Jerawat dan Rambut Rontok yang Akhirnya Mengubah Hidupku

Endah Wijayanti diperbarui 22 Jan 2020, 14:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: MING - Banjarmasin

Pada saat umurku sekitar 15 tahun aku sering dipuji cantik. Pujian dari mereka membuatku merasa bangga dan aku terus terbuai dalam pujian itu, hingga suatu ketika saat aku bercermin aku bergumam dalam hati, “Betapa mulusnya wajah ini walau tanpa perawatan apa pun pasti akan baik-baik saja.”

Ya pada saat itu meskipun aku jarang memakai sabun muka meskipun hanya face wash satu-satunya skincare-ku wajahku tetap baik-baik saja mulus bahkan pori-porinya pun hampir tidak terlihat. Dan pernah juga aku berkata bahwa rambutku akan tetap tebal meskipun rontok karna pada saat itu aku memiliki rambut lurus alami yang begitu tebal.

Mereka Bilang Aku Lebay

Aku pernah mengalami masa-masa sulit yang menurutku sangat berpengaruh dengan kehidupanku, hal sulit itu adalah rambut rontok dan jerawat. Dua kejadian yang membuatku amat sangat down membuat kepercayaan diriku hilang hingga ada beberapa orang yang kukenal mengatakan bahwa aku lebay karena terlalu memusingkan hal yang sebenarnya orang-orang pun pasti pernah mengalaminya. Ya, benar aku memang lebay. Tapi untuk seorang introver sepertiku hal ini sangatlah menyulitkan untuk bertemu dengan orang-orang bahkan dengan orangtua dan adik-adikku yang satu atap denganku. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Aku hanya akan keluar kamar jika memakai masker.

Memasuki semester dua (sekitar tahun 2013) pada saat libur kuliah tiba-tiba saja rambutku rontok sangat parah, benar-benar parah bahkan bisa lebih dari 100 helai per hari walau bahkan tanpa ku sisir, saat aku berjalan dan rebahan saja rambutku selalu berjatuhan. Aku selalu menangis setiap kali melihat rambutku. Aku tidak tahu kenapa karena aku tidak melakukan yang aneh-aneh dengan rambutku saat itu.

Aku mencoba dengan cara alami untuk mengobati kerontokannya namun tak jua menunjukan perubahan baik. Hingga liburan usai dan perkuliahan kembali dimulai aku terpaksa memakai hijab saat ke kampus karna aku malu rambutku menjadi sangat tipis. Beberapa bulan kemudian ketika rambutku tidak lagi rontok separah dulu aku mulai membuka hijab lagi namun saat kuliah aku tetap memakainya karena kupikir sudah terlanjur.

Tahun 2015 ketika memasuki semester 5 di kampusku mengadakan praktik ke hutan jati di Jawa Timur. Sebelum berangkat memang ada satu atau dua jerawat yang muncul dipipiku namun tak terlalu kupikirkan karena biasanya akan cepat hilang. Hingga praktik selesai dan pulang jerawatku justru bertambah parah. Kupikir hanya tak cocok air karena ada beberapa temanku yang ketika pulang wajahnya juga menjadi berjerawat.

Saat wajah temanku menjadi mulus justru wajahku tak menunjukkan perubahan apa pun bahkan semakin parah. Aku tidak lagi ingin bertemu dengan teman-temanku, aku malu pasti mereka akan selalu bertanya mengapa tiba-tiba jerawatku sangat parah bahkan ada yang berkata seperti ini, “Cieee... sekarangan jerawatan.” Aku sangat benci mendengarnya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Jerawat dan Rambut Rontok yang Berlebihan

Ilustrasi./(Unsplash.com/Nick Karvounis)

Jerawatku tidak sembuh-sembuh padahal aku sudah mencoba berbagai macam suplemen, obat herbal, pergi ke pengobatan herbal, ke dokter kulit bahkan aku pernah pergi ke kyai dan ustaz untuk meminta doakan agar lekas sembuh, sounds funny, right? Tapi itulah kenyataannya. Aku memang pergi ke sana. Beruntungnya saat kuliah aku sambil bekerja sehingga aku memiliki uang untuk biaya pengobatan jerawatku.

Siapa pun yang melihatku, aku benci meski mereka tidak mengatakan apa pun tentang wajahku. Maka dari itu kuhabiskan bertahun-tahun dengan memakai masker dan banyak mengurung diri di kamar. Aku semakin tidak ingin terlihat dan dikenal oleh siapa pun. Aku malu bahkan hanya untuk saling menyapa. Aku takut pasti mereka bertanya kenapa aku selalu memakai masker.

Saat acara bukber angkatan pun aku memilih untuk tidak ikut karena malu lagipula juga tidak ada yang mencariku haha. Saat pacarku wisuda aku pun tidak ingin datang meskipun kami satu kota padahal orangtuanya pun mencariku. Aku beralasan saat itu sedang tidak bisa keluar saat pelatihan padahal aku bisa saja menemuinya di saat waktu istirahat saat pelatihan.

Aku juga pernah marah dengan tanteku karena dia selalu mengeluh dengan psioriasis di kepalanya karena saat itu kupikir itu tidaklah apa-apa dibanding jerawatku yang belum juga sembuh. Padahal sebenarnya psioriasis tidak bisa disembuhkan dan hanya akan hilang jika penderitanya tidak stres namun bisa kembali lagi jika stress (cmiiw). Betapa aku tidak bersyukur pada saat itu. Di saat jerawatku semakin parah aku memutuskan untuk memakai hijab untuk selalu menutupi jerawatku dan masker walau hanya ke warung.

Karena tak kunjung menunjukan perubahan yang baik sampai akhirnya aku pasrah aku berpikir setidaknya aku masih sehat setidaknya aku masih memiliki anggota tubuh yang lengkap aku harus bersyukur karena aku hanya merasakan jerawat bukan penyakit mematikan.

3 dari 3 halaman

Ujub dan Penyakit Ain

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Sebagai seorang muslim pasti ada beberapa yang pernah mendengar tentang penyakit ain. Kuanggap rambut rontok ini karena ujub karena aku lupa bahwa apa pun bisa saja terjadi karena kehendak Allah. Beruntungnya kepalaku tidak sampai botak. Sedangkan jerawat ini karena ujub dan penyakit ain karena saat ada yang memuji wajahku aku tak pernah mengucapkan masyaallah atau subhanallah walau hanya dalam hati. Aku teringat sekitar 10 atau 12 tahun lalu kakekku pernah menulis di dekat cermin tempat aku biasa bercermin. Aku lupa seperti apa namun intinya jangan sampai menjadi ujub karena memiliki wajah rupawan.

Berubah

Ada banyak hal yang berubah setelah semua yang aku lewati bukan hanya menjadi pribadi yang lebih bersyukur tapi aku benar-benar berubah menjadi orang baru. Saat ini insyaallah aku selalu berhijab walau hanya pergi ke samping rumah sedangkan dulu aku berhijab hanya pada saat pergi kuliah bahkan saat pada saat itu aku ingin wisuda tanpa hijab (sebelum jerawat melanda).

Kini, aku menjadi orang yang selalu bersyukur dengan tubuh kurusku sedangkan dulu aku sibuk meminum obat-obat penambah berat badan hingga aku lupa bersyukur walau dengan badan kurus tetapi aku memiliki wajah mulus. Kini aku menjadi orang yang bisa lebih bersyukur dengan semua yang Allah beri sedangkan dulu aku selalu ingin semuanya sesuai dengan keinginanku.

Di tahun 2020 ini aku juga mulai menerapkan pola makan sehat, aku sangat membatasi makan gorengan makanan maupun minuman manis, makan lebih banyak sayur dan buah, mengonsumsi teh hijau tawar hampir setiap hari, dan mulai rajin berolahraga.

Jika waktu terulang kembali maka aku akan memilih tetap merasakan wajahku berjerawat dan rambut rontok yang begitu parah karena dengan kejadian itu dapat membuat hidupku lebih baik. Setelah hampir empat tahun berjuang jerawatku sekarang sudah sembuh walau bekas merahnya masih terlihat, rambutku pun sudah tidak rontok separah dulu lagi.

#GrowFearless with FIMELA