Menjadi Korban Bullying dan Mencoba Bunuh Diri karena Tertekan

Endah Wijayanti diperbarui 22 Jan 2020, 09:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: IW - Palembang

Apa yang terlintas dalam pikiran jika mendengar kata bullying? Ya, bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan kepada seseorang baik secara fisik maupun mental yang jika terjadi terus menerus akan membuat korbannya menjadi tertekan sampai nekat untuk melakukan bunuh diri. Hal itulah yang pernah terjadi padaku.

Sebenarnya cerita ini sudah lama sekitar sembilan tahun yang lalu. Memang cukup lama tapi aku memerlukan waktu yang lama untuk bangkit lagi karena rasa trauma yang berkepanjangan. Waktu itu, aku memasuki yang namanya bangku perkuliahan. Aku mempunyai banyak teman dan kami tergabung ke dalam satu kelompok/geng. Rasanya senang sekali. Hal yang belum pernah aku lakukan, akhirnya aku lakukan bersama teman-temanku ini.

Karena dulu dari bangku SMP hingga bangku SMA, temanku hanya dua dan paling banyak empat orang. Aku orangnya introver, jadi susah jika menjalin hubungan dengan orang yang baru. Singkat cerita, memasuki semester akhir perkuliahan aku merasakan ada yang berbeda dengan teman-temanku. Aku merasakan bahwa mereka menjaga jarak padaku. Aku sudah melakukan pendekatan baik secara langsung ataupun melalui short message service (SMS) waktu itu. Namun, tak ada satu pun temanku yang menjawab pertanyaanku. Mereka menyuruhku untuk berpikir sendiri apa salahku. Aku bingung harus apa pada waktu itu karena aku sama sekali tidak tahu kesalahanku. Sampai nilaiku terus mengalami penurunan.

Suatu hari, ketika aku ingin mengambil air wudu untuk melaksanakan salat asar. Kebetulan aku mengambil di area toilet mahasiswi. Setelah selesai mengambil air wudu, aku terkejut karena teman satu gengku tiba-tiba masuk ke dalam toilet. Mereka mengatakan alasan mengapa mereka semua menjauhiku. Itu karena katanya aku menyukai pacar teman satu gengku. Ditambah lagi mereka tidak senang jika aku mendapatkan beasiswa. Aku terkejut bukan kepalang.

Semua alasan itu bagiku tak masuk akal. Pertama, kenapa aku dituduh menyukai pacarnya teman sendiri? Aku tahu aku tidaklah cantik. Oleh karena itu, aku tidak pernah terpikir untuk pacaran karena aku memang fokus untuk menyelesaikan studiku. Yang kedua adalah mereka tidak suka aku mendapatkan beasiswa. Kenapa? Padahal itu beasiswa untuk mahasiswa tidak mampu. Aku mendapatkan beasiswa itu karena aku tidak mampu membayar uang KKN yang diwajibkan setiap mahasiswa saat itu. Ditambah lagi, adikku mau masuk sekolah dasar dan ibu masuk rumah sakit karena harus di kuretase. Dan itu semua membutuhkan uang yang tidak sedikit. Sehingga, aku mengajukan beasiswa tersebut dan alhamdulillah aku mendapatkannya. Aku tidak habis pikir dengan semua itu. Mereka lalu meninggalkan aku sendirian di dalam toilet dan menguncinya dari luar. Lama sekali aku terkurung di dalam toilet. Beruntung ada mahasiswi lain yang membukanya.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Percobaan Bunuh Diri

Ilustrasi./(ATCHARIN SIMALHEK/Shutterstock)

Sepulang dari kuliah, aku masih mengingat kejadian yang tadi. Aku tidak bisa tidur memikirkannya. Dan aku takut untuk pergi kuliah keesokan harinya. Takut di-bully lagi. Akhirnya, aku memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri.

Pada saat orang tuaku sudah tidur, aku diam-diam menelan semua obat yang ada di rumah. Dengan harapan, malam ini aku sudah tiada. Namun, aku salah. Nyawaku tak kunjung dicabut. Keesokan harinya, aku mengalami mual yang sangat hebat disertai sakit kepala. Perutku sakit sekali seperti terlilit kencang disertai muntah-muntah yang tak kunjung berhenti. Untuk sesaat, duniaku berhenti. Aku pingsan.

Orangtuaku pun lalu membawaku ke rumah sakit. Di sana aku mengalami koma selama tiga hari di ruang IGD. Kata dokter, aku mengalami penurunan kesadaran akibat keracunan obat. Setelah tiga hari aku mengalami koma, aku akhirnya sadar. Aku melihat orangtuaku yang tak berhenti menangis. Dan aku sadar percobaanku untuk bunuh diri sia-sia. Aku hampir saja kehilangan nyawaku sendiri. Namun, Allah masih baik kepadaku. Dia tidak jadi mengambil nyawaku.

Setelah keluar dari rumah sakit, kuceritakan semuanya kepada orang tuaku tentang apa yang terjadi padaku. Dan aku beruntung, aku dikelilingi oleh orang-orang yang sayang kepadaku dan selalu memberi support kepadaku. Mulai sejak itu, aku rutin datang ke psikolog untuk mengembalikan kondisi kejiwaanku. Mereka takut aku akan melakukan hal mengerikan lagi.

Aku pun diajarkan untuk selalu mengingat kepada Allah, Sang Maha Pencipta. Sehabis salat, aku selalu meminta ampun kepada Allah dan berdoa agar selalu dilindungi di mana pun aku berada. Karena jujur, aku masih trauma dengan semua yang terjadi padaku. Dan hari ini, aku bertekad untuk hidup yang lebih baik lagi.

Walaupun masih ada rasa trauma jika mengingat kejadian sembilan tahun yang lalu, jika ada orang yang mem-bullyku lagi, aku tidak akan tinggal diam kali ini. Aku akan melawan karena aku percaya Allah bersamaku. Untuk teman-teman yang pernah mengalami yang namanya bullying, bangkitlah dan buatlah hidupmu menjadi lebih baik lagi. Karena masih ada orang-orang yang menyayangimu karena hidup kita sangat berharga.

#GrowFearless with FIMELA