Masalah Harus Dicari Solusinya, Bukan Lari Darinya

Endah Wijayanti diperbarui 15 Jan 2020, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Annisa Fadillah - Jakarta

Aku seorang perempuan yang tahun ini akan berusia 25 tahun. Dan di usiaku yang bisa dibilang sudah cukup matang ini aku masih merasakan apa yang aku sebut masalah penerimaan diri. Layaknya remaja, mood-ku masih naik turun dan kadang aku memilih untuk menyendiri jika mood-ku sedang buruk. Padahal ibuku sudah bersedia untuk mendengar apa ceritaku. Namun, aku memilih untuk sendiri. Dan dalam sendiriku itu bukannya aku merasa nyaman. Namun, aku menjadi tidak tenang atas keputusan yang aku ambil, atas tanggung jawab yang mungkin aku tinggalkan hanya karena aku ingin sendiri. Aku payah.

Seseorang pernah bilang padaku bahwa apa gunanya aku menjauh dan ingin sendiri sementara itu tidak memecahkan masalah. Aku diam. Aku masih beranggapan bahwa waktuku untuk sendiri adalah sebagai "me time". Dia mengatakan lagi bahwa mungkin itu adalah sifat ego yang muncul dari diriku sih endiri. Aku diam lagi. Dan aku berpikir, apa betul itu hanyalah ego yang muncul dari diriku sendiri? Ego dalam diriku memang besar, dan aku sulit menerima diriku sendiri. Aku tidak percaya pada diriku sendiri.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Tak Perlu Mengisolasi Diri

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/PRImageFactory

Aku kembali memikirkan kata-kata seseorang tadi. Mungkin dia benar. Aku tidak harus menjauhkan diri hanya karena ada suatu masalah. Masalah harus dicari solusinya. Bukannya lari. Dan diam itu bukan pemecahan masalah. Dan apa disebut "me time" itu ternyata bukan itu. Seharusnya "me time" adalah memberi waktu untuk diri sendiri untuk berefleksi, bercermin atau memperbaiki diri. Bukan yang aku maksud sebelumnya. Aku salah. Aku payah. Aku masih harus belajar tentang menerima diri sendiri di usia yang sudah tidak muda lagi.

Jadi bagaimana? Aku biasakan diri untuk membuat catatan pribadi, semacam jurnal. Aku buat atas kreasiku sendiri. Apa yang aku rasakan aku tumpahkan ke dalam jurnal atau visualkan perasaanku. Semacam menggambar atau corat-coret. Hehehe... Aku coba untuk lebih sayang pada diriku sendiri, lebih mengenal aku siapa agar aku bisa menerima diriku sendiri.

Berhenti membanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain karena pada dasarnya manusia diciptakan berbeda. Aku mencoba untuk tidak mengisolasi diri jika moodku sedang turun. Kini akan kucoba untuk melampiaskannya dengan mencorat-coret jurnalku. Semoga aku dan kita semua menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

#GrowFearless with FIMELA