Fimela.com, Jakarta Seperti yang telah kita ketahui bersama, pada tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) menyatakan pneumonia of unknown etiology di Kota Wuhan Cina. Pneumonia ini disebabkan oleh jenis Coronavirus yang baru (2019-nCoV) yang belum pernah terdeteksi pada manusia.
Menurut Dokter Spesialis Paru RS Awal Bros Bekasi Timur dr. Annisa Sutera Insani, SpP, virus corona merupakan virus yang ditransmisikan secara zoonotic yaitu antara hewan ke manusia. Pada kejadian luar biasa di Wuhan, China, sebagian besar pasien pneumonia of unknown origin memiliki kesamaan pernah bepergian ke pasar hewan laut. Infeksi ini mungkin dapat terjadi karena faktor kebersihan dan kondisi pasien yang imunocomromised.
dr. Annisa Sutera Insani, SpP mengatakan bahwa Coronavirus merupakan bagian dari virus yang menyebabkan spektrum penyakit dari melasma hingga penyakit yang lebih berbahaya seperti MERS-CoV dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Virus ini dapat menular melalui riwayat kontak dan udara.
Gejala yang timbul dari virus corona tersebut adalah demam, lemas, batuk, dan sesak atau kesulitan bernafas. Beberapa kondisi ditemukan lebih berat. Orang dengan lanjut usia atau sedang memiliki penyakit penyerta lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk memperberat kondisi.
"Adapun dampak terburuk yang dapat terjadi adalah infeksi berat (sepsis), kondisi shock, gagal pernafasan, dan meninggal," paparnya dalam siaran pers yang diterima Fimela.com
Tindakan medis jika seseorang mengalami gejala virus corona
Tindakan medis yang dapat dilakukan jika seseorang mengalami gejala-gejala terjangkit virus Coronavirus jenis terbaru ini adalah dengan melakukan foto toraks. Jika hasil foto toraks tersebut sesuai gambaran Pneumonia dan ada kriteria SUSPEK (terduga), maka sebaiknya dilakukan uji diagnostik yang dapat dilakukan melalui swab tenggorokan atau pemeriksaan dahak.
“Jadi, sebaiknya pasien yang mengalami gejala Coronavirus jenis terbaru ini sebaiknya dirujuk ke rumah sakit rujukan. Jika tidak bisa dirujuk, segera kunjungi rumah sakit lainnya dan sebaiknya pasien harus dirawat di ruang isolasi dan lakukan foto toraks berkala, terapi simptomatik (terapi yang dilakukan berdasarkan gejala yang dialami), terapi cairan, ventilator mekanik (bila terjadi gagal pernafasan), dan jika gejala yang dialami disertai infeksi bakteri, maka pasien dapat diberikan antibiotik,”ujar dr. Annisa Sutera Insani, SpP.
Karena Pneumonia merupakan proses peradangan akibat infeksi, terapi utamanya adalah pemberian antibiotik empiris spektrum luas sesegera mungkin sambil dicari tahu etiologinya. Antibiotik spektrum luas sendiri adalah antiobiotik yang diberikan ketika suatu penyakit belum diketahui jenis etiologinya dan pola kumannya. Setelah diketahui etiologinya, pasien dapat diberikan jenis antibiotik yang sesuai dengan pola kuman yang dimilikinya saat itu.
“Adapun tindakan medis yang harus dilakukan adalah oksigenasi, terapi cairan, terapi simtomatik, serta penggunaan ventilator jika gagal napas,” ujar dr. Annisa
Menurut dr. Annisa Sutera Insani, SpP, belum ada vaksin yang spesifik untuk virus nCoV atau Coronavirus jenis terbaru tersebut tersebut. Maka dari itu, hal yang bisa dilakukan adalah:
1. Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang mulut, hidung dan mata, serta setelah memegang instalasi publik.
2. Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, gunakan alkohol 70-80% handrub.
3. Menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika bersin atau batuk. Ketika meiliki gejala saluran pernafasan, gunakan masker dan segera berobat ke fasilitas layanan kesehatan.
#growfearless with Fimela