Perempuan Introver Tak Perlu Minder

Endah Wijayanti diperbarui 21 Jan 2020, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Nurhidayah Tanjung - Bengkulu

Sejak kecil, saya selalu bersembunyi di belakang kedua orangtua. Tidak mau melepaskan tangan mereka ketika bertemu sanak keluarga apalagi orang-orang baru. Semenjak itu, saya merasa tidak dapat melepaskan diri untuk bergabung dengan kerumunan di manapun. Memilih menjadi anak yang pendiam dan tertutup, perjalanan panjang menemukan kekuatan dalam diri baru saja dimulai.

Ketika menginjak masa putih biru, saya pernah dipanggil guru karena terlalu pendiam di kelas. Selama pembagian rapor, guru selalu menceritakan bagaimana kondisi saya selama di sekolah. Saya diberi pengertian untuk berkembang dan bersosialisasi dengan teman-teman dan orang sekitar.

Kemauan saya kuat, keinginan untuk berubah sudah saya siapkan. Tapi, saya tetap tidak mampu menjadi diri saya yang lain. Menatap bola-bola mata mereka, saya merasa jatuh dari ketinggian. Berhari-hari saya berusaha untuk meyakinkan diri bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi bila saya mencoba menjadi seperti "manusia normal".

Tetapi, saya salah. Semuanya tetap tidak mau berubah, atau barangkali saya yang tidak mengubah apa pun. Semenjak itu, saya tahu bahwa menjadi yang begini-begini saja juga tidak salah, bukan?

Semakin dewasa, saya baru memahami siapa saya. Mengapa saya terus-terusan merasa minder, penuh ketakutan, dan terkesan tidak ramah. Saya menjadikan diri sebagai bagian dari introver. Bila saya lihat orang-orang yang dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik, saya sellau merasa tidak mampu meski saya tahu. Ketika saya berusaha sekuat tenaga untuk mengulurkan tangan dan menyapa teman baru, pikiran saya jatuh melayang.

2 dari 2 halaman

Menerima Diri dan Berusaha Lebih Baik

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/PRImageFactory

Saya ini apa? Memangnya dia mau berteman? Saya selalu melahirkan pikiran-pikiran negatif di dalam kepala. Saya tidak ada baiknya, saya tidak mampu, saya tidak pantas, saya bukan yang tepat, saya takut.

Pemikiran bodoh yang terus bersarang di kepala, meyakinkan saya bahwa menjalani hari dengan sifat seperti itu akan berlangsung selama hidup. Tapi, tidak pernah terpikirkan di kepala, bahwa saya akan belajar menjadi diri saya sendiri ketika memasuki masa perkuliahan. Saya banyak bertemu orang-orang baru, yang berjuang lebih lama dibanding saya.

Melihat mereka berdiri di podium, berbahagia di atas tangan mereka, saya tercubit. Saya berpikir ulang mengenai kesempatan-kesempatan untuk berubah yang seringkali terbuang sia-sia, bagaimana menjadi lebih percaya diri, mengubah pikiran-pikiran negatif menjadi positif. Saya berjalan di atas pemikiran saya sendiri. Belajar masuk ke dalam lingkaran pertemanan baru, orang-orang baru. Bepergian sendiri, dengan wajah yang bahagia saya mencoba untuk melihat dunia dari cara pandang yang berbeda.

Saya tidak mau lagi menjadikan introver sebagai batas bahwa saya hanya dalam kotak. Introver memang akan tetap menjadi sahabat saya. Tetapi, ia tidak akan mempengaruhi bagaimana cara saya berpikir, memulai kehidupan dengan sangat baik. Saya menjadi lebih positif, tidak merasa minder dengan apa yang orang lain lakukan, dan bagaimana diri saya sendiri.

Saya punya kesempatan untuk menjadi diri sendiri. Saya percaya pada diri dan mampu yang saya bisa. Selamat tinggal diri saya yang lalu, pemikiran bodoh, rasa minder, dan isi kepala yang negatif. Saya lahir kembali dengan rasa yang baru.

#GrowFearless with FIMELA