Tanpa Suami, Aku Tetap Berjuang demi Kesembuhan Anakku

Endah Wijayanti diperbarui 17 Jan 2020, 09:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: F - Aceh

Tak terasa 2019 berlalu begitu saja, dengan segudang pekerjaan yang menumpuk membuatku lupa sekarang sudah Januari 2020. Setiap orang pasti berpikir untuk liburan atau semacamnya. Bagi kami sekeluarga tidak ada yang spesial dengan perubahan tahun, hanya saja umur akan bertambah, naik peringkat satu tanjakan.

Pencapaian yang masih terselimuti kabut, angan-angan akan perubahan dari status sampai perekonomian belum juga terealisasikan. Impian untuk membawa si buah hati berobat pun kian menjauh karena mahalnya tiket pesawat di tahun baru ini. Bisnis online sebagai sampingan pekerjaan wajib di sebuah toko alat tulis dan kantor masih berjalan dengan santai, kurangnya modal dan semakin menjamurnya usaha ini membuatku selalu berpikir keras jenis barang apalagi yang harus ku jual agar menarik minat pelangganku.

Iseng-iseng kubuka Facebook yang sudah lama tidak kulihat kolom berandanya, muncul sebuah pesan, ada seseorang yang mengucapkan salam. Kulihat profilnya, ternyata seseorang yang kukenal meskipun tidak begitu dekat. Aku membatin lagi-lagi suami orang, apa masalahnya dalam keluarganya yang membuat dia nekat mengirimkan pesan ke Facebook-ku?

Kadang aku sendiri berpikir adakah yang salah pada diriku? Bahkan aku sempat bertanya kepada mereka satu per satu. Jawaban mereka semua hampir sama, tidak ada masalah, hanya saja mereka nyaman berbicara dan dekat denganku. Tidak bisa dipungkiri juga jika aku memang membutuhkan seorang yang mengerti dan perhatian kepadaku tapi tidak dari suami orang lain.

2 dari 2 halaman

Keluarga adalah Penyemangatku

Menjadi ibu rumah tangga sesuai komitmen bersama./Copyright shutterstock.com

Tidak pernah terlintas sedikit pun di benakku untuk menghancurkan rumah tangga seseorang, bahkan saat peluang itu muncul sangat tepat di hadapanku ingin sekali menghindarinya. Tidak rentan dengan statusku sebagai janda muda sangat banyak gangguan dan godaan setiap harinya.

Sejak memutuskan untuk hidup seorang diri di tahun 2010, tekadku hanya satu, yaitu membesarkan anak semata wayangku yang mengidap cerebral palsy ringan dengan penuh kasih sayang yang sekarang sudah berumur 9 tahun. Meskipun harus bekerja pontang-panting untuk memenuhi segala kebutuhannya aku tidak ingin mengeluh sedikit pun. Dia bagaikan anugerah terbesar dalam hidupku meskipun tidak sempurna, tapi aku selalu bersyukur untuk setiap waktu yang kuhabiskan bersamanya. Tanpa suami dan dengan anak yang berkebutuhan khusus serta keluarga yang masih harus kunafkahi mungkin bagi orang lain akan terasa berat, tidak bagiku. Keluargaku adalah penyemangatku tidak ada yang berat saat kita bersyukur.

Di tahun ini besar harapan untuk mewujudkan semuanya, bertemu dengan orang yang tepat, rezeki halal yang berlimpah untuk keluargaku, semakin lebih baik bertakwa kepada Tuhan atas semua nikmat dan karunia-Nya terhadapku. Tercapainya keinginanku akan kesembuhan anakku.

Tidak mengapa saat para suami orang itu berpaling dan menjauhiku, asalkan Tuhanku tidak memalingkan wajah-Nya dariku. Tetap berusaha untuk menjadi lebih baik lagi di umur yang hampir saja memasuki 30 tahun pada bulan Mei nanti. Perubahan untuk lebih baik butuh perjuangan memang tidak serta merta mudah begitu saja tanpa tekad yang kuat. Tapi tidak ada yang sulit jika kita mau.

#GrowFearless with FIMELA