Hidup Ini Bukan untuk Berlari, tapi Dijalani dan Diseimbangkan

Endah Wijayanti diperbarui 13 Jan 2020, 09:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: Ajeng W - Bekasi

Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki masalahnya tersendiri tak terkecuali diriku. Tahun 2019 silam menjadi tahun pembelajaran paling berarti bagi diriku dalam proses perjalanan hidup. Kalau saja Tuhan tidak memberikan sebuah teguran kecil kepadaku mungkin di tahun 2020 ini, aku akan tetap menjadi diriku yang lama. Diri yang lupa menyeimbangkan waktu antara dunia dan akhirat demi mengejar sesuatu yang tak kunjung didapat karena Tuhan telah mempersiapkan sesuatu yang lain, sesuatu yang mungkin tidak kuinginkan tapi yang kubutuhkan menurut-Nya.

Semua ini bermula dari diriku yang mengutamakan pekerjaan dan tergantung pada seseorang. Bertahun-tahun bekerja sebagai pegawai kantoran menjadikan diriku begitu sibuk dengan segala macam pekerjaan yang menumpuk sambil mencari cara agar diangkat menjadi karyawan tetap namun nyatanya, apa yang kuinginkan tak kunjung diberikan oleh Tuhan. Sayangnya, aku belum menyadari kenyataan tersebut dan diriku memilih berpindah ke tempat yang baru dengan harapan yang sama hingga kerikil-kerikil kecil kembali menghampiriku.

Perlahan, fisik dan jiwa dibuat kelelahan dengan menjalani rutinitas yang ada sampai akhirnya memberanikan diri untuk memilih pergi dari kantor baru. Hari-hari tanpa pekerjaan kujalani, awalnya semua tampak biasa tapi Tuhan masih ingin menguji diriku yang sempat melupakan diri-Nya selama bekerja. Sebuah tamparan keras terjadi kala orang-orang terdekat menjauh. Hal ini tentu menjadi pukulan terberat bagiku saat mereka yang menjadi tempat bersandar diriku malah pergi.

 

2 dari 2 halaman

Rezeki Tak Harus Berbentuk Uang

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Di tengah terombang-ambingnya kehidupan dan kehilangan orang terdekat, Tuhan membuatku tersadar untuk lebih dekat dan hanya bergantung pada-Nya. Saat diri belum mampu menerima dengan kondisi yang ada, Tuhan memberikan jalan lain yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Hobi yang dulu sempat kutinggalkan dan k lupakan kini justru menjadi lahan rezeki baru untuk diriku. Tak terlalu besar yang didapatkan dari hobi yang kujalani namun ada banyak hal yang akhirnya membuatku memahami tentang arti mengenal diri sendiri, tentang arti berproses dan bersabar, tentang arti menyerahkan segalanya kepada-Nya setelah berusaha semaksimal mungkin, tentang arti untuk tidak takut bahwa rezeki selalu ada, tidak harus selalu berbentuk uang.

Jika tahun sebelumnya, diriku terlalu sibuk dengan pekerjaan yang menyita waktu, tahun ini, Tuhan memberikan dan menjadikan diriku sebagai pribadi yang baru. Pribadi yang tidak haus akan jabatan, dapat membagi waktu antara pekerjaan di rumah dengan keluarga terutama ibu, lebih memiliki banyak waktu untuk merenungi segala hal yang pernah kulakukan sebelumnya dan membuatku percaya bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik bagi makhluk-Nya termasuk diriku.

Tanpa teguran kecil itu, mungkin aku tidak akan pernah menjadi pribadi yang memahami dan mengenal diri sendiri. Pribadi yang lebih menyadari bahwa hidup itu bukan untuk berlari tapi dijalani, diseimbangkan antara dunia dan akhirat. Dan, aku bersyukur Tuhan mengizinkanku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

 

#GrowFearless with FIMELA