Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.
***
Oleh: Yang G. - Bangka
Aku sedang di ambang rasa bosan yang teramat sangat. Tidak terasa tahun 2020 sudah memasuki akhir Januari. Serasa waktu cepat sekali melintasi kehidupan dan tanpa kusadari sudah memasuki bulan ke delapan aku menjalani tugasku di daerah kecil yang jauh dari Jakarta.
Ada sejumlah kenyataan pahit yang kurasakan selama berada di daerah, kenyataan yang tidak sesuai dengan harapanku. Aku rela meninggalkan kota Jakarta yang selama ini memberikan masa depan yang baik bagiku dan keluarga kecilku. Harapanku ketika memutuskan pindah kerja di daerah adalah menemukan ketenangan dari hiruk pikuk kemacetan Jakarta serta mendapatkan suasana damai di daerah yang kupikir akan membawa pembaharuan hidupku secara finansial maupun karier! Ternyata semua itu tidak sesuai dengan kenyataan yang kuterima selama tinggal di daerah.
Keputusanku meninggalkan Jakarta bukan tanpa sebab. Dukungan teman-teman di daerah cukup andil membulatkan tekadku mengambil keputusan yang berani dengan harapan aku akan menemukan suasana baru dan tantangan yang berbeda. Setelah melalui pertimbangan dan diskusi dengan suami dan anak-anak akhirnya mereka mengizinkan aku untuk pindah kerja demi pengembangan karier, dan semoga di tempat yang baru aku lebih leluasa bekerja serta memberikan manfaat bagi orang lain. Keluargaku berpikir jarak Jakarta dan Sumatera tidak terlalu jauh kalau mau pulang sewaktu-waktu aku bisa pulang. Transportasi udara pun sudah banyak, jadi persoalan rindu bukan jadi penghalang. Sewaktu-waktu aku bisa video call dan tetap dapat berkomunikasi dengan keluarga kecilku.
Ternyata ada hal yang tidak terpikirkan olehku. Atmosfer di daerah dengan di Jakarta sangat berbeda. Persoalan budaya, faktor lingkungan di tempat kerja, dengan orang-orang yang berhubungan atau berinteraksi denganku, persoalan pergaulan sangat berbeda dengan tempat asalku sebelumnya.
Tak Ingin Menyia-nyiakan Waktu
Aku yang tadinya sangat aktif di dunia kerja bahkan boleh dikatakan sangat produktif selama ini, di daerah malah belum banyak melakukan hal-hal bermanfaat. Justru aku banyak wira-wiri ke mana-mana yang tanpa kusadari membuang energi dan waktuku dengan percuma. Aku banyak berkumpul dengan orang-orang yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk ngobrol tetapi nothing to do. Orang-orang yang kalau bicaranya banyak menjanjikan angin surga tetapi kenyataannya mereka hanya sekadar menjanjikan tidak sesuai kenyataan seperti yang kuharapkan.
Sampai suatu hari aku merenung. Ya Tuhan mengapa aku seperti ini? Padahal tujuan aku ke daerah untuk melakukan hal yang bermanfaat, bukan menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak berguna. Berapa kali aku mengingat orang-orang yang menghabiskan waktuku dengan menjanjikan hal-hal yang membuatku terbuai seperti posisi di pekerjaan, menyelenggarakan event untuk acara sosial, jenjang karier, finansial lebih baik, dan bualan lainnya yang membuatku lupa bahwa tujuanku pindah ke daerah bukan untuk omong kosong tiada guna. Namun, melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kepada masyarakat yang membutuhkan tenaga dan pikiranku.
Sampailah pada suatu hari ketika aku disadarkan oleh salah satu seniorku di Jakarta dan menghubungiku melalui telepon apa saja kegiatan dan perubahan yang telah kulakukan selama di daerah? Sudah berapa lama aku tinggal di daerah dan apa saja hasilnya? Tiba-tiba aku tersentak dan baru kusadari bahwa delapan bulan aku di daerah tetapi sedikit yang kulakukan. Menghabiskan waktu tiap minggu ke tempat pelesiran dengan teman-teman baruku di daerah tanpa hasil. Mengobrol sepanjang hari hingga larut dan nongkrong di café hanya sekadar makan-makan dan melewati malam. Aku lupa kalau waktu terus berjalan dan hari-hariku terbuang dengan percuma.
Memperbaiki Prioritas
Awal tahun 2020, aku mulai melakukan evaluasi diriku. Buku yang tadinya hanya jadi pajangan rumah satu per satu mulai kujamah untuk dibaca. Selain itu, hobi menulisku pun mulai kutekuni, walaupun kehilangan ide untuk menulis tetapi aku paksakan untuk tetap menulis, dan keinginan terbesarku adalah dalam satu tahun ini menulis tiga jurnal ilmiah tentang pendidikan, pemberdayaan wanita dan kenakalan remaja. Seperti hal-hal positif yang pernah kulakukan di Jakarta.
Hobi berkebun pun mulai kulakukan dengan membersihkan pekarangan rumah dan menanam tumbuh-tumbuhan yang membuat rumahku menjadi cantik. Aku tersadarkan bahwa aku harus membuat prioritas dalam bergaul, jika aku banyak menghabiskan waktu untuk ngobrol dengan orang-orang yang tidak produktif maka aku akan menjadi malas berpikir, dan aku akan terus seperti ini tanpa melakukan apa-apa.
Perlahan-lahan aku menghindari pertemuan dengan teman-teman yang kuanggap membuang energiku. Aku mengurangi pergi tanpa tujuan atau hasil dan aku kembali mengingatkan diriku apa sebenarnya tujuanku pindah ke daerah dan apa yang telah kuperbuat selama ini. Tiba-tiba aku sangat merindukan suasana kerja yang menyenangkan, berkumpul dengan teman-temanku yang berproduktif, saling berbagi, dan menyebar kebaikan. Jakarta tempatku harus kembali!
#GrowFearless with FIMELA