Pekerjaan Bisa Menunggu, Keluarga Nomor Satu

Endah Wijayanti diperbarui 17 Jan 2020, 10:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Damar - Surabaya

Drrrt drrrt drrrt... Ada pesan What's App yang masuk pagi itu. Masih saja membuat terhenyak membacanya meskipun ini bukan yang pertama kali terjadi.

Kami harus melepaskan satu lagi anggota keluarga kedua kami, teman sekantor yang selalu menemani canda tawa sehari-hari. Pak Nug kami biasa menyapanya, umurnya masih 47 tahun, anaknya masih duduk di bangku kelas 1 SMA, salah satu petugas lapangan andalan instansi kami.

Pagi itu, istrinya mengabarkan langsung bahwa Pak Nug telah tiada, setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Beberapa bulan yang lalu, salah satu pimpinan kami terkena serangan jantung saat akan pulang dari tugas dinas di luar kota dan meninggal saat akan dilarikan ke rumah sakit. Tahun lalu, adik kelas saya semasa kuliah juga harus meregang nyawa di kantor saat sesi olahraga. Dan masih ada beberapa dari kakak-kakak senior saya yang harus terpaksa menjalani terapi psikologis karena mengalami gangguan kecemasan.

Tidak dapat dipungkiri, kami sangat mencintai pekerjaan dan instansi kami ini. Instansi yang sudah kami anggap seperti orangtua kedua kami. Instansi yang membesarkan kami, dari yang tadinya kami bukan siapa-siapa, sebagian besar kami hanyalah “bocah ndeso” yang berasal dari keluarga tak mampu. Kami disekolahkan di ibu kota hingga sarjana, diberikan pakaian dan uang saku, hingga lulus diberikan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Bagaimana mungkin kami tak cinta padanya. Saya bahkan dipertemukan dengan pendamping hidup saya di instansi ini.

2 dari 2 halaman

Kasih Sayang Keluarga yang Nomor Satu

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Namun, kabar kepergian rekan-rekan kerja yang secara tiba-tiba ini kemudian membuat saya berpikir, apakah sebenarnya yang saya cari di dunia ini? Pada pergantian tahun ini saya benar-benar ingin membuat perubahan yang nyata pada diri saya. Saya sadar, seberapa pun besarnya rasa cinta saya pada pekerjaan saya ini, kasih sayang keluarga tetaplah yang nomor satu. Teman-teman kita, bos-bos kita, mungkin akan merasa kehilangan jika kita tidak ada, tapi suatu saat nanti akan datang orang yang baru untuk menggantikan posisi kita. Lain halnya dengan keluarga kita, posisi kita sebagai anak dari orang tua kita, istri atau suami bagi pasangan kita, dan orangtua bagi anak-anak kita tidak akan mudah digantikan begitu saja.

Sudah seharusnya kecintaan kita pada pekerjaan sejalan dengan kecintaan kita pada keluarga dan diri sendiri. Jangan terlalu memaksakan diri jika kita sudah tidak sanggup. Apa yang mau kita cari di dunia ini. Kita tidak tahu kapan ajal itu menjemput kita, sudahkan kita mempersiapkan bekalnya? Akankah ada penyesalan jika kita pergi terlalu cepat?

Lembur di hari libur dan membawa pulang pekerjaan yang belum selesai adalah kebiasaan yang ingin saya hindari mulai tahun ini. Sebisa mungkin saya akan berusaha menyelesaikan pekerjaan saat jam kerja. Saya merasa tertampar dengan kalimat ini, “A person who stays late at the office is not a hardworking but a fool who does not know how to manage time work." Setelah pulang ke rumah, saya simpan gawai di lemari. Saya tidak ingin membuang sedikit pun waktu yang bisa saya nikmati bersama keluarga. Saat libur akhir pekan, saya ingin berolahlaga dan rekreasi bersama keluarga. Tidak perlu jauh dan mahal, yang penting bisa menghilangkan penat karena pekerjaan.

Dunia di mana kita berada sekarang bukanlah soal kerja melulu. Interest of client is important so is your family.

#GrowFearless with FIMELA