Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.
***
Oleh: Rere - Semarang
Semua orang ingin jadi lebih baik, kan? Begitu juga aku, punya resolusi untuk tahun 2020 yang ingin diwujudkan. Banyak juga teman yang membagikan resolusi mereka di media sosial mereka dengan tagline, “New year. New me!”
Mungkin aku berbeda dengan mereka. Aku memilih untuk diam, tidak membagikan resolusi apa pun di media sosial. Bukan, ini bukan perkara aku seorang introver. Bahkan aku jauh dari kata introver karena aku supel dan punya banyak teman. Resolusi bukan cuma resolusi yang ada di media sosial, tapi tentang usaha kita untuk mewujudkannya.
Tahun lalu, aku belajar banyak hal. Keluarga dan pekerjaan adalah dua hal yang selalu menjadi prioritasku selama beberapa tahun belakangan, tepatnya setelah lulus kuliah. Aku selalu berusaha membuat bangga keluargaku dengan pekerjaanku, yaitu freelance writer.
Memang masih banyak yang belum paham tentang apa yang dilakukan seorang penulis, terutama seperti aku yang bekerja dari rumah. Orangtua butuh waktu bertahun-tahun untuk paham tentang apa sebenarnya jobdesc dari seorang penulis, sampai aku bekerja di salah satu e-commerce. Aku pun puas dengan gaji yang didapat karena bisa memenuhi kebutuhanku dan surprise kecil untuk orang tua.
What's On Fimela
powered by
Akan Terus Mengembangkan Diri
Apa aku sudah puas dengan karierku? Pertanyaan itulah yang memotivasi aku untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi tentang jurnalisme. If I'm still the old me, definitely I will give up in the first place. Sama halnya ketika aku baru saja lulus dari psikologi dan pontang panting ke sana kemari mencari pekerjaan. Ratusan aplikasi sudah aku kirim tiap hari dan perusahaan yang memberi feedback bisa dihitung dengan jari. Iri rasanya melihat teman yang sudah nyaman bekerja di kantor. Sering aku merasa minder karena belum bekerja setelah beberapa bulan kelulusan. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan memulai karier di jurnalisme. Apa iya aku juga harus berhenti menulis setelah beberapa publikasi menolak tulisanku?
Sampai akhirnya, aku mencoba lagi mengirim email ke suatu publikasi dan mengungkapkan kalau ingin bergabung sebagai penulis. Menariknya, sang empunya publikasi itu bilang kalau dia belum bisa menerimaku karena aku penulis baru. Kata-katanya itulah yang memicuku untuk menulis, membuktikan kalau aku bukan penulis yang setengah-setengah.
Memang, aku termasuk salah satu penulis yang baru di bidang jurnalisme. Tidak ada dasar jurnalisme sama sekali dan aku mulai menulis karena kondisi yang kurang menguntungkan kala itu. Tapi apakah itu sebuah alasan bagiku untuk berhenti menulis? Hanya karena penulis lainnya jauh lebih berpengalaman daripada aku? Tidak, tentu saja tidak.
Penulis tidak akan kehabisan idenya selama dia mau belajar. Tentu aku masih butuh banyak belajar dari penulis lain, menerima kritik dari sana-sini supaya bisa berkembang lagi, untuk menjadi penulis yang lebih baik. Dan tentunya resolusiku di tahun 2020 ini adalah untuk menulis lebih banyak lagi dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Rejections won’t stop me here. Bye the old me, I’m ready to become a successful writer!
#GrowFearless with FIMELA