Fimela.com, Jakarta Penelitian menunjukkan bahwa cahaya biru yang dipancarkan oleh perangkat elektronik dapat mengganggu pola tidur kamu. Efek blue lights pada pola tidur berhubungan dengan bagian-bagian tertentu, seperti otak, mata, dan tubuh.
Menurut Dr. Michael Breus, blue lights adalah istilah untuk panjang gelombang cahaya antara 460-490 nanometer. Ini adalah panjang gelombang cahaya terpendek dan sangat lazim pada perangkat elektronik yang tidak memiliki penyesuaian cahaya. Ada beberapa bukti bahwa cahaya itu dapat berpengaruh pada bagian internal tubuh kita.
Beberapa ilmuwan berpikir bahwa kehadiran cahaya biru tidak terlalu berbahaya dan mungkin memiliki efek positif pada pola tidur ketika digunakan dengan cara yang benar. Dilansir dari Bustle.com, inilah penjelasan terkini tentang pengaruh blue lights terhadap pola tidur dan kerja otak.
Blue lights dapat mengganggu produksi melatonin
Ada banyak bukti bahwa paparan cahaya biru memengaruhi produksi melatonin dalam otak. Melatonin adalah hormon yang mengatur reaksi tubuh saat tidur. "Ini seperti kunci yang menyalakan mesin untuk tidur," ujar Dr. Breus. Melatonin tidak membuat kita tidur. Sebaliknya, itu seperti sinyal ke otak untuk memulai proses memasuki kondisi kantuk. Inilah sebabnya mengapa blue lights dipasarkan sebagai cara untuk menyesuaikan kembali pola tidur setelah penerbangan panjang, bukan sebagai bantuan untuk segera tidur.
Dr. Timothy Brown, dokter mata dan persepsi visual di University of Manchester, mengatakan bahwa ada banyak penelitian yang menunjukkan cahaya memiliki efek langsung pada kadar melatonin. Cahaya menekan melatonin karena mereka menandakan bahwa sudah waktunya untuk bangun. Itulah sebabnya penting untuk mencoba tidur di kamar yang gelap dan menyingkirkan semua jenis cahaya. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa blue lights mungkin dapat sangat merusak produksi melatonin di malam hari.
Blue lights tidak begitu bermasalah seperti apa yang kamu pikirkan
Breus menjelaskan bahwa cahaya biru memengaruhi protein tertentu di dalam mata yang dikenal sebagai sel melanopsin. Protein ini mengirim pesan ke otak tentang produksi melatonin.
Penelitian yang diterbitkan oleh Dr. Brown dalam Current Biology pada akhir tahun 2019 menemukan, warna cahaya yang dilihat pada malam hari mungkin tidak sepenting yang kita pikirkan. Dengan kata lain, blue lights mungkin bukan musuh tidur yang buruk. Menurut Dr. Brown, sel-sel melanopsin di dalam mata dapat menyerap lebih banyak cahaya pada panjang gelombang rendah daripada jenis cahaya lainnya, contohnya blue lights.
Cahaya biru sebenarnya memiliki efek yang lebih lemah pada protein melanopsin daripada cahaya kuning yang sama-sama cerah. Masalah yang sebenarnya adalah kecerahan cahaya, belum tentu warnanya. "Jika seseorang ingin lebih mudah tidur dimalam hari dan bangun lebih awal, maka gunakan cahaya terang dipagi hari dan cahaya yang redup dimalam hari," ujar Dr. Brown.
Blue lights dapat membantu kamu lebih fokus
Cahaya biru telah terbukti membantu perhatian dan kesadaran. Ini akan bermanfaat jika kamu memilih untuk menggunakannya pada siang hari. Dua studi yang diterbitkan pada tahun 2019 menemukan bahwa paparan cahaya biru terang dipagi hari dapat membantu orang merasa lebih terjaga dan fokus serta meningkatkan kinerja kognitif. Kemungkinan, ini ada hubungannya dengan jam tubuh internal dan sinyal yang diterima dari cahaya. Kecerahan cahaya mungkin telah mendorong otak untuk menyesuaikan kewaspadaannya.
Blue lights dapat membantu perbaikan otak
Cahaya biru dipagi hari sebenarnya bisa membantu perbaikan otak. Menurut studi pada tahun 2020 yang diterbitkan dalam Neurobiology of Disease, orang dengan cedera otak traumatis ringan yang terpapar dengan panjang gelombang cahaya biru dipagi hari menunjukkan kerja otak yang lebih baik dan juga menunjukkan pertumbuhan volume area otak yang disebut inti pulvinar yang bertanggung jawab untuk perhatian visual.
Pengaruh blue lights pada pola tidur dan otak tidak sesederhana yang kita duga. Menghindari blue lights mungkin merupakan cara yang baik untuk membantumu tertidur. Jadi, jangan lagi-lagi bermain ponsel sebelum tidur ya, Sahabat Fimela.
Simak Video Berikut
#Growfearless with FIMELA
Penulis: Rafinda Eki Puspitasari