Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.
***
Oleh: Ayu - Semarang
Hai aku Ayu, aku penyintas kanker mamae sejak tahun 2016. Aku mau ceritakan kisahku, berawal sejak melahirkan dan menyusui putri keduaku yang cantik Maria Selena Anditya Putri Jatayu, aku mulai mengalami perubahan bentuk payudara di sebelah kiri, payudara kiriku kisut seperti kulit jeruk yang kering dan menghitam, dan ketika anakku belajar berdiri dan berpijak pada payudara kiriku tersebut terasa nyeri.
Muncul benjolan di payudara kiriku, ada 2 yang satu keras dan yang satu bisa bergerak. Awalnya aku pikir itu biasa saja, namun setelah melihat sebuah tayangan dari infotainment waktu itu aku terinspirasi oleh artis Pevita Pearce yang melakukan operasi payudara karena ada tumor di payudara. Tergerak oleh tayangan tersebut dan karena rasa nyeri yang sering muncul di payudara kiriku aku menceritakan hal tersebut pada suamiku.
Suamiku menyarankan untuk periksa ke dokter. Maka aku periksakan ke dokter bedah onkologi. Ketika periksa dokter memeriksaku dengan meraba dan langsung memberikan rujukan untuk rawat inap untuk bedah ambil tumor tersebut. Sungguh aku merasa sangat takut waktu itu masih sangat awam. Namun berbekal doa aku pasrah dan suami mendorong untuk operasi. Waktu itu suami masih bekerja sehingga operasi ditanggung oleh asuransi kantornya.
Maka pada tgl 22 April 2016 operasi biopsi habis Rp25 juta. Satu minggu setelah operasi keluar hasil PA ganas aku sangat takut dokter bilang ini akan diuji lagi PA-nya karena ragu ganas atau tidak. Namun dokternya malah cuti 1 minggu , dalam kekalutanku aku mencoba second opinion ke dokter lain.
Hasil PA lanjutan jinak, namun dokter tetap menyarankan operasi karena sudah stadium 3. Sungguh situasi yang sangat mengerikan aku takut sekali divonis kanker stadium 3. Anak-anakku masih kecil. Dokter memberi 3 alternatif untuk mastektomi, rekonstruksi atau implan. Jujur pada waktu itu aku masih sayang payudaraku, bagaimanapun wanita tanpa payudara pasti akan meruntuhkan kepercayaan diriku. Lalu aku memilih untuk rekonstruksi.
Operasi dan Kemo
Maka pada 07 Mei 2016 dilakukan operasi tersebut total habis sekitar Rp79 juta puji Tuhan semua dicover oleh asuransi kantor suamiku. Dan hasil PA-nya ternyata kanker stadium 1. Setelah itu pada bulan Oktober 2016 aku melakukan USG dan hasilnya sudah bersih. Dokter kemudian memberikan terapi hormon yaitu minum obat Tamofen selama 5 tahun dan suntik Zoladex selama 2 tahun tiap bulan yang menyebabkan saya menopouse dini. Namun ada efek sampingnya akan membuat penebalan dinding rahim jika tidak mau suntik maka harus operasi angkat indung telur karena ER PR saya positif yang berarti kanker dipicu oleh produksi hormon estrogen progesteron.
Terus terang hal tersebut yang membuat saya gundah gulana di satu sisi saya masih 36 tahun, masih mau nambah momongan. Dan bayangan angkat ovarium akan berefek pada tidak bisa melayani suami dengan baik. Pikiran-pikiran tersebutlah yang membuat saya tidak pernah kontrol lagi selama dua tahun. Saya hidup dengan senang dan rutin minum jus hijau yaitu campuran mentimun, seledri, pare dan apel serta jus merah campuran buah bit, wortel dan apel malang.
Namun pada bulan September 2018 muncul benjolan di dada kiri disertai rasa panas dan nyeri. Awalnya saya takut terkena jantung maka saya periksakan ke dokter. Maka saya periksa ke rumah sakit dan menjalani USG mamae pada 27 Oktober 2018 dan hasilnya ada cairan di paru-paru kiri indikasi penyebaran kanker payudara. Kemudian saya dirujuk untuk Citiscan Thorax dan ECHO (jantung). Dan pada 22 Desember 2018 diambilah cairan di paru-paru kiri saya dan hasil PA-nya ganas. Kemudian saya menjalani kemoterapi selama 6 kali mulai bulan Januari 2019 sampai dengan Juni 2019.
Pada tanggal 4 Desember 2019 saya mengalami duka yang sangat mendalam kehilangan ayah dengan tiba-tiba. Hati ini terasa sangat luka karena merasa berdosa tidak bisa menemani ayah hingga di akhir hidupnya merasa belum bisa membahagiakan beliau. Perasaan bersalah menderaku menyebabkan aku menjadi semakin terpuruk terlebih dengan vonis ganas cairan di paru-paruku dan perasaan kecewa karena tahun 2019 tidak mendapat bonus dari kantor karena kelalaianku sendiri terlambat hingga mendapatkan SP 3.
Aku bertanya-tanya Tuhan mengapa ini terjadi lagi di hidupku, aku kira cukup sekali kemarin. Namun, imanku menyelamatkanku aku percaya Tuhan ada maksud dan rencana yang indah untuk hidupku, Tuhan mau membentukku menjadi bejana kehidupan yang lebih baik. Maka aku berpasrah dan menjalani kemoterapi sesuai anjuran dokter.
Tak Pantang Menyerah
Kemo pertama aku jalani pada tanggal 14 Januari 2019. Sebelumnya aku mondar-mandir mengurus segala kelengkapan dokumen seorang diri sambil bekerja. Sungguh Tuhan masih sayang padaku dan memberiku kekuatan hingga aku sanggup mengurus semuanya itu seorang diri.
Waktu kemoterapi pertama tanggal 14 Januari 2019 aku masuk pagi jam 9 dan mulai dikemo jam 10 selesai jam 4 sore. Pengalaman pertamaku karena masih tegang kepala sangat pusing dan mual. Tanganku ditusuk jarum untuk mengalirkan cairan infus dari kemoterapi ada 2 botol, pertama warna putih kemudian warna orange dan aku tidak boleh bergerak turun dari kasur ketika cairan itu dimasukkan karena bisa membakar pembuluh darahku. Setelah habis aku diberikan cairan infus biasa. Selesai kemoterapi karena menggunakan BPJS aku tidak bisa langsung pulang harus menginap dan baru boleh pulang keesokan harinya.
Selesai kemoterapi yang kurasakan kepala pusing, mual, dan badan lemas. Sepulangnya di rumah muncul sariawan di mulut yang menyebabkan aku semakin tidak doyan makan. Rambutku rontok sangat banyak, aku gundul sekalian. Namun aku teringat cerita dari rekan sekamar waktu kemo 1 bahwa beliau biasa akupunktur ketika terkena stroke. Maka aku mencoba akupunktur untuk mengurangi efek kemoterapi. Puji Tuhan agak membaik dan aku bisa kembali beraktivitas lagi.
Pada tanggal 04 Februari 2019 aku menjalani kemoterapi kedua. Kemo ini agak mundur karena kecapekan ikut raker ke Jakarta sehingga berdampak turunnya lekosit dan HB-ku. Setelah mundur seminggu aku kembali menjalani kemo kedua. Kemo ketigaku juga mundur pada tanggal 04 Maret 2019 karena kecapekan menunggui anak laki-lakiku yang opname sakit DB.
Ada yang spesial kemo ketiga ini rekan sekamarku pasien kanker usus. Wanita itu sudah dibuatkan saluran pembuangan feses di perut dan selalu hoek-hoek jika mencium aroma makanan yang kuat. Itu yang membuatku bersyukur ternyata ada orang lain yang lebih menderita dari aku dan rasa sakit yang kurasakan tidak seberapa dibandingkan yang lain.
Kemo ke-4 aku jalani pada tanggal 01 April 2019. Aku minum kapsul kutuk dan fufang untuk meningkatkan staminaku. Kemo ke-5 aku jalani pada tanggal 22 April 2019 kali ini tepat waktu pas 3 minggu sesuai dengan jadwal. Kemo terakhir aku jalani juga tepat waktu pada tanggal 13 Mei 2019.
Selesai kemo ambeienku kambuh sangat sakit melebihi proses kemo itu sendiri, ketika kontrol ke dokter, aku dirujuk ke dokter bedah. Aku sangat takut masuk bedah lagi sementara selesai kemo sendiri badanku masih lemas. Beruntung aku mendapat info ada ada yang bisa tanpa operasi cukup suntik, namun lumayan mahal aku habis Rp1,6 juta. Puji Tuhan bisa direimburse di kantor.
Pada kemo ke-4 & ke-5 muncul udun di wajah pertama. Aku kira jerawat tapi kok besar dan sakit banget bahkan pas kemo terakhir itu udun tumbuh di pangkal hidung dekat alis mata kanan sakit sekali sampai muka kelihatan bengkak, aku datang di acara resepsi pernikahan ponakan dengan kondisi muka bengkak dan badan lemas. Sungguh pengalaman yang luar biasa.
Selesai kemo aku kembali menjalani cek up seperti cek darah CA15-3, CEA , USG abdomen, mamografi, dan thorax. Hasilnya paru-paruku bersih tidak ada cairan lagi. Puji Tuhan. Tapi muncul benjolan di payudara dokter memberiku 2 opsi yaitu radiasi 25x atau mastektomi. Dan aku memilih mastektomi karena radiasi 25x membutuhkan waktu untuk bolak-balik ke RS butuh eksta tenaga dan moral juga.
Tuhan Selalu Memberi Jalan
Akhirnya payudara yang dulu aku banggakan hilang sudah, aku beruntung suamiku mendukung keputusanku tersebut. Aku mengutarakan isi hatiku dan menyampaikan kepada suamiku jika dia macam-macam maka aku akan mati. Tapi Puji Tuhan suamiku sangat mendukungku. Bahkan ketika selesai kemo ke-2 dia mengajakku piknik ke pantai agar aku bahagia.
Maka dengan tekad bulat aku dioperasi pada tanggal 3 Juli 2019. Ada kejadian lucu aku sudah masuk ruang operasi dan dibius tapi tidak jadi dioperasi gara-gara aku tidak membawa hasil citiscan Thoraxku. Keluar dari ruang operasi aku muntah-muntah efek dari anestesinya. Maka pada keesokan harinya barulah aku dioperasi.
Aku masuk jam 11 diantar oleh saudara yang perawat di situ selesai jam 4 sore. Aku dirawat di RS selama seminggu. Puji Tuhan darah yang keluar dari drainase cukup banyak hingga cepat kering. Setelah hari ke-7 aku mulai turun dari ranjang dan berjalan-jalan menggerakkan tanganku agar darah cepat kering. Dan kali ini rekan sekamarku seorang ibu. Beliau pernah dipotong ususnya dan kali ini masuk RS karena muntah-muntah. Beliau memberi tahu gerakan senam ping shuai gong di Youtube. Maka aku mencoba gerakan senam tersebut ketika jalan-jalan pagi di rumah sakit.
Puji Tuhan keesokan harinya aku sudah boleh pulang. Ketika berada di rumah sakit aku mengalami perjalanan iman yang sangat dahsyat aku merasakan kehadiran Tuhan bersamaku aku menangis memuji nama-Nya dalam kesendirianku. Karena ibu sebelahku juga senang bernyanyi memuji Tuhan. Aku jadi senang bersenandung sambil mengangkat tanganku aku pasrahkan diriku sambil berderai air mata memuji nama Tuhan Yesus.
Ketika kontrol ambil jahitan setelah mastektomi dokter menyarankan untuk melakukan tes untuk mengetahui penyebab kanker yang ada di tubuh karena kadar CA 15-3 masih cukup tinggi yaitu 167,9 yang seharusnya < 31,3 tapi hanya ada di sebuah RS di Jakarta, tesnya harganya Rp12 juta. Waduh biaya dari mana uang sebanyak itu mana tidak bisa pakai BPJS. Maka aku menolaknya. Kemudian dokter menjadwalkan untuk bonescan. Namun belum jadi bonescan dokternya lupa dan hanya memberi hormonal lagi.
Saat ini aku kontrol kembali ke RS dan ketika mengurus perpanjangan rujukan tidak diperbolehkan. Oleh dokter aku dijadwalkan untuk ECHO pada tanggal 6 Desember 2019 karena ada keluhan dada sakit.
Semoga hasilnya baik dan aku bisa menjalani sisa hidupku ini dengan bermanfaat bagi orang-orang yang kusayangi dan orang lain. Aku hanya mengikuti jalan Tuhan dulu aku ingin pindah dokter sekarang malah dikasih sama Tuhan ganti dokter. Tuhan sangat baik bagiku.
Oh iya, ketika reuni SMP di bulan Juni aku ketemu salah satu temanku yang merupakan dokter jantung, aku disarankan untuk ikut komunitas kanker. Lalu aku dikenalkan pada komunitas WK Wijaya Kusuma pimpinan Ibu Puji dan CISC pimpinan Bu Cahyaning. Sekarang aku aktif ikut acara-acara seminar kanker dan gathering komunitas kanker.
Aku juga tergabung dalam ICCC. Sangat senang banyak pengetahuan mengenai kanker yang aku dapatkan dan banyak support dari para penyintas kanker. Kami saling menguatkan. Saya sangat berterima kasih pada Tuhan karena memilihku untuk mendapat berkat sakit kanker payudara ini aku sudah ikhlas dan aku percaya bahwa Tuhan selalu menyertaiku dan memberiku kekuatan
Tetap semangat!
Salam kasih
Ayu
#GrowFearless with FIMELA