Ceritaku Cara Diet Hemat dan Sukses Melunasi Utang, Tertarik Mencoba?

Endah Wijayanti diperbarui 03 Feb 2020, 09:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Intan Puspita Dee - Jakarta Timur

Hai, 2020!

Deretan angka cantik yang semoga menjadi awal perubahan ke arah yang lebih baik, lebih indah, dan lebih cantik memesona pastinya. Setiap orang jelas mempunyai rencana dengan langkah-langkah yang berbeda. Bisa itu dalam hal asmara, keluarga, karier, cita-cita, keuangan, sampai ikhtiar memperoleh keturunan.

Cara mencapainya tentu dengan beragam cara. Yang harus digarisbawahi pastikan dengan langkah-langkah yang positif. Jangan sampai sikut sana, sikut sini alias menghalalkan berbagai cara demi kepentingan sendiri.

Saya pribadi sebenarnya hanya melanjutkan apa-apa yang sudah saya raih di tahun 2019. Hmm... kalau dipikir-pikir malah tidak mudah, lho. Sebab mempertahankan itu lebih sulit, kan.

Bidikan saya tentu tidak cuma satu dua target. Ya, namanya juga manusia. Lumrah dengan segudang rencana. Tapi satu yang pasti, rasa syukur saya terhadap banyak hal harus lebih dan lebih dari apa saja yang sudah didapat. Termasuk yang tidak sesuai rencana. Sebab hikmah juga satu dari banyak hal yang harus dimaknai sebagai hadiah dari Tuhan yang tak kalah indahnya.

Beberapa paling saya titik beratkan yang pertama berhubungan dengan anggaran rumah tangga. Yup, bilangan utang sejak tahun 2018 masih menghantui hingga kini. Namun alhamdulillah dari sekian banyak tagihan, sekitar sepuluh titik tinggal tiga titik yang perlu dilunasi.

Awalnya tak disangka-sangka suami dirumahkan tak lama bertepatan dengan pengunduran diri saya bekerja. Dari uang pesangon suami akhirnya saya memulai usaha es campur. Setahun mengojek online suami mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan. Selang beberapa bulan kemudian kami memutuskan menutup usaha dikarenakan hampir setiap bulan saya jatuh sakit. Demam, menggigil, dan mentruasi tidak teratur. Pernah sampai tiga bulan tidak kedatangan tamu bulanan. Kadang hanya flek-flek coklat kadang sejatinya mentruasi pada umumnya.

2 dari 6 halaman

Melewati Pengalaman Pahit

ilustrasi./copyright by fizkes (Shutterstock)

Sedih sejujurnya berhenti di tengah jalan setelah genap setahun merintis usaha. Selain sakit-sakitan alasan lainnya sebab saya punya seorang putri berumur empat tahun yang masih butuh penjagaan ketat. Sehingga bisa dibilang pemasukan keuangan hanya mengandalkan dari satu lubang, yakni gaji bulanan suami yang tentu saja meninggalkan deretan pinjaman demi membeli kebutuhan yang mendukung pekerjaan barunya. Seperti kemeja dan sepatu baru.

Catatan utang bertambah. Padahal sebelumnya deretan pinjaman sudah tak terbendung lantaran keuangan yang tak pasti dari hasil usaha yang baru memulai digabungkan pendapatan mengojek online setiap harinya. Untuk membayar sewa kontrakan serta kebutuhan rumah tangga seringkali kekurangan. Mau tidak mau harus ditambal dengan pinjaman. Bersyukur saya punya seorang kakak kandung yang keuangannya sedang baik. Dan bersyukurnya lagi ia tidak pernah menuntut harus menyetor tiap bulan sekian dengan batasan bulan tertentu.

Walaupun begitu tidak membuat kami menyengajakan mengundurkan pembayaran. Tiap bulan meskipun kecil saya disiplinkan membayar. Dengan begitu hati menjadi lebih ringan. Meskipun tidak bisa dipungkiri percikan-percikan selalu ada.

Pernah putri saya demam sampai hampir 40 derajat celcius dan tidak turun-turun sementara tanggal tua, uang hanya tinggal recehan. Saya menangis sejadi-jadinya. Ditambah putri saya minta apel barangkali dirasanya segar. Menebalkan muka suami pinjam uang kepada saudara lain yang sebenarnya keuangannya juga sulit. Lalu berbekal uang sepuluh ribu rupiah suami pulang membawa sebutir apel merah yang diterima dengan mata berbinar-binar. Diam-diam saya menangis lagi, menjauh dari anak yang sedang asyik menikmati potongan apel demi apel.

Pernah juga dalam sebulan suami membawa bekal yang lauknya itu-itu saja. Entah dadar atau ceplok pokoknya selalu telur. Salah satu temannya menertawakan. Meledek apakah kalender di rumah kami tanggal tua setiap hari. Suami hanya tersenyum sambil menjawab jika ia memang penikmat telur, alasan lainnya tentu saja praktis dan bergizi.

3 dari 6 halaman

Mengelola Prioritas

ilustrasi./Photo by rawpixel.com from Pexels

Dalam masa-masa itu sebagai istri saya banyak menekan hal-hal yang tidak perlu. Sampai-sampai permintaan sang putri yang ingin ke restoran ayam cepat saji saja tidak terpenuhi hingga setahun lamanya. Padahal semasa kami masih bekerja dua-duanya setiap bulan ia selalu jalan-jalan ke arena permainan atau makan bersama di luar. Meskipun semenjak dulu kami bukan penganut yang penting gaya, lho. Hidup sederhana sudah kami terapkan sejak awal menikah. Saya sendiri sebagai perempuan tak mudah tergoda beli pakaian, make up, atau aksesoris menggoda lainnya. Saya tidak pernah malu memakai baju lungsuran.

Hanya saja memang saya akui, hasrat untuk membahagiakan keluarga besar memang begitu tinggi. Kesamaan prinsip saya dan suami seringkali menciptakan sesuatu yang menjadi boomerang bagi kami sendiri. Ya, kami jadi sering melupakan membahagiakan diri sendiri. Lupa menabung untuk bekal masa depan. Yang terpenting semua kebagian. Bisa dibilang seringkali mengorbankan kesenangan pribadi. Begitulah.

Kalau ada saudara yang kesulitan kami tak pikir panjang menggadaikan sedikit emas yang kami punya. Bahkan jika cicilan terlambat kami juga yang menambal denda tanpa bilang terus terang kepada si pengutang. Akhirnya semua itu menjadi lingkaran setan yang tak pernah selesai. Ditambah ujian-ujian lainnya yang datang silih berganti mewarnai kehidupan. Garis besarnya lubang utang menjadi melebar. Sejak saat itu kami merubah prinsip.

Tak ada salahnya membantu orang lain terutama keluarga dekat. Kebaikan harus terus mengalir sampai kapan pun. Namun jangan sampai memaksakan kehendak. Harus berimbang. Berani tegas mengatakan tidak jika keadaan memang tidak memungkinkan. Namun tentu saja semaksimal mungkin tetap membantu sesuai kemampuan. Jika sedang tidak bisa memberikan materi, sebagai gantinya serius mencarikan informasi pekerjaan misalnya saja bagi saudara yang lagi menganggur.

Lalu menekan anggaran keluar. Akhirnya saya yang selama menikah hampir tak pernah memasak kecuali sekali dua kali saja akhirnya memutuskan untuk mengubah prinsip. No excuse. Selama ini selalu berpikir ah, suami memaklumi kekurangan saya ini. Akhirnya mulai bertanya pada ibu dan kakak perempuan mengenai resep masakan. Tujuannya, tentu saja untuk menghemat. Biasanya beli sayur sup di warteg lima ribu rupiah hanya dapat semangkuk. Nah kalau masak tinggal menambahkan biaya sedikit lagi sudah dapat sepanci sedang yang bisa dimakan hingga sore bahkan tetangga dekat masih sering kebagian.

4 dari 6 halaman

Menjaga Kesehatan dengan Cara Hemat

ilustrasi./copyright Shutterstock

Setiap suami gajian saya pilah-pilah sedemikian rupa supaya semuanya kebagian walaupun sedikit-sedikit. Orangtua dari kedua belah pihak tetap diutamakan walaupun tidak sebanyak dulu. Kebutuhan sekolah anak sampai anggaran untuk jalan-jalan membahagiakan si kecil. Walaupun itu hanya ke tempat-tempat sederhana. Di tengah kesulitan kami tetap mengutamakan prinsip bahwasanya kebutuhan batiniah anak harus juga diutamakan selain tentunya kebutuhan religius. Tak perlu mahal. Terpenting dari semuanya si kecil merasa diperhatikan. Kebersamaan pun tercipta. Tak jarang dari melihat-lihat timbul ide segar untuk membangun mimpi-mimpi kami di masa depan. Tentang usaha, istana mungil, dan perencanaan momongan lagi.

Ya, setelah rajin menyerap berbagai informasi dari mana saja asalkan itu baik dan bisa dipertanggungjawabkan, saya tak segan-segan mengikuti. Jadi rajin memasak sendiri ternyata mendukung program diet yang sedang dijalani di mulai pertengahan tahun lalu. Bagaimana memilah bahan-bahan, menyediakan makanan bergizi untuk dua orang kesayangan di rumah.

Tentu saja diet saya bukan sebatas gaya-gayaan apalagi ikut-ikutan. Saya lakukan atas kesadaran sendiri. Tanda-tanda tubuh wanita bermasalah salah satunya bisa dilihat dari siklus menstruasi yang tidak normal. Padahal keteraturan akan membuka peluang kehamilan semakin besar. Bermula dari situlah saya membatasi asupan gula, garam, dan minyak goreng. Banyak konsumsi buah dan sayur.

Untuk menekan biaya biasanya saya cari bahan-bahan yang murah dan terjangkau saja. Telur, tempe, tahu, sayuran hijau yang kesemuanya direbus. Buah biasanya yang harganya sesuai kantong bisa tomat, pepaya, dan pisang. Bila bosan saya bisa masak sayur yang bebas minyak seperti beningan atau sup ayam, paling sedikit minyak hanya taburan bawang gorengnya saja. Lain kali pepes tahu atau ikan.

Selain itu saya juga rajin menyetok rempah-rempah dan pastinya jeruk lemon atau nipis di kulkas. Dan semuanya saya lakukan selang-seling. Saya kombinasi juga dengan puasa Senin Kamis. Lalu seminggu benar-benar makan buah. Tidak jajan apa-apa lagi. Seminggu berikutnya menyertakan nasi satu centong datar ditambah lauk-pauk rebusan. Seminggu berikutnya nasi dengan takaran sama namun sayur berkuah bebas minyak dan tetap menggunakan garam, gula, dan penyedap. Dan ada waktunya hari pembebasan. Ini istilah saya, ya. Jadi makan bebas boleh siomay, mie ayam, seblak, minuman manis kemasan hanya komitmen tidak gila-gilaan. Sewajarnya.

Imbangi dengan olahraga. Tidak perlu macam-macamlah. Cukup yang ringan-ringan saja tapi serius dilakukan. Selepas salat subuh, tentunya setelah memasak dan menyiapkan bekal untuk suami, dilanjutkan jalan-jalan santai di depan rumah. Bolak-balik saja. Sambil menghirup udara yang belum terkontaminasi, otomatis pikiran jadi lebih fresh.

Semua saya lakukan atas kesadaran demi menjaga kesehatan. Jadi sedikit tips kalau diet jangan niatkan untuk diet, nanti malah stres. Tapi niatkan untuk hidup sehat. Alhasil tanpa beban, berat saya yang tadinya mendekati 59 kg sekarang sudah 51 kg dalam waktu enam bulan. Bonus lainnya, siklus haid menunjukkan kemajuan. Mulai teratur tiap bulan walaupun tanggalnya kadang tak beraturan, namun tidak ngeflek lagi alias darah merah normal seperti waktu gadis.

5 dari 6 halaman

Lebih Bijak Mengatur Prioritas Hidup

ilustrasi./copyright by StudioByTheSea from Shutterstock

Hal-hal sederhana yang saya lakukan ini seringkali saya bagikan di media sosial atau status what's up. Sehingga banyak juga yang bertanya ini itu. Saya jawab dengan senang hati apalagi diniatkan berbagi kebaikan pada yang lainnya. Hanya saja saya selalu berpesan boleh menyerap informasi tentang mengurangi berat badan dari mana saja, tapi ingat bahwasanya apa yang cocok untuk orang lain belum tentu cocok juga untuk diri kita. Kenali tubuh kita sendiri, itu yang pertama.

Terapi lain yang dengan senang hati saya lakukan adalah membaca buku, menyerap informasi positif sebanyak-banyaknya, dan tak ketinggalan menulis artikel, cerita pendek, dan puisi. Kurang-kurangi sedikit-sedikit rebahan. Berusaha disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Kapan menyetrika, kapan mencuci baju, kapan mendampingi anak belajar, dan bermain.

Harapan di tahun 2020 ini tentu saja yang pertama tiga titik utang kami lunas. Kami berusaha tidak membiasakan mudah menggadaikan emas lagi. Kalau memang butuh, kami sepakat lebih baik dijual saja supaya tidak berbuntut utang dari bulan ke bulan apalagi bila belum sanggup dilunasi ada bunganya. Kemudian prinsip baru kami adalah ingin menikmati apa-apa yang sudah menjadi rezeki kami. Bila belum sanggup tak ingin memaksakan kehendak. Contoh yang sudah dilakukan saya dan suami sepakat membeli motor second ketimbang membeli baru tapi mencicil. Itu pun setelah motor lama sudah benar-benar merongrong, artinya diperbaiki malah merembet kemana-mana. Jadi sudah benar-benar perlu. Bukan semata keinginan palsu. Dengan begitu mengurangi lubang utang baru.

Selain itu hubungan antara utang dan diet menimbulkan keriangan baru dalam kebiasaan hidup. Dunia dapur menjadi keseharian buat saya. Sekarang jadi senang berburu resep baru nan sehat. Sehingga dampaknya suami juga ikutan turun berat badan dan mengucapkan terima kasih yang tak terkira pada saya. Setiap pagi putri saya yang sebentar lagi berusia enam tahun dan sudah cerewet ingin punya adik mengikuti jejak orangtuanya rajin minum air putih begitu bangun tidur. Bahkan seperti juga suami, ia tak menolak meminum perasan kunyit, kencur, jahe yang dicampur madu.

Tak disangka-sangka semua berjalan penuh keajaiban. Utang hampir lunas, keluarga kecil kami sehat dan bahagia. Mungkin momongan kedua belum diberikan. Namun jalan menuju keinginan kami terlihat semakin benderang. Tak lelah mengucap syukur.

Sebab bila menengok ke belakang saya pun pernah mengalami masa-masa putus asa. Namun selama masih dikaruniakan usia, rasanya menyerah bukanlah pilihan. Rencana Allah lebih besar daripada apa yang dipikirkan manusia. Dan pasti... itulah yang terbaik dari yang terbaik.

6 dari 6 halaman

Tips Diet dan Melunasi Utang

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Nah, di bawah ini saya cantumkan beberapa tips melunasi hutang dan sukses diet:

Tulis jumlah utang secara detail dan mulai urutkan berdasarkan prioritas yang harus dilunasi segera hingga yang masih bisa ditunda bisa ditaruh urutan terakhir.

Setiap gajian segera kelompokkan menjadi dua, pertama kebutuhan rumah tangga (ongkos, kebutuhan harian, listrik, tak terduga, dll) dan pelunasan utang.

Disiplin membayar utang setiap bulannya. Tahan membeli hal-hal yang tak perlu. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Contoh kecil ingin membeli baju baru, pikirkan berkali-kali, ingat-ingat pakaian di lemari masih banyak yang layak pakai, lalu abaikan segera.

Realistis dan turunkan gengsi. Biasanya makan tak ketinggalan daging-dagingan, sekarang coba jenis makanan yang lebih hemat namun tetap sehat misalnya saja telur, sayur, tahu, tempe. Biasanya nonton film terbaru di bioskop bisa 3 kali dalam sebulan, coba turunkan durasinya menjadi sekali saja bahkan sekali dalam 2 bulan.

Memasak. Hal termudah dan sehat untuk menciptakan ‘space’ atau dana lebih selain no 1-4 yaitu; memasak. Ini bisa diterapkan bagi anda yang single dan sudah berumah tangga. Bagi single yang biasanya beli nasi bungkus bisa mulai menanak nasi sendiri. Lalu mulailah berkenalan dengan dunia dapur.

Diet juga bisa menciptakan ‘space’ lho. Banyak orang masih beranggapan jika sedang menjalani program diet justru mengeluarkan biaya lebih besar! Anggapan itu sangat salah. Saya sudah mematahkannya dengan pengalaman sendiri. Makanya dua hal ini tidak bisa dipisahkan, diet dan memasak. Ya, tentu saja boros jika menyisihkan uang untuk membeli paket makanan diet.

Step I. Seminggu pertama hanya boleh makan buah-buahan, umbi-umbian, dan sayur-sayuran. Lupakan dulu jenis nasi apa pun. Minum air putih sebanyak mungkin. Boleh diselingi dengan teh biasa/hijau yang dicampur rempah-rempah. Saya suka mencemplungkan beberapa butir cengkeh.

Step II. Seminggu kedua Anda harus betul-betul disiplin mengurangi gula, garam, minyak goreng. Nasi tetap makan namun 1-2 centong datar saja lengkapi dengan sayur dan lauk bisa telur, tahu, tempe rebus. Dada ayam yang sudah diungkep sudah enak dan bisa langsung dinikmati, lho. Menu seperti ini hanya bisa dimakan saat jam 8 pagi dan 12 siang. Sayur bisa rebusan atau beningan tapi tanpa garam dan penyedap, ya. Kalau buat pecel bumbu kacangnya yang sangrai saja. Menu hemat lainnya bisa buat telur dadar tanpa minyak di teflon, tambahkan daun bawang dan cabai, masak dengan api kecil.

Bangun tidur sebelum gosok gigi minum segelas air putih hangat, lebih malah sangat bagus. Sesuaikan saja, ya. Lalu olahraga. Paling tidak seminggu 3-5 kali. Lalu sambil istirahat bisa menikmati segelas air putih hangat yang sudah dicampur dengan perasan lemon dan boleh ditambahkan potongan rempah-rempah seperti serai, jahe, kunyit, dll. Salah satu atau bersamaan boleh. Untuk lemonnya sendiri bisa sesuaikan kemampuan. Bisa dimulai dari seperempat atau setengahnya saja.

Makan tepat waktu. Jam 8 pagi dan 12 siang seperti yang sudah disebutkan pada step II. Lalu sambil menunggu jam makan siang bisa mengemil buah-buahan. Jam 3 sore boleh buah atau roti gandum utuh. Saya sarankan menyetok buah pisang karena lembut, padat, mengenyangkan. Makan terakhir pukul 18.00. Biasanya saya makan kentang, sayur hijau, kol, telur yang semua direbus. Bisa diganti ubi, singkong, jagung. Malam hari sebelum tidur diulangi lagi meminum air putih hangat yang sudah dicampur perasan lemon dan rempah-rempah.

Step III. Minggu ketiga menu pukul 8 pagi dan 12 siang boleh menggunakan garam, gula, penyedap tapi eits… minyak No! Banyak pilihan, lho. Seperti sayur bening, sayur asem, sop ayam, pepes tahu, atau pepes ikan. Silakan kreasikan sendiri. Selebihnya tetap sama makan tepat waktu seperti yang tertera pada Step II. Jadi ini saya lakukan agar diet terus berjalan. Karena biasanya makan tanpa gula, garam, minyak goreng dunia terasa hampa, ya hehe. Jadi itu hanya selingan saja.

Nah, sebelum memulai seminggu ke depannya berhambar-hambar ria lagi anda bisa melakukan hari pembebasan dengan menelan jajanan kesukaan anda misalnya mi ayam, bakso, apa pun itu tapi dengan syarat sewajarnya. Harinya bisa anda atur sendiri misalnya sabtu atau minggu saja. Bisa diselang-seling dengan puasa Senin Kamis. Ulangi step I-III dengan teratur.

Selama diet hindari konsumsi minuman kemasan karena biasanya gulanya tinggi. Abaikan cemilan. Buah-buahan yang terjangkau harganya banyak, lho, jadi tidak ada alasan. Tomat, pepaya, pisang, atau nanas. Bisa dijus, bisa juga langsung makan saja. Yang terakhir banyak-banyaklah minum air putih.

Wah, wah… saya sudah membuktikan sendiri, tindakan ini bisa menciptakan ‘space’ tapi ingat, disiplin alokasikan dana lebih untuk menutup lubang utang, ya. Hikmah lainnya selain lemak dan utang kabur, badan lebih sehat, pikiran fresh, lalu keluhan seperti migrain, pusing-pusing, pegal-pegal ikutan kabur, lho.

Selamat mencoba. Good Luck!

#GrowFearless with FIMELA