

Tahun lalu, tepatnya sehari sebelum malam pergantian tahun 2020 saya mengalami kecelakaan parah dan harus terbaring di rumah sakit selama berhari-hari. Waktu itu saya punya dua pilihan. Saya bisa merasa tertekan dan tersiksa dengan kondisi saya saat itu atau justru menggunakan waktu-waktu tak berdaya itu untuk sesuatu yang lebih konstruktif.

Saat itu, tubuh saya seolah remuk. Kaki saya sakit, luka, dan berdarah. Satu tangan saya tulangnya retak, satunya lagi penuh luka dan ditancapi jarum infus. Saya tidak bisa melakukan apa-apa, tidak bisa pergi ke mana-mana, dan tidak bisa mengerjakan segala sesuatu yang biasa saya kerjakan. Namun sekali lagi, saya tetap memiliki dua pilihan. Memilih untuk tertekan dengan segala keaadaan itu, atau memilih untuk tetap tenang dan bahagia dengan segala kondisi yang ada.

Mungkin ada yang ingin mengatakan, “Mungkinkah seorang wanita muda bisa bahagia dengan kondisi tubuh yang hancur semacam itu?”

Pertama kali saya pun meragukannya. Tetapi ketika kenyataan semacam itu terjadi dan saya mencoba melakukannya, saya bisa melakukannya. Sebelum terjadi kecelakaan itu, kehidupan saya sehari-hari adalah kehidupan yang berlangsung dengan cepat. Saya melewati setiap hari seperti pelari melintasi jalurnya, dan saya tidak pernah memiliki waktu untuk menikmati hidup selain dikejar-kejar deadline pekerjaan. Saya merasakan jarum jam setiap hari seperti tidak berdetak, namun berputar cepat. Rasanya tidak cukup sehari semalam hanya 24 jam saja.

Tetapi ketika saya terbaring tidak berdaya di rumah sakit, seluruh kehidupan saya berubah, dan mengubah perspektif saya juga. Sesuatu yang dulu saya pikir tidak mungkin, sekarang tampak menjadi mungkin. Sekarang saya tahu bahwa saya bisa menikmati satu hari dengan penuh khidmat. Dan, siapa yang menyangka kalau berbaring di rumah sakit yang hening sambil mendengarkan detak jarum jam bisa memberikan kebahagiaan. Saya beruntung masih bisa bernapas.

 

2 dari 2 halaman

Hidup Juga Berpacu Melawanku

ilustrasi./Photo by Sam Pineda from Pexels

Ketika saya berpacu melawan waktu kehidupan, hidup juga seperti berpacu melawan saya. Tetapi ketika saya diam dan tenang, hidup juga seperti melambatkan waktunya dan memberi saya kesempatan untuk menikmati waktunya. Di saat-saat itu, saya pun mulai bisa memiliki gambaran yang lebih pasti tentang hidup macam apa sesungguhnya yang saya inginkan. Seperti kata-kata dari Jennie Jerome, “Hidup tidak selalu mewujudkan apa yang kita inginkan, tetapi membuat sesuatu menjadi baik, karena itulah cara mencapai kebahagiaan.”

Ya, bukankah begitu seharusnya? Karenanya satu-satunya hal yang selalu bisa kita kendalikan adalah diri, sikap, dan pikiran kita. Apakah kita bahagia atau tidak bahagia dalam hidup, itu tidak tergantung pada hal-hal di luar kita, tetapi tergantung pada sesuatu yang ada dalam diri kita. Dibutuhkan cara pandang dari sudut perspektif yang berbeda dan cara berpikir yang baru agar kita bisa melihat sesuatu yang buruk untuk kmeudian mensyukurinya, dan hidup bahagia.

Pelajaran yang mengubah saya dari peristiwa kecelakaan itu adalah bahwa saya harus merelakan yang telah hilang. Pekerjaan tentunya. Karier yang saya bangun semenjak bangku kuliah. Promosi jabatan yang seharusnya bisa saya dapatkan di tahun 2020. Dan euforia lainnya. Seakan menyublim begitu saja.

Waktu itu garis, tetapi sangat berharga. Kamu tidak akan dapat memiliki, namun dapat memanfaatkannya. Kamu tidak bisa menyimpan, tidak dapat menghabiskannya. Sekali kehilangan, kamu tidak akan bisa mendapatkannya kembali. (Harvey M)

Segala sesuatu yang telah hilang dari hidup kita mungkin pernah membuat kita marah, kecewa, frustasi bahkan putus asa. Tetapi, toh akhirnya saya menyadari bahwa kesedihan dan kepedihan, bahkan penyesalan yang saya rasakan akibat kehilangan itu tidak ada gunanya. Sesuatu yang telah hilang tetap takkan kembali, dan saya tetap harus meneruskan kehidupan ini. Biarkanlah yang telah hilang menjadi kenangan, lagipula kenangan baru juga akan tercipta di lain waktu. Relakanlah yang hilang agar hati damai, agar langkah kaki dalam menapaki hidup terasa lebih ringan.

#GrowFearless with FIMELA