Fimela.com, Jakarta Anak-anak yang terlahir dengan kondisi celah bibir tidak sempurna akan mengalami kesulitan bicara, bahkan setelah melalui rangkaian operasi. Maka diperlukan terapi wicara agar anak-anak tidak terhambat dalam komunikasinya.
drg. Andi S. Budihardja SpBM (K), dokter spesialis bedah mulut mengatakan celah bibit dan langit merupakan kondisi di mana terdapat celah antara rongga mulut dan rongga hidung akibat ketidak sempurnaan proses penyatuan bibir dan lelangit pada masa perkembangan janin. Untuk mengkoreksinya, operasi adalah tindakan medis utama.
Namun, setelah operasi celah bibir atau lelangit perlu juga dilakukan perawatan agar mampu mencapai tampilan dengan bekas luka minimal dan mengembalikan fungsi anggota tubuh. Salah satunya memperbaiki fungsi bicara dengan rangkaian terapi.
"Terapi wicara diberikan untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan membangun percaya diri," ujar drg. Andi dalam acara Smile Train di Jakarta.
Lebih lanjut mengenai terapi wicara
Rita Rahmawati, S.Pd, SST.TW, M.P.H, terapis wicara mengatakan terapi dapat dilakukan setidaknya dua minggu sekali setelah operasi apabila pasein dinyatakan sehat dan mampu mengikuti rangkaian terapi, serta mendapatkan persetujuan dokter.
Ia mengatakan latihan diberikan pada pasien akan berbeda, bergantung pada kebutuhan pasien. Namun, pada umumnya terapi wicara dilakukan agar pasien dapat mengembangkan keterampilan artikulasi, memperlajari bahasa ekspresif, meningkatkan pengucapan konsonan, serta meningkatkan perbendaharaan kata.
"Lamanya terapi disesuaikan dengan kemapuan pasien tersebut," paparnya.
Deasy Larasati, Program Director dan Country Smile Train menyampaikan Smile Train telah membantu 80.000 masyarakat Indonesia mendapatkan perawatan celah komprehensif yang aman, berkualitas, dan konsisten."Para dokter bedah, ahli anestesi, perawat, ortodontis, terapi wicara sampai nutrisionis terus mendapatkan pendidikan dan pelatihan agar pasien mendapatkan perawatan terbaik," tutup Deasy.
#Growfearless with Fimela