Kecelakaan Membuat Hidupku Terpuruk, tapi Tak Berarti Semua Berakhir

Endah Wijayanti diperbarui 03 Feb 2020, 10:50 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Linda Mustika Hartiwi - Banyuwangi

Saat tertimpa musibah kecelakaan di awal bulan April tahun 2017 yang lalu, yang mengakibatkan ada keluhan di kaki kananku, aku menjadi pribadi yang pesimis. Selain itu aku mudah berputus asa dan berburuk sangka tentang apa dan siapa yang ada di sekelilingku.

Berawal dari perawatan dan pengobatan yang harus kujalani di rumah sakit karena ada pembuluh darah yang putus di betis kaki kananku, aku merasa tidak mempunyai harapan untuk bisa berjalan normal. Apalagi sejak dokter yang melakukan operasi keempat kalinya di kaki kananku mengatakan kalau dengan terpaksa ada syaraf yang diputus karena infeksi dan akibatnya jari-jari kaki kananku tidak bisa digerakkan, aku hanya bisa menangis. Belum lagi rasa perih dan panas serta berat di kaki kananku sehingga aku tak mampu untuk mengangkat kaki kananku, aku mendengar vonis dokter yang menyatakan kalau jari-jari kaki kananku tidak bisa digerakkan. Seakan pupus sudah harapanku untuk sembuh dan bisa berjalan normal lagi.

Hampir satu bulan aku menjalani perawatan di rumah sakit dan mengalami operasi sebanyak enam kali, membuatku stres. Aku tidak mempunyai nafsu makan dan sulit untuk tidur hingga membuat tubuhku menjadi kurus. Di rumah sakit aku hanya berdua dengan Mas Yus, suamiku, yang dengan telaten dan sabar dalam merawat dan menjagaku.

Saat waktu makan tiba, Mas Yus menyuapiku dengan menu makanan yang diberikan walau sedikit makanan yang masuk ke mulutku. Mas Yus juga mengingatkanku untuk melakukan salat ataupun berzikir kepada Tuhan kalau aku merasa gerah atau sulit tidur. Mas Yus yang tidak pernah mengeluh walau harus izin dari bekerja dan siap menerima risiko diberhentikan serta hanya mempunyai sedikit waktu untuk beristirahat setiap harinya di rumah sakit, membuatku iba dan sedikit kupaksakan diriku untuk makan atau memejamkan mata agar aku bisa tidur.

Selama aku dan Mas Yus di rumah sakit, kedua anakku kutitipkan ke kakak ipar. Ada bertumpuk rindu kepada anak-anakku namun kutahan di hati karena keadaan yang harus kujalani. Hingga di suatu hari itu setelah ada kunjungan dokter yang melihat kondisiku, dokter mengatakan kalau aku boleh pulang namun aku harus rutin kontrol di rumah sakit terdekat. Senang dan lega hatiku saat mendengar dokter mengatakan kalau aku boleh pulang walau harus melakukan rawat jalan di rumah sakit di daerahku.

Keadaanku tidak berubah banyak saat aku menjalani rawat jalan dan pemulihan pasca operasi di rumah. Aku sulit makan dan sulit tidur akibat keluhan yang kurasakan seperti rasa perih, panas, gatal serta rasa berat di kaki kananku. Rasa panas dan pegal di punggungku selanjutnya juga kurasakan karena hampir tiga bulan aku hanya tidur terlentang tanpa mampu untuk memiringkan tubuh ke kanan atau ke kiri, sampai ada luka di punggungku. Aku tidak bisa melakukan aktivitas dan membutuhkan pertolongan orang lain. Ketika aku menjalani perawatan di rumah, Mas Yus kembali masuk kerja di sela kesibukannya merawatku. Kakak ipar serta ibu mertua bergantian merawatku saat Mas Yus berangkat ke ke kantor.

Sepulang dari rumah sakit, hampir setiap tiga bulan sekali aku menjalani operasi sampai total sembilan kali operasi termasuk operasi di awal kecelakaan. Adanya cairan yang terus keluar akibat infeksi di kaki kananku yang menyebabkan aku menjalani operasi berkali-kali. Belum lagi sembuh dari sakit yang kurasakan, sudah harus menjalani operasi lagi.

2 dari 2 halaman

Mengumpulkan Semangat Baru

ilustrasi./Photo by BBH Singapore on Unsplash

Aku semakin terpuruk, berputus asa dan kehilangan semangat untuk sembuh. Aku malas untuk membuka akun media sosialku. Aku enggan untuk bertemu dengan orang lain. Namun Mas Yusuf tidak pernah bosan untuk terus mendukung dan memberi motivasi kepadaku untuk bangkit dari keterpurukan. Mas Yusuf juga selalu mengingatkanku untuk terus berdoa dan meningkatkan ibadah kepada Tuhan. Dukungan yang sama juga kudapatkan saat ada kerabat atau sahabat yang menjengukku.

Seringkali saat aku sendiri terbaring di tempat tidur, aku merenung dan bertanya kepada diri sendiri. Sampai kapan aku harus hanyut dalam keadaan seperti ini? Kalau aku tidak mau memaksa diri untuk makan dan beristirahat yang cukup, kapan aku akan sembuh? Bukankah semua yang kualami dan kujalani ini adalah atas izin dari Tuhan? Kasihan Mas Yus dan kedua anakku yang masih sangat membutuhkan kehadiranku dalam kehidupan mereka. Selama aku sakit, Mas Yus yang menggantikan peranku melakukan aktivitas di rumah dan mendampingi kedua anakku yang tidak sepenuhnya bisa dilakukan karena mas Yus masih harus membagi waktu dengan rutinitas kerja di kantor.

Hampir setahun aku dalam keadaan terpuruk akibat merasakan keluhan operasi sampai sembilan kali dan seperti jatuh bangun aku mencoba untuk bangkit. Akhirnya perlahan dengan segenap tekat dan kekuatan yang kumiliki, aku bangkit dengan dibantu Mas Yus yang tak pernah lelah memberiku semangat dan menemaniku untuk berlatih duduk di kursi roda, memakai walker juga tongkat. Aku mulai belajar untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang dulu menjadi rutinitasku seperti memasak, menyapu, mencuci, menyetrika dan aktivitas lainnya. Aku juga mulai membuka diri untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga baik di dunia maya atau secara langsung di dunia nyata. Tak lupa aku selalu berdoa dan beribadah memohon petunjuk-Nya.

Kini hampir tiga tahun berlalu sejak kecelakaan menimpaku dan membuatku terpuruk serta kehilangan semangat juga harapan hidup. Ada banyak hikmah dan pelajaran hidup yang kudapatkan yang bisa kujadikan untuk pembelajaran diri. Di tahun 2020 ini aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat untuk menjalani kehidupan. Lebih sabar dan banyak bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepadaku serta tidak mudah mengeluh, pesimis atau berputus asa namun sebaliknya, senantiasa bersemangat dan optimis dalam menjalani hidup.

Salam.

#GrowFearless with FIMELA