Fimela.com, Jakarta Hidup di era digital, rasanya keseharian kita tak bisa lepas dari internet khususnya media sosial. Kita butuh media sosial untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari menjaga komunikasi dengan orang-orang terdekat hingga menjadikannya media untuk berkarya. Bila dimanfaatkan dengan baik, media sosial bisa memberi dampak positif.
Tak bisa dipungkiri bahwa di media sosial kita akan menjumpai banyak orang dari berbagai karakter. Saat sebuah isu muncul, maka akan ada banyak orang yang mengeluarkan suara dan pendapatnya. Perbedaan pendapat sebenarnya adalah hal yang lumrah. Hanya saja kadang sebuah perdebatan kadang berbuntut panjang sampai akhirnya saling menghakimi. Ada yang merasa paling benar dan menyudutkan pihak yang berbeda pandangan dengannya. Ada juga yang merasa tak terima disalahkan sehingga mencari pembenaran tanpa berpikir logis.
In the age of social media, everyone's a newspaper columnist, exaggerating what they think and feel. - Charlie Brooker
Media sosial tak pernah sepi. Selalu ada berita baru yang dibagikan. Berbagai isu dan permasalahan pun tak luput dari perhatian. Semua orang bersuara. Kita pun seringkali ikut terpicu untuk berkomentar. Kebebasan berekspresi dan bersuara memang tak terbatas di media sosial.
Punya pendapat berbeda dengan orang lain itu sah-sah saja. Saat kita meyakini hal tertentu, pasti kita punya alasan sendiri. Orang lain pun begitu. Orang lain punya pendapat lain karena punya keyakinan dan alasan tersendiri. Kondisi dan situasi masing-masing orang berbeda. Sehingga dalam membuat pilihan dan menyampaikan sudut pandang pun bisa tak sama.
When it comes to social media, there are just times I turn off the world, you know. There are just some times you have to give yourself space to be quiet, which means you've got to set those phones down. - Michelle Obama
Pernah dengar istilah COMO? Melansir No Filter: 6 Tips Everyone Should Use To Stay Sane On Social Media via womenagainstnegativetalk.com, COMO adalah Celebration of Missing Out. Bisa diartikan sebagai upaya untuk merayakan kemampuan kita melewatkan sesuatu. Jika selama ini kita menggunakan media sosial karena takut atau tak mau melewatkan sesuatu, maka adakalanya kita perlu coba untuk merayakan kemampuan kita melewatkan sesuatu.
Saat kita sering merasa iri ketika melihat unggahan orang lain, maka kita perlu coba untuk menjaga jarak sebentar. Menjauh sejenak dari media sosial untuk lebih memahami apa yang sebenarnya kita inginkan. Saat otak kita sudah terlalu penuh dengan melihat perdebatan yang tak berujung di linimasa media sosial, cobalah untuk menutup ponsel sebentar. Kadang ketidaktahuan bisa menjadi berkah tersendiri. Hidup di dunia nyata sudah sulit, ada baiknya tak perlu diperumit dengan keributan di media sosial.
Beda pendapat, mengutarakan pendapat, dan berargumen di media sosial bisa bebas kita lakukan. Namun, kita juga tetap perlu menjaga kewarasan. Tak perlu sampai saling menyudutkan atau menghakimi. Kita tak bisa menuntut semua orang untuk sepaham dengan kita. Sebab memang kita tak punya kendali penuh untuk itu.
#GrowFearless with FIMELA