Berumah Tangga Bisa Menghadirkan Perubahan Besar pada Diri Sendiri

Endah Wijayanti diperbarui 30 Jan 2020, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Geti Oktaria Pulungan - Tapanuli Selatan

Peran Dua Makhluk pada Perubahanku

Dahulu aku tidak seperti ini. Aku tidak terbiasa dengan gerak cepat. Segala yang kulakukan pun harus sesuai dengan keinginanku. Jika aku ingin melakukan sesuatu, terserah kapan akan dikerjakan. Tidak ada yang mengaturku, aku telah dewasa dan dipercaya untuk bertindak bijaksana. Kini, perubahan yang kualami hampir mencapai delapan puluh persen. Mengapa bisa seperti itu? Apa dorongan kuat yang mengubahku?

Ada dua sosok istimewa yang berperan dalam perubahanku. Mereka mendapatkan tempat spesial dalam ruang hatiku. Pada kurun waktu dua tahun, Tuhan menghadirkan mereka pada hidupku. Tuhan sangat berbaik hati karena mereka adalah orang yang tepat. Keduanya tidak memaksakanku untuk berubah secara drastis. Namun, perlahan tapi pasti, aku berubah menjadi lebih baik. Awalnya Tuhan memberikan seorang pria yang kini berstatus sebagai suamiku. Pada tahun berikutnya, muncullah makhluk mungil yang melengkapi kebahagiaan kami. Ia terlahir sebagai seorang lelaki. Sungguh menyenangkan dapat dikelilingi dua lelaki.

Ayah dari anak-anakku adalah orang yang pengertian dan sabar. Tapi ia bukan orang yang lemah. Ia juga seorang yang bersikap tegas dan bijaksana. Aku seperti mendapatkan paket komplet padanya. Ia mengajariku banyak hal. Mulai dari perubahan kecil seperti kerapian dan ketelitian, hingga perubahan besar seperti kesabaran dalam menjalani hidup. Lambat laun, aku membenarkan semuanya. Memang ia tidak memaksaku untuk berubah karena paham pada sifatku yang tidak suka diatur dan dipaksa. Namun melalui sikapnya, aku terhipnotis dan lebih sabar daripada dulu. Ada magnet kuat yang memintaku untuk mengikuti sifat positif sang suami. Ternyata ia telah memahamiku dan berhasil mengubahku lebih baik. Walaupun mungkin tidak sangat baik, tapi aku merasa perubahan yang aku dapatkan sangat banyak.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Peran sebagai Ibu

Ilustrasi./(iStock)

Makhluk selanjutnya, si junior di keluarga kami telah mengubah kebiasaanku yang kurang cepat dalam bergerak. Bagaimana tidak? Jika aku tidak cepat bergerak, maka lengkingan tangisan anak kami akan terdengar. Jadilah aku memenuhi segala kebutuhannya agar ia merasa nyaman terlahir ke dunia ini. Mulai dari mengganti popok, memberi minum, hingga memandikannya.

Aku juga menjadi lebih kuat karena mampu menggendong tubuhnya selama beberapa jam dalam satu hari. Energi seakan tidak ada habisnya saat mengurus buah hati kami. Kadang aku tidak tahu dari mana energi tersebut berasal. Apakah dari nutrisi? Padahal porsi makanan yang dikonsumsi sama jumlahnya dengan ketika aku belum berumahtangga. Selain itu, sikapku menjadi cenderung mengalah. Bukan diri sendiri lagi yang diutamakan, melainkan keluarga.

Aku rela menahan kantuk asalkan sang anak bisa tidur nyenyak dalam gendonganku. Aku rela bangun berkali-kali untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Beberapa kebaikan itu bagaikan bonus karena telah hidup berumah tangga. Aku tidak tahu, keajaiban-keajaiban apalagi yang akan ditemui untuk perubahanku nantinya.

#GrowFearless with FIMELA