Fimela.com, Jakarta Dikenal sebagai seorang penyanyi, kecintaan Dea Dalila di bidang seni, tak melulu tentang musik saja. Lebih dari itu, ia mengaku sangat tertarik dengan bidang seni lainnya, seperti menggambar hingga menulis.
Wajar saja, jika ia akhirnya menggabungkan seni gambar dan tulisan, melalui konten novel grafis. Terkait dengan hal itu, Dea sudah meluncurkan sebanyak tiga buku dalam kurun waktu satu tahun, pada 2019 lalu.
"Aku memang sudah lama banget pengin bikin animasi, story telling. Sehingga aku mencoba buat novel grafis sebanyak tiga buku, yang dikeluarkan sekaligus di tahun ini (2019)," tuturnya saat wawancara eksklusif dengan Fimela.com, di kantor KLY Gondangdia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
What's On Fimela
powered by
Mantan personel HIVI ini juga mengaku tidak memiliki keahlian dasar menulis. Hal itu akhirnya menjadi alasan ia membuat novel grafis. Dalam proyeknya ini, ia merasa tak perlu banyak menulis lantaran ada gambar yang menjadi fokus dalam cerita.
Kendati demikian, ia juga ingin tulisan di novel grafisnya itu menyenangkan jika dibaca. Hal inilah yang membuat Dea melibatkan bantuan teman-temannya serta peran editor untuk membantu proyeknya tersebut.
"Nggak banyak tulisan (di novel grafis), karena lebih banyak gambar. Aku juga sama sekali nggak ada basic nulis, lebih ke gambar tapi pengin coba (nulis). Akhirnya menyadari itu, konsen tulisan lebih minta bantuan ke teman yang bisa nulis, seperti teman jurnalis, teman sastra, dan editor," ujarnya.
Untuk segi cerita, perempuan bernama asli Dalila Azkadiputri menuangkan kisah dari sisi kehidupannya yang lain, terlepas dari statusnya sebagai musisi Tanah Air. Namun, ia masih belum mau banyak bercerita atau membeberkan informasi terkait hal itu.
"Di (novel grafis) itu aku mau menuangkan cerita lain dari kehidupanku, seperti apa yang aku resapi seumur hidup. Tapi aku nggak bisa banyak cerita. Pokoknya nanti akan ada tiga buku, meski tidak berkelanjutan tapi nyambung gitu, antara satu dan yang lainnya," jelas perempuan 28 tahun itu.
Projectnya kali ini dianggap sebagai proses pembelajaran dalam mengawali kariernya sebagai penulis. Ke depannya Dea berharap bisa menulis novel secara utuh.
Gabungkan Seni Tulisan, Gambar hingga Musik
Masih bicara mengenai proyeknya tersebut, Dea berharap agar novel grafis yang ia buat tak hanya bisa dicetak saja atau menjadi fisik buku. Rencananya, ia akan merilis novelnya dalam kemasan digital melalui e-book agar lebih mudah diakses.
"Novel grafis yang dibuat itu dalam bentuk buku, ada fisiknya. Tapi niatnya nanti aku mau buat ke digital, semacam e-book lah. Akan ada animasi yang bergerak, dan musik yang aku buat juga," ucapnya sambil membayangkan sesuatu.
Konsep itu sendiri telah terpikirkan sejak lama, namun rencananya baru akan terealisasikan usai proyeknya yang berbentuk fisik. Terkesan sibuk memang, namun nyatanya Dea mampu membagi waktu dengan baik dalam pekerjaannya.
"Semua yang aku kerjakan tak banyak menyita waktu kok. Semua itu gampang, aku punya waktu banyak dalam sehari dan yang penting bisa mengaturnya," sambungnya.
"Aku tuh harus membatasi, seperti untuk menggarap novel ini selama lima jam dalam sehari, harus bersedia, entah itu bisa nemu ide atau nggak. Pokoknya waktunya hanya segitu saja," ceritanya.
Ia pun lalu menceritakan kesibukkan lainnya, seperti ketika ia menjadi pengajar musik selama beberapa jam dalam sehari. Dea juga menyempatkan untuk berolahraga, menjaga fisik dan kesehatan sebagai modal utama dalam berkarya.
"Sisanya aku pakai untuk mengajar musik selama dua jam. Kemudian olahraga selama satu jam. Sisanya terserah aku mau ngapain saja deh. Kalau nggak diatur seperti itu, akan berantakan semuanya," tambahnya.
Segala kesibukan ini membuat Dea memilih untuk mengurangi akses kepada media sosial. Tak seperti kebanyakan kalangan artis dan masyarakat pada umumnya yang hampir memiliki akun di semua platform media sosial.
"Aku mengurangi Instagram dan lebih memilih sosial media apa yang aku butuhkan, contohnya ya buka YouTube, atau Twitter untuk mencari apa yang aku suka dan lagi apa sih yang dibahas. Atau aku lebih senang membaca portal yang berguna untuk aku," jelasnya.
Memiliki banyak talenta, Dea tak mau mematikan salah satunya. Karenanya, ia mengaku tak bisa memilih antara seni musik dan menggambar. Pasalnya menurut perempuan kelahiran Jakarta itu, kedua jenis seni itu sudah mendarah daging di hidupnya.
Mencoba Peruntungan Bisnis
Tak berhenti sampai situ saja. Dea yang kini giat merefleksikan karyanya melalui sebuah gambar juga tak menutup kemungkinan adanya peluang bisnis yang datang. Dea pun mencoba menjual kaos dengan rancangan gambar yang ia buat sendiri.
"Aku sadari belajar apapun ilmunya, selalu dikaitkan ke dunia seni. Contohnya seperti aku buat ini," ucap Dea sembari menunjukkan kaos yang dipakainya. "Aku belajar keuangan, admin, tapi memang tak bisa keluar dari jalur seni, ujung-ujungnya desain, karena kaos ini aku yang buat gambarnya," imbuhnya.
Lebih lanjut, pelantun Cinta 99% itu menceritakan awal mula membuat bisnis. Menurutnya semua berawal dari rasa nyaman dalam menggunakan kaos. Kenyamannya ini terbukti dengan banyaknya kaos polos yang dimiliki Dea Dalila.
"Nyetok banyak kaos polos, yang akhirnya aku buat gambar. Aku sendiri memang senang dengan kaos, karena masih suka menggunakan kendaraan umum biar cepat menyerap keringat dan nyaman. Terus banyak yang nanya dan nyaranin untuk dijual," jelasnya.
Dalam bisnis kaosnya ini, Dea masih melibatkan campur tangan temannya untuk ikut membantu. Dikatakan olehnya, bisnis jualan kaos ini sudah berjalan sejak tahun 2018 silam.
"Bisnis ini aku buat sama partner, sejak tahun 2018 lalu. Untuk konsepnya itu setiap kaos berbeda motif, karena memang limited edition. Ada yang dengan tulisan Jepang, Perancis, banyak deh tapi absurd. Kalau nggak suka dengan motif yang ada, bisa costum ke aku," katanya.
Dea lalu bicara motif. Karena bagaimanapun dirinya harus bisa memberikan yang unik dan menarik bagi pasar. Ia mengatakan jika motif-motif yang dipadankan dengan kaosnya itu terinspirasi dari salah satu temannya yang bekerja di agency.
"Nah kalau inspirasi baju itu aku dapat dari temenku yang orang agency. Jadi aku suka nanya kalau misalnya orang yang lelah, bahagia, sedih wajahnya seperti apa yah, dll. Makanya aku gambar deh dari situ," ceritanya.
Untuk sementara ini, bisnis yang dilakoni oleh Dea Dalila ini hanya dilakukan secara online. Namun, ia tak pernah menutup kemungkinan untuk membuat store sebagai tempat penjualannya kelak.
"Bisnis ini dari beberapa tahun terakhir, awalnya hanya mulut ke mulut saja. Akhirnya sekarang bisa lewat online, kadang great sale. Tapi ada kemungkinan lah buat store juga," tutup Dea Dalila.