Yang Baik akan Bertahan, yang Buruk akan Menghilang

Endah Wijayanti diperbarui 16 Jan 2020, 10:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: A - Semarang

Semakin bertambahnya usia pastinya makin banyak masalah yang dihadapi. Tak hanya masalah karier, tapi juga masalah percintaan dan persahabatan. Seandainya semua masalah bisa diselesaikan dengan kata ‘maaf’, pastinya dunia ini akan aman dan damai. Sayangnya, solusi suatu masalah terkadang harus ditempuh dengan cara yang tidak menyenangkan.

Kejadian seperti ini belum pernah aku alami sebelumnya. Semasa sekolah, hidupku hanya terbebani dengan ujian dan pelajaran. Namun, semenjak kuliah, aku mulai merasakan gejolak di dalam pertemanan dan persahabatan. Teman itu mudah dicari, setiap orang bisa dijadikan teman, tetapi tidak semuanya bisa dijadikan teman dekat ataupun sahabat.

Seseorang yang sudah dekat denganku sedikit demi sedikit menjauh karena ada perbedaan pilihan dalam kehidupan berorganisasi. Awalnya kupikir, perbedaan ini tidak akan berdampak pada pertemanan kami, sampai akhirnya aku tahu dia berbicara buruk di belakangku dan suka memancing di air keruh. Hal ini yang membuatku menjadi menjauh darinya.

Setelah bekerja, lebih banyak masalah yang aku hadapi. Seorang rekan kerja yang sudah anggap sebagai teman baik tiba-tiba menjauh tanpa alasan yang jelas. Tanpa pertengkaran ataupun berselisih pendapat, tiba-tiba ia mengabaikanku. Saat aku konfrontasi mengenai masalah ini, ia pun tidak bisa memberikan alasan yang jelas.

 

2 dari 2 halaman

Tidak Semuanya Baik

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Bahkan ada juga, rekan kerja yang memarahiku karena ia mengira diriku membuat berita bohong tentang dirinya. Karena aku tidak terima dengan tuduhannya, aku juga membalasnya dengan kemarahan dan masalah itu menggantung begitu saja. Saat itulah, aku merasakan yang namanya membenci seseorang. Benci hingga mendengar namanya saja bisa membuatku ingin marah.

Hari-hariku menjadi tidak nyaman karena sering teringat dengan kejadian yang tidak menyenangkan ini. Aku hanya berharap mereka menghilang dari kehidupanku, tetapi apa daya, mereka adalah rekan kerjaku sehingga aku harus bertemu setiap hari dengan mereka. Sampai akhirnya kami semua resign dan tidak pernah bertemu lagi.

Pengalaman ini memang pahit tetapi membawa berkah juga bagi diriku. Di saat aku kehilangan teman baik saat kuliah, aku malah bertemu dengan sahabat-sahabat yang masih berhubungan baik hingga sekarang. Di dunia pekerjaan pun sama. Ada yang bilang rekan kerja itu tidak bisa dijadikan teman, tetapi di saat aku kehilangan itu, aku bertemu orang-orang yang tulus berteman dengan orang lain, tidak hanya terkait dengan pekerjaan.

Pengalaman ini menyadarkanku bahwa Tuhan selalu mempunyai rencana untuk diri kita. Yang baik menurut kita belum tentu baik menurut-Nya. Apa yang baik pasti akan bertahan, sedangkan yang buruk akan pergi dari kehidupan kita. Jadi kita harus selalu bersyukur dan selalu berusaha memperbaiki diri.

#GrowFearless with FIMELA