Introver atau Ekstrover, Kita Sama-Sama Istimewa dengan Cara Kita Sendiri

Endah Wijayanti diperbarui 28 Jan 2020, 17:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Nadya - Pontianak

Depresi, keterpurukan, dan kesedihan menjadi sebuah pelajaran untuk aku melangkah ke jalan yang lebih baik lagi. Aku rasa bahwa Tuhan memberikan jalan yang terkadang menurut aku sulit untuk ditempuh dan tidak adil. Tetapi di balik itu semua, aku yakin itu semua merupakan suatu hikmah yang harus aku pelajari terutama untuk menjadi pribadi yang lebih kuat. Lorong gelap yang aku lalui terasa tidak ada pemberhentiannya dan aku harus melangkah dengan kedua kaki. Itu adalah hal yang aku rasakan di tahun 2019.

Di tahun 2019, aku mengikuti sebuah program studi di luar negeri. Aku dan teman-teman aku pergi bersama. Pada awalnya, aku merasa bahwa ini merupakan suatu pengalaman yang sungguh menyenangkan di mana aku bisa belajar bersama dan mengeksplor suatu tempat baru. Namun, ekspektasi terkadang tidak seperti realita. Di sana, aku merasa aku dikucilkan oleh teman-temanku karena aku merasa bahwa aku adalah orang yang introver.

Aku merasa aku adalah orang yang tidak seru dan tidak pandai bersosialisasi. Jauh dari keluarga, dikucilkan oleh teman-teman, dan bedanya budaya membuat aku rindu akan rumah dan dengan perasaan aku yang harus berjuang sendiri di tanah asing itu membuat aku semakin terpuruk. Terlebih lagi hal yang paling buruk adalah aku sering menyalahkan diri aku sendiri karena merasa aku adalah seorang yang introver yang tidak bisa membuka diri aku kepada orang lain.

2 dari 2 halaman

Mengapresiasi Diri Sendiri

ilustrasi mencintai diri sendiri/Photo by Taweepat from Shutterstock

Rasa lelah batin dan lelah akan hidup terkadang membuat aku berpikir untuk menyerah. Namun aku sadar bahwa dengan selalu membenci diri aku sendiri bukanlah suatu solusi dan itu adalah musuh terbesar dalam diriku sendiri. Pemikiran negatif aku yang melabeli diriku sendiri yang kaku, aneh, dan tidak bisa se-ekstrover orang lain mejadikan aku depresi untuk beberapa bulan.

Setelah melalui itu semua dan dengan dukungan keluarga dan sahabat, aku sadar bahwa kebahagiaan datang dari diri kita sendiri. Dengan mengapresiasi diri sendiri dan lebih menerima diri sendiri sebagai orang yang introver membuat aku lebih terbuka dengan orang lain. Dengan menerima kekurangan kita dan menikmati menjadi diri sendiri tanpa harus membandingkan diri aku dengan orang lain adalah suatu prinsip yang harus aku pegang teguh.

Di tahun 2020 ini, I will be the brand new of myself. The self that I appreciate and the self that I love. I love myself so that I can love the others. I love myself despite of my insecurities and my flaws. I will always be myself and that’s what makes me special.

#GrowFearless with FIMELA