Kawasan tempat tinggal Ardhito di Kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, menjadi salah satu lokasi yang dilanda banjir. Untuk itu, ia dan keluarganya mencari cara agar banjir tidak langsung masuk ke rumah. (Instagram/ardhitopramono)
Saat ditemui di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (2/1/2020), Ardhito menceritakan kondisi banjir di lingkungan rumahnya. Untuk di bagian depan, dikatakan Ardhito tinggi air sudah mencapai dada orang dewasa. (Instagram/ardhitopramono)
"Gua lihat di depan rumah gua tuh banjir segini (dada). Tapi yang masuk ke rumah gua itu segini (betis). Karena gua sama bokap gua cepet cepet pasang lilin gitu di pager kan” tutur Ardhito Pramono. (Instagram/ardhitopramono)
Diakuinya, ia dan sang ayah mencari cara agar air tersebut tidak langsung masuk ke rumah hingga menghanyutkan barang-barang yang ada di dalamnya. Mereka menggunakan lilin yang biasa dipakai untuk mainan anak-anak (Instagram/ardhitopramono)
"Jadi gini, lu punya pintu nih. Diujung ujungnya lu pasang lilin sama papan. Biar nggak masuk airnya. Jadi kalau misalnya airnya makin banyak udah masuk, pakai pompa buat akuarium yang Rp 30 ribuan buat ngeluarin," tuturnya. (Instagram/ardhitopramono)
Kalau kebanyakan orang merasa banjir tahun 2020 ini yang terparah, namun ternyata tidak untuk Ardhito Pramono. Menurutnya di tahun 2002 lalu banjir yang melanda kediamannya lebih parah. (Instagram/ardhitopramono)
"2002 paling parah. Semenjak ada BKT nggak parah (banjirnya). Dulu rumah gua segini (dada orang dewasa). Gua masih SD, kelelep cuy. Akhirnya gua minggat ke Cibubur," jelas Ardhito Pramono. (Instagram/ardhitopramono)